Buka Prodi Gizi dan Teknologi Pangan, Kampus UAI Fokus Halal
A
A
A
JAKARTA - Program studi (prodi) berkaitan dengan gizi dan pangan di Jakarta masih sangat minim. Karena itu prodi tersebut masih dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Di Jakarta dari sekitar 330 perguruan tinggi hanya 13 universitas yang membuka prodi gizi dan pangan. Padahal kebutuhannya sangat tinggi, misalnya setiap rumah sakit yang harus memiliki ahli gizi. Coba hitung ada berapa rumah sakit di Jakarta?" kata Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Prof Asep Saefudin seusai meresmikan pembukaan Prodi Gizi dan Prodi Teknologi Pangan di Kampus UAI, Jakarta.
Menariknya, kata Asep Saefudin, prodi yang ditawarkan oleh UAI menekankan pada kehalalan produk pangan yang dihasilkan. "Sebagai kampus islami, kami ingin memberikan kesadaran pangan halal kepada masyarakat, khususnya mahasiswa-mahasiswi kami tentang pentingnya pangan halal," tuturnya.
Dia menegaskan, proses halal bukan hanya cara pemotogan tapi juga ada tata caranya. "Dalam perkuliahan ada mata kuliah tentang prinsip halal dan ada juga yang disisipkan di mata kuliah lainnya," tuturnya.
Berdasarkan izin pendirian program studi yang tertuang pada surat keputusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No 1000/KPT/I/2018 untuk Program Studi Gizi dan 986/KPT/I/2018 untuk Program Studi Teknologi Pangan. Program studi ini akan memulai menerima mahasiswa baru dan perkuliahan di bulan September 2019.
Sementara itu, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UAI, Hidayat Yorianta Sasaerila mengatakan, di tahun pertama penerimaan mahasiswa nanti, pihaknya menargerkan 40 orang di masing-masing prodi. "Sebagai prodi memang banyak tantangannya, tapi kami yakin diterima masyarakat. Apalagi kebutuhan ahli gizi dan pangan itu memang terus meningkat. Kami juga mendorong anak didik untuk berwirausaha," ucap Hidayat.
Dalam kegiatan launching-nya, pihak Kampus UAI menggelar seminar bertema “Peran Ilmu Gizi dan Teknologi Pangan di Era Milenial (Menjadi Pengusaha Sukses di Bidang Gizi dan Pangan Halal)”. Dengan tema tersebut, Program Studi Gizi dan Program Studi Teknologi Pangan berusaha untuk memperkenalkan perkembangan serta peran ilmu gizi dan teknologi pangan terhadap masyarakat, yang saat ini dikenal sebagai masyarakat/generasi milenial serta berfokus pada konsep halal.
"Hal ini sesuai dengan visi dan misi kedua program studi yang mengedepankan aspek-aspek islami dengan menerapkan prinsip halal nutripreneur dan halal foodpreneur," pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh Prof Hardiansyah (Ketua Umum AIPGI dan PERGIZI Pangan Indonesia), Prof Tien R Muchtadi (Guru Besar Ilmu dan Telknologi Pangan IPB), dan Adhi Lukman (Ketua Umum GAPMMI).
"Di Jakarta dari sekitar 330 perguruan tinggi hanya 13 universitas yang membuka prodi gizi dan pangan. Padahal kebutuhannya sangat tinggi, misalnya setiap rumah sakit yang harus memiliki ahli gizi. Coba hitung ada berapa rumah sakit di Jakarta?" kata Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Prof Asep Saefudin seusai meresmikan pembukaan Prodi Gizi dan Prodi Teknologi Pangan di Kampus UAI, Jakarta.
Menariknya, kata Asep Saefudin, prodi yang ditawarkan oleh UAI menekankan pada kehalalan produk pangan yang dihasilkan. "Sebagai kampus islami, kami ingin memberikan kesadaran pangan halal kepada masyarakat, khususnya mahasiswa-mahasiswi kami tentang pentingnya pangan halal," tuturnya.
Dia menegaskan, proses halal bukan hanya cara pemotogan tapi juga ada tata caranya. "Dalam perkuliahan ada mata kuliah tentang prinsip halal dan ada juga yang disisipkan di mata kuliah lainnya," tuturnya.
Berdasarkan izin pendirian program studi yang tertuang pada surat keputusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No 1000/KPT/I/2018 untuk Program Studi Gizi dan 986/KPT/I/2018 untuk Program Studi Teknologi Pangan. Program studi ini akan memulai menerima mahasiswa baru dan perkuliahan di bulan September 2019.
Sementara itu, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UAI, Hidayat Yorianta Sasaerila mengatakan, di tahun pertama penerimaan mahasiswa nanti, pihaknya menargerkan 40 orang di masing-masing prodi. "Sebagai prodi memang banyak tantangannya, tapi kami yakin diterima masyarakat. Apalagi kebutuhan ahli gizi dan pangan itu memang terus meningkat. Kami juga mendorong anak didik untuk berwirausaha," ucap Hidayat.
Dalam kegiatan launching-nya, pihak Kampus UAI menggelar seminar bertema “Peran Ilmu Gizi dan Teknologi Pangan di Era Milenial (Menjadi Pengusaha Sukses di Bidang Gizi dan Pangan Halal)”. Dengan tema tersebut, Program Studi Gizi dan Program Studi Teknologi Pangan berusaha untuk memperkenalkan perkembangan serta peran ilmu gizi dan teknologi pangan terhadap masyarakat, yang saat ini dikenal sebagai masyarakat/generasi milenial serta berfokus pada konsep halal.
"Hal ini sesuai dengan visi dan misi kedua program studi yang mengedepankan aspek-aspek islami dengan menerapkan prinsip halal nutripreneur dan halal foodpreneur," pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh Prof Hardiansyah (Ketua Umum AIPGI dan PERGIZI Pangan Indonesia), Prof Tien R Muchtadi (Guru Besar Ilmu dan Telknologi Pangan IPB), dan Adhi Lukman (Ketua Umum GAPMMI).
(rhs)