Masalah Guru Menjadi Titik Berat di Rembuk Nasional Dikbud 2019

Senin, 11 Februari 2019 - 08:11 WIB
Masalah Guru Menjadi Titik Berat di Rembuk Nasional Dikbud 2019
Masalah Guru Menjadi Titik Berat di Rembuk Nasional Dikbud 2019
A A A
JAKARTA - Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2019 yang bakal dihelat besok hingga 14 Februari mendatang, akan membahas masalah guru secara intensif.

Melalui Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019 yang akan digelar pada 11 - 14 Februari pengangkatan dan pemetaan guru menjadi salah satu pokok bahasan pada forum terbesar di bidang pendidikan dan kebudayaan itu. “Jadi ke depan kita menjadikan guru sebagai ibu pendidikan,” ujar Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing sekaligus sebagai ketua steering committee RNPK 2019 Ananto Kusuma Seta, dalam jumpa pers di kantor Kemendikbud.

Ananto menambahkan, substansi profesionalisme dan tanggung jawab guru ini nanti akan banyak dibahas pada Rembuk Nasional 2019. “Ini kan nanti yang akan kita bahas, tidak sebatas rekrutmen yang 100.000 tetapi pemenuhan guru nya yang sudah disepakati untuk terselesaikan sampai tahun 2024, tidak hanya untuk menggantikan guru honorer yang kualitasnya tidak bagus, tetapi juga untuk menggantikan yang pensiun karena adanya kebutuhan penambahan akses terutama yang pendidikan menengah. Ini kan aksesnya diperluas seperti dengan wajib belajar 12 tahun, pastinya tambah murid, tambah sekolah, tambah guru. Semua ini akan dibahas bersama,” jelas Ananto.

Selain masalah rekrutmen guru, pendidikan guru pun tidak bisa begitu saja diabaikan. Selama ini masih belum ada lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk jurusan tertentu, padahal dibutuhkan. Oleh karena itu, Kemendikbud berinisiatif untuk menggunakan jasa para profesional di bidangnya yang memang memiliki sertifikat keahlian tertentu, misalnya pelaut.

Kerjasama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tidak kalah penting karena Kemenristekdikti adalah pencetak lulusan perguruan tinggi. Harus ada revitalisasi di dalamnya agar bisa mencetak guru-guru terbaik terlebih lagi untuk guru vokasi tertentu yang saat ini belum ada. “Kalau guru matematika ada jurusannya , tapi untuk guru kelautan, SMK pertanian, guru SMK IT, industri kreatif, itu tidak disiapkan di perguruan tinggi, sehingga kita menjaring anak-anak lulusan umum itu ditambah dengan kemampuan pedagoginya,” tambah Ananto.

Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan akan diselenggarakan pada 11 sampai dengan 4 Februari 2019 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai Kemendikbud, Bojongsari, Depok, Jawa Barat. Acara ini rencananya akan dihadiri sekitar 1.200 peserta.

Sementara itu Jakarta Intercultural School (JIS), Yayasan Emmanuel dan Mentari Intercultural School menginisiasi program Metode Belajar Modern melalui Innovative School Programme (ISP). Dengan ISP para guru ditantang untuk menciptakan lingkungan belajar yang memotivasi dan berpusat pada siswa. ISP telah mencetak lebih dari 509 lulusan yang terdiri dari pengajar di sekolah negeri dari 84 SD dan SLB di Jakarta.

Community Educational Outreach Coordinator JIS, Greg Zolkowski mengatakan, dengan metode modern para pengajar dari sekolah satuan pendidikan kerjasama (SPK) seperti JIS bisa berbagi pengetahuan internasional mereka tentang cara dan praktik mengajar yang menarik, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

"ISP mendorong para guru agar melibatkan para murid selama proses tersebut. Mereka harus melakukan pendekatan dengan berbagai pertanyaan sehingga partisipasi siswa lebih tinggi," katanya.

Greg menjelaskan, bagi pihaknya pengetahuan tidak statis berada dalam kotak tertutup, karena hal itu bisa diperoleh dari banyak arah dalam kelompok. Selama program ISP, para guru dari berbagai sekolah negeri tersebut harus mengikuti workshop yang dipandu oleh 60 pengajar JIS dalam 10 pertemuan.

Topik meliputi manajemen kelas, mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih tinggi, strategi pengajaran yang inovatif, belajar lewat permainan dan masih banyak lagi. Setelah menyelesaikan program, peserta menerima sertifikat dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta saat upacara wisuda.

Untuk memberikan dampak yang lebih besar, JIS juga mengembangkan program Training of Trainers yang melibatkan peserta yang telah berhasil menyelesaikan program ISP, agar dapat membimbing guru-guru lain. Dengan cara ini, kualitas pendidikan di Jakarta dapat meningkat dengan guru-guru yang kreatif dan tingkat partisipasi murid yang lebih tinggi. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9871 seconds (0.1#10.140)