Kuliah Online Makin Jadi Tren

Selasa, 19 Februari 2019 - 07:46 WIB
Kuliah Online Makin...
Kuliah Online Makin Jadi Tren
A A A
JAKARTA - Perkuliahan berbasis daring (online) makin diminati sejumlah perguruan tinggi sebagai respons kemajuan teknologi digital saat ini. Namun, pemerintah perlu mengimbangi seperti dengan menyiapkan regulasi dan anggaran yang memadai agar tercipta pendidikan daring yang berkualitas.

Dalam perkembangannya, perkuliahan daring cepat tumbuh karena dinilai menjadi jawaban atas perlunya pendidikan yang inklusif di Indonesia. Dengan tanpa harus bertatap muka di ruangan kelas, model perkuliahan jarak jauh ini lebih fleksibel baik soal tempat, waktu, dan biaya.

Pemerintah pun telah menyiapkan perkembangan perkuliahan berbasis digital ini. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menjelaskan, kuliah yang berbasis digital nantinya akan mengubah rasio dosen dan mahasiswa. Jika saat ini rasio pada jurusan eksakta 1:20 dan jurusan sosial 1:30, ke depan rasio menjadi tak terbatas lagi. Pihaknya menilai pendidikan berbasis daring tak bisa dihindari. Yang terpenting adalah menciptakan lulusan (output) tetap berkualitas dan kredibel.

Di Indonesia, ada beberapa kampus baik negeri maupun swasta yang telah merintis perkuliahan daring. Namun dari berbagai kampus tersebut, Universitas Terbuka (UT) adalah di antara perguruan tinggi yang berhasil menerapkan metode ini. Jumlah mahasiswa baru di UT cepat meroket setelah menerapkan perkuliahan daring. Tahun lalu UT menerima sekitar 75.000 mahasiswa baru yang tersebar di berbagai belahan dunia. Pemerintah juga menargetkan, jumlah mahasiswa UT nantinya bisa menembus angka 1 juta orang.

Keberhasilan yang dicapai UT inilah membuat sejumlah perguruan tinggi berupaya menirunya. Langkah tersebut seperti yang akan dilakukan Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI). Jumlah kampus yang berada di bawah naungan AFEBI mencapai 73 baik negeri maupun swasta. Kampus lain yang telah menerapkan kuliah daring antara lain Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan e-Learning System for Academic Community (eLISA), Universitas Bina Nusantara dengan Binus Online Learning (BOL), dan Universitas Indonesia dengan pendidikan jarak jauh (PJJ).

Ketua AFEBI Suharnomo menjelaskan, di era Revolusi Industri 4.0, fakultas ekonomi dan bisnis harus bertransformasi sesuai perubahan teknologi. PJJ atau kuliah daring yang selama ini dilakukan UT adalah salah satu jawaban untuk merespons perkembangan zaman itu. “Kami ingin menyiapkan mata kuliah di fakultas ekonomi dan bisnis untuk bisa online learning,” katanya pada AFEBI University Visit 2019 di Kampus UT, Pamulang, Tangerang Selatan, kemarin.

Menurut Suharnomo, pembelajaran daring ini menjadi bagian keterbukaan. Hal ini beralasan sebab ada mata kuliah yang bisa diakses oleh seluruh mahasiswa di Indonesia. Era Revolusi Industri 4.0 saat ini adalah momen untuk berbagi ilmu dari perguruan tinggi terbaik Indonesia ke seluruh kampus sehingga kualitas pendidikan pun akan meningkat.

Menurut dia, kunjungan AFEBI ke UT ialah untuk mempelajari teknis pembelajaran daring yang sudah dikembangkan UT selama 34 tahun. “Makanya kita belajar secara teknis bagaimana online. Kalau konten saya, rasa ahlinya banyak di kita. Tapi teknis membuat saya rasa kita harus ke UT,” jelasnya.

Rektor UT Ojat Darodjat menjelaskan, kuliah daring saat ini telah menjadi program prioritas dari pemerintah. Kuliah daring akan memperbesar kesempatan semua masyarakat untuk bisa menikmati layanan pendidikan tinggi.

Menurut Ojat, pertemuan tatap muka sudah tidak memadai lagi untuk meningkatkan jumlah angka partisipasi kasar pendidikan tinggi. Maka itu, perlu diupayakan untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. “Dan ini bisa juga diimplementasikan ke (PTN) lain sehingga mereka memiliki kemampuan yang sama dalam online learning," katanya.

Perlu Inovasi Teknologi
Kuliah berbasis daring terbukti memiliki kelebihan yang tidak dimiliki model perkuliahan tatap muka atau (konvensional). Ferdian Andi, salah satu tutor daring Fakultas Hukum, Ilmu Politik, dan Ilmu Sosial UT, mengungkapkan keunggulan kuliah daring dapat menjangkau mahasiswa dari mana pun berasal. Bahkan, warga yang sedang bekerja di luar negeri yakni buruh migran Indonesia. Dari sisi waktu perkuliahan, tentu juga lebih longgar.

Pertemuan perkuliahan dilakukan delapan kali "tatap muka" untuk satu semester. Dalam setiap tatap muka tersebut, mahasiswa diwajibkan "mengisi" daftar kehadiran, tentunya hanya cukup meng"klik" tombol kehadiran. Tatap muka yang dimaksud yakni pemberian materi kepada mahasiswa. Dalam kurun waktu satu pekan, mahasiswa diminta aktif dengan diskusi terkait dengan materi yang dilempar oleh Tutor. Jawaban dan keaktifan mahasiswa menjadi salah satu komponen penilaian.

Meski lebih memudahkan, kuliah daring dalam kenyataannya juga terdapat masalah serius, antara lain praktik plagiarisme yang marak. “Kendati praktik tersebut juga mudah dijumpai dalam kuliah konvensional, kontrol dari dosen jauh lebih maksimal dibanding kontrol di dunia maya,” ujar Ferdian.

Dalam kondisi ini, penyelenggara kuliah daring perlu melakukan inovasi teknologi agar dapat menyaring unggahan jawaban dan tugas-tugas mahasiswa yang terindikasi plagiarisme secara otomatis tidak dapat diunggah. Kontrol di hulu ini penting untuk meningkatkan kepercayaan kualitas lulusan kuliah daring, meski situasi tersebut tidak sepenuhnya terjadi karena ada juga mahasiswa yang serius dalam menjawab dan mengerjakan tugasnya.

Menurut peneliti Puskapkum ini, perkuliahan daring saat ini semakin menemukan momentumnya seiring maraknya digital di Indonesia. Setidaknya kuliah daring menghadirkan pendidikan yang inklusif, semua orang bisa mengakses pendidikan, bahkan dari desa terpencil sekalipun. Persoalan yang muncul di perkuliahan daring harus ditangkap oleh pemerintah dengan menutup lubang yang muncul dari model perkuliahan ini. “Termasuk pemerintah dapat mendorong lembaga pendidikan baik negeri dan swasta untuk mengembangkan model pendidikan ini,” harapnya. (Neneng Zubaidah/Hakim)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6798 seconds (0.1#10.140)