Ikut Pelatihan di Luar Negeri, Kompetensi 1.200 Guru Digembleng

Kamis, 28 Februari 2019 - 14:17 WIB
Ikut Pelatihan di Luar Negeri, Kompetensi 1.200 Guru Digembleng
Ikut Pelatihan di Luar Negeri, Kompetensi 1.200 Guru Digembleng
A A A
JAKARTA - Sebanyak 1.200 guru pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA dikirim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ke-12 negara. Di antaranya Finlandia, Australia, India, Korea, Jerman, Jepang, Prancis, Singapura, China, Rumania, dan Hong Kong.

Pengiriman ini kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy agar para guru mendapatkan pengalaman dalam sistem pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0. Meski hanya selama tiga minggu, tapi dia yakin para guru bisa mengambil manfaat dari pelatihan di luar negeri.

“Untuk meningkatkan kompetensi guru, mereka dikirim ke sejumlah negara. Durasinya paling sedikit tiga minggu di luar negeri,” ujar Menteri Muhadjir usai melepas 1.200 guru ke luar negeri di Kantor Kemendikbud, Rabu 27 Februari 2019.

Dia menjelaskan pendanaan pengiriman para guru ke luar negeri berasal dari dana Lembaga Pengelola dana Pendidikan (LPDP) dan Kemendikbud. Dana LPDP ini bisa digunakan untuk membiayai kursus ataupun pelatihan guru.

Seluruh tenaga pendidik yang akan ke luar negeri itu, merupakan guru-guru berprestasi. Sebelumnya Kemendikbud juga mengamati rekam jejak para guru. Muhadjir menyebutkan Kemendikbud berencana mengirim guru ke luar negeri hingga tiga kali dalam setahun.

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, MQ Wisnu Aji mengatakan, Kemendikbud memberi apresiasi kepada guru untuk melakukan pelatihan di luar negeri.

Menurut dia, kebijakan itu sesuai dengan harapan Presiden untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), yakni membuka wawasan dan pengetahuan global kepada guru. "Misalnya terkait skill, pembelajaran abad 21, juga masalah ilmu pendidikan, lokakarya/workshop, observasi sekolah dan kelas, kunjungan industri (bagi guru kejuruan) dan praktik kerja industri," tutur Wisnu.

Wisnu juga menjelaskan tentang proses seleksi guru sebelum dikirim ke luar negeri. "Seleksi lebih kepada guru yang berprestasi. Nah kita meyeleksi sudah berjalan tiga bulan, dan kita lebih muda memiih yang sudah ada," tuturnya.

Di luar negeri, kata dia, para guru akan menjalani pelatihan rata-rata selama tiga minggu. Kemudian mereka nantinya membuat laporan dan program yang terstruktur. Kemudian mengimplemetasikannya di lingkungan sekolah masing-masing.

Selama mengikuti program pelatihan di luar negeri, sambung dia, para guru diharapkan dapat menyerap semua materi yang diberikan lalu dipraktikkan serta menyebarluaskan kepada sesama guru di daerah masing-masing.

Menurut dia, pelatihan di luar negeri dapat membantu pendidik dan tenaga kependidikan dalam membimbing peserta didik untuk berkembang dalam mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat berubah di Abad ke-21 dan menghadapi era Revolusi Industri 4.0.

Bahkan dalam bidang kejuruan, lanjut Wisnu, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia.

"Hal itu sejalan dengan pertumbuhan dunia usaha dan industri di Indonesia, permintaan tenaga terampil lulusan SMK semakin meningkat," tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9002 seconds (0.1#10.140)