Disrupsi Pendidikan, Pengembangan Kapasitas Guru Ditingkatkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peran guru bagi masyarakat Indonesia sudah sangat krusial dan determinan. Namun di tengah tantangan dan disrupsi masa kini, pengembangan kapasitas guru menjadi penting untuk mampu menjalankan perannya sebagai pengajar.
Menanggapi tentang tantangan dan juga peran guru dalam kondisi terkini, Guru SD Negeri 005 Sekupang, Batam, Kepulauan Riau Endang Gultom menjelaskan tantangan untuk menemukan metode yang tepat, yaitu memahami karakter murid agar kebutuhan siswa saat ini terfasilitasi.
“Kami diharapkan mampu memberi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Untuk mengetahui karakter siswa atau mengelompokkan siswa berdasarkan kebutuhan memang sedikit sulit. Apalagi selama pandemi, guru tidak bisa optimal menggali insight dalam hubungan belajar mengajar, sehingga kami bekerja lebih keras meningkatkan kemampuan sekaligus membentuk karakter siswa,” katanya, melalui siaran pers, Minggu (27/11/2022).
Baca juga: HGN 2022, Ini Peraih Apresiasi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif GTK Madrasah Kemenag
Chief Administration Officer Trakindo Yulia Yasmina menyatakan, perjuangan guru Indonesia selama ini telah mendorong perubahan sosial di segala zaman. Guru memiliki peran krusial menyiapkan generasi masa depan yang berkualitas. Dalam menghadapi berbagai tantangan, para guru dan tenaga pengajar terus berusaha menemukan cara baru untuk meningkatkan kapasitas belajar para siswa.
"Trakindo senantiasa mengapresiasi perjuangan guru dan berupaya untuk terus mendukung dengan merancang banyak program yang ditujukan menunjang kebutuhan para guru dalam proses belajar-mengajar,” ucap Yulia.
Bidang pendidikan menjadi salah satu bidang paling terdisrupsi di tengah transformasi dan transisi akibat perkembangan teknologi, lalu terdampak pula oleh pandemi. Beberapa kendala yang ditemui antara lain adalah kurang maksimalnya guru dalam memanfaatkan penggunaan teknologi, lalu dalam ekosistem pendukung proses belajar, siswa tidak memiliki akses ke pembelajaran daring, sulitnya orang tua membagi waktu dalam bekerja dan mendampingi anaknya, hingga faktor kesehatan.
Dampak paling besar yang dirasakan langsung oleh para guru akibat disrupsi ini adalah antusiasme dan keaktifan siswa berkurang. Untuk menghadapi situasi mendesak ini, diperlukan penyesuaian model, praktik, proses belajar mengajar, dan sistem operasi institusi-institusi pendidikan agar anak didik memiliki bekal memadai. Di sinilah guru memiliki peran dalam merumuskan bentuk dan metode pembelajaran yang sesuai agar siswa yang menerimanya mampu menyerap dengan optimal. Penyesuaian ini menjadi salah satu tantangan utama dalam proses belajar mengajar saat ini.
Aktivitas belajar-mengajar selama pandemi COVID-19 perlu menjadi perhatian, terutama segi adaptasi teknologi. Riset lembaga Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kepada sekitar 300 orang tua siswa SD dari 18 kabupaten dan kota yang berbeda, menemukan sebanyak 47% anak mereka tidak mendapatkan tugas dari guru, dibandingkan dengan anak yang memiliki akses internet untuk mengakses pembelajaran daring. 47% subjek tersebut adalah orang tua yang mayoritas bekerja sebagai petani dan berpendidikan SD.
Baca juga: HGN 2022: Jangan Hanya Menuntut Guru, Kualitas dan Kesejahteraan Juga Harus Jadi Perhatian
Menanggapi tentang tantangan dan juga peran guru dalam kondisi terkini, Guru SD Negeri 005 Sekupang, Batam, Kepulauan Riau Endang Gultom menjelaskan tantangan untuk menemukan metode yang tepat, yaitu memahami karakter murid agar kebutuhan siswa saat ini terfasilitasi.
“Kami diharapkan mampu memberi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Untuk mengetahui karakter siswa atau mengelompokkan siswa berdasarkan kebutuhan memang sedikit sulit. Apalagi selama pandemi, guru tidak bisa optimal menggali insight dalam hubungan belajar mengajar, sehingga kami bekerja lebih keras meningkatkan kemampuan sekaligus membentuk karakter siswa,” katanya, melalui siaran pers, Minggu (27/11/2022).
Baca juga: HGN 2022, Ini Peraih Apresiasi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif GTK Madrasah Kemenag
Chief Administration Officer Trakindo Yulia Yasmina menyatakan, perjuangan guru Indonesia selama ini telah mendorong perubahan sosial di segala zaman. Guru memiliki peran krusial menyiapkan generasi masa depan yang berkualitas. Dalam menghadapi berbagai tantangan, para guru dan tenaga pengajar terus berusaha menemukan cara baru untuk meningkatkan kapasitas belajar para siswa.
"Trakindo senantiasa mengapresiasi perjuangan guru dan berupaya untuk terus mendukung dengan merancang banyak program yang ditujukan menunjang kebutuhan para guru dalam proses belajar-mengajar,” ucap Yulia.
Bidang pendidikan menjadi salah satu bidang paling terdisrupsi di tengah transformasi dan transisi akibat perkembangan teknologi, lalu terdampak pula oleh pandemi. Beberapa kendala yang ditemui antara lain adalah kurang maksimalnya guru dalam memanfaatkan penggunaan teknologi, lalu dalam ekosistem pendukung proses belajar, siswa tidak memiliki akses ke pembelajaran daring, sulitnya orang tua membagi waktu dalam bekerja dan mendampingi anaknya, hingga faktor kesehatan.
Dampak paling besar yang dirasakan langsung oleh para guru akibat disrupsi ini adalah antusiasme dan keaktifan siswa berkurang. Untuk menghadapi situasi mendesak ini, diperlukan penyesuaian model, praktik, proses belajar mengajar, dan sistem operasi institusi-institusi pendidikan agar anak didik memiliki bekal memadai. Di sinilah guru memiliki peran dalam merumuskan bentuk dan metode pembelajaran yang sesuai agar siswa yang menerimanya mampu menyerap dengan optimal. Penyesuaian ini menjadi salah satu tantangan utama dalam proses belajar mengajar saat ini.
Aktivitas belajar-mengajar selama pandemi COVID-19 perlu menjadi perhatian, terutama segi adaptasi teknologi. Riset lembaga Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kepada sekitar 300 orang tua siswa SD dari 18 kabupaten dan kota yang berbeda, menemukan sebanyak 47% anak mereka tidak mendapatkan tugas dari guru, dibandingkan dengan anak yang memiliki akses internet untuk mengakses pembelajaran daring. 47% subjek tersebut adalah orang tua yang mayoritas bekerja sebagai petani dan berpendidikan SD.
Baca juga: HGN 2022: Jangan Hanya Menuntut Guru, Kualitas dan Kesejahteraan Juga Harus Jadi Perhatian