Genjot Pembinaan, Startup Indonesia Kian Menjanjikan
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah telah membina dan mendanai startup agar Indonesia tidak kalah dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Sejak tahun 2015, pembinaan sudah dilakukan mulai dari 54 startup. Kini, jumlahnya sudah mencapai 1.307 startup.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, sejak 2015, Kemenristekdikti telah melakukan pemetaan terhadap potensi perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT). Berkaca dari Iran yang sejak 2004 hingga 2014 bisa menghasilkan 1.000 startup, maka pemerintah pun ingin startup di Tanah Air bisa tumbuh pesat.
“Sebab, negara pemenang itu bukan karena jumlah penduduknya yang besar. Tetapi, negara yang memiliki inovasi dan teknologi tinggi,” tandas Nasir saat konferensi pers Indonesia Startup Summit (ISS) di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, kemarin.
Mantan rektor Universitas Diponegoro ini menjelaskan, dari awalnya hanya 52 startup yang dibina dan didanai pada 2015, lalu naik menjadi 207 startup pada 2016. Jumlahnya melaju lagi pada 2017 menjadi 665 dan meningkat menjadi 926 pada 2018. Kini, ujarnya, jumlah startup yang dibina sudah mencapai 1.307 perusahaan.
Nasir mengatakan, dari 1.307 startup yang dibina itu, sebanyak 749 di antaranya sudah menjadi startup dan 558 merupakan calon startup yang memiliki potensi bisnis menjanjikan. Menurut dia, potensi bisnis startup yang dibina Kemenristekdikti bahkan sudah ada yang menembus pasar ekspor.
Agar startup Indonesia semakin dikenal, maka Kemenristekdikti akan menggelar pameran startup ISS pada 10 April 2019 di Jakarta. Pameran ini akan menampilkan startup tidak hanya pada bidang teknologi dan informasi saja, tetapi juga pangan, kesehatan, energi, transportasi, bahan baku, material maju (advanced material), serta keamanan dan pertahanan.
Pameran ini juga dimaksudkan untuk membuka jejaring antara startup dengan industri dan investor.
Pengamat pendidikan Universitas Paramadina Totok Amin berpendapat, untuk memulai suatu bisnis maka yang perlu dibangun pertama kali adalah kreativitas, ketekunan, dan kompetensi-kompetensi dasar dalam berbisnis. Seorang pebisnis, menurut dia, harus tahu cara menghitung rugi laba dan pengelolaan modal. “Mahasiswa dapat memulai bisnis seperti startup itu. Saya ingat beberapa mahasiswa saya memulainya berdasarkan keinginan tahu yang besar dan dedikasi,” ucapnya. (Neneng Zubaidah)
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, sejak 2015, Kemenristekdikti telah melakukan pemetaan terhadap potensi perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT). Berkaca dari Iran yang sejak 2004 hingga 2014 bisa menghasilkan 1.000 startup, maka pemerintah pun ingin startup di Tanah Air bisa tumbuh pesat.
“Sebab, negara pemenang itu bukan karena jumlah penduduknya yang besar. Tetapi, negara yang memiliki inovasi dan teknologi tinggi,” tandas Nasir saat konferensi pers Indonesia Startup Summit (ISS) di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, kemarin.
Mantan rektor Universitas Diponegoro ini menjelaskan, dari awalnya hanya 52 startup yang dibina dan didanai pada 2015, lalu naik menjadi 207 startup pada 2016. Jumlahnya melaju lagi pada 2017 menjadi 665 dan meningkat menjadi 926 pada 2018. Kini, ujarnya, jumlah startup yang dibina sudah mencapai 1.307 perusahaan.
Nasir mengatakan, dari 1.307 startup yang dibina itu, sebanyak 749 di antaranya sudah menjadi startup dan 558 merupakan calon startup yang memiliki potensi bisnis menjanjikan. Menurut dia, potensi bisnis startup yang dibina Kemenristekdikti bahkan sudah ada yang menembus pasar ekspor.
Agar startup Indonesia semakin dikenal, maka Kemenristekdikti akan menggelar pameran startup ISS pada 10 April 2019 di Jakarta. Pameran ini akan menampilkan startup tidak hanya pada bidang teknologi dan informasi saja, tetapi juga pangan, kesehatan, energi, transportasi, bahan baku, material maju (advanced material), serta keamanan dan pertahanan.
Pameran ini juga dimaksudkan untuk membuka jejaring antara startup dengan industri dan investor.
Pengamat pendidikan Universitas Paramadina Totok Amin berpendapat, untuk memulai suatu bisnis maka yang perlu dibangun pertama kali adalah kreativitas, ketekunan, dan kompetensi-kompetensi dasar dalam berbisnis. Seorang pebisnis, menurut dia, harus tahu cara menghitung rugi laba dan pengelolaan modal. “Mahasiswa dapat memulai bisnis seperti startup itu. Saya ingat beberapa mahasiswa saya memulainya berdasarkan keinginan tahu yang besar dan dedikasi,” ucapnya. (Neneng Zubaidah)
(nfl)