Jaminan Masa Depan, Pilih PTN atau PTK?
A
A
A
PERSAINGAN dunia kerja yang semakin ketat membuat banyak lulusan SMA harus punya strategi cerdas.
Salah satu cara yang sering ditempuh adalah dengan memilih perguruan tinggi kedinasan (PTK) dibanding memilih perguruan tinggi negeri (PTN) atau perguruan tinggi swasta (PTS). Alasannya beragam.
Mulai dari biaya sampai jaminan mendapatkan pekerjaan. Jika mengambil PTK, maka sebagian besar biaya perkuliahan tidak dibebankan kepada mahasiswa. Justru mereka mendapatkan uang saku selama pendidikan.
Dari sisi sistem pendidikan, PTK juga lebih mengarahkan pada pembekalan kemampuan teknis sehingga mahasiswa lebih fokus pada penerapan ilmu di dunia kerja. Hal tersebut berbeda dengan perguruan tinggi umum yang lebih berorientasi pada pengembangan bidang ilmu tertentu.
Setelah selesai kuliah, lulusan PTK juga mendapat jaminan pekerjaan dan pengangkatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Kelebihan PTK yang menggiurkan itu, tentu saja berbuntut pada membludaknya jumlah pendaftar.
Misalnya saja pada 2018, dikutip dari akun Twitter @BKNgoid, PTK favorit, yaitu PKN STAN menerima jumlah pendaftar sebanyak 147.702 orang. Padahal yang dibutuhkan hanya 7.301 orang. Jika dirasiokan, maka peluang untuk lulus adalah 1:20 atau hanya 4,94%.
Sementara, PTN Universitas Indonesia (UI) pada tahun yang sama menerima pendaftar jalur SBMPTN sebanyak 97.382. Adapun yang lulus, hanya 3.679 peserta. Melihat data di atas, tentu kamu harus pandai mengukur kemampuan diri sendiri.
Minat dan bakat harus jadi pegangan utama dalam memilih. Menurut guru SMA Muttaqien Jakarta, Muhammad Rusdil Fikri, lulusan SMA jangan sampai hanya terbawa tren atau pendapat teman-temannya. Tiap individu harus punya prinsip sendiri berdasarkan minat dan bakat mereka.
"Siswa wajib mengetahui S.W.O.T (strengths /kekuatan, weaknesses /Kelemahan, opportunities /peluang, dan threats /hambatan) dirinya sendiri. Tujuannya agar tahu apa yang harus mereka kerjakan dalam waktu ke depan," ujar Rusdil.
"Kemudian buat mind map untuk beberapa tahun ke depan agar kalian tahu target dan langkah apa yang harus mereka laksanakan dari sekarang," imbuh guru kimia tersebut. Intinya, jaminan masa depan tidak dilihat dari PTK, PTN, atau PTS, melainkan dari sebuah proses yang dilewati.
Diawali dengan mengenal diri sendiri dan dibekali dengan strategi jitu membekali diri dengan beragam keterampilan demi masa depan, maka karier cemerlang akan lebih mudah diraih.
ANGGARA PURISSTA PUTRA
GEN SINDO-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Salah satu cara yang sering ditempuh adalah dengan memilih perguruan tinggi kedinasan (PTK) dibanding memilih perguruan tinggi negeri (PTN) atau perguruan tinggi swasta (PTS). Alasannya beragam.
Mulai dari biaya sampai jaminan mendapatkan pekerjaan. Jika mengambil PTK, maka sebagian besar biaya perkuliahan tidak dibebankan kepada mahasiswa. Justru mereka mendapatkan uang saku selama pendidikan.
Dari sisi sistem pendidikan, PTK juga lebih mengarahkan pada pembekalan kemampuan teknis sehingga mahasiswa lebih fokus pada penerapan ilmu di dunia kerja. Hal tersebut berbeda dengan perguruan tinggi umum yang lebih berorientasi pada pengembangan bidang ilmu tertentu.
Setelah selesai kuliah, lulusan PTK juga mendapat jaminan pekerjaan dan pengangkatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Kelebihan PTK yang menggiurkan itu, tentu saja berbuntut pada membludaknya jumlah pendaftar.
Misalnya saja pada 2018, dikutip dari akun Twitter @BKNgoid, PTK favorit, yaitu PKN STAN menerima jumlah pendaftar sebanyak 147.702 orang. Padahal yang dibutuhkan hanya 7.301 orang. Jika dirasiokan, maka peluang untuk lulus adalah 1:20 atau hanya 4,94%.
Sementara, PTN Universitas Indonesia (UI) pada tahun yang sama menerima pendaftar jalur SBMPTN sebanyak 97.382. Adapun yang lulus, hanya 3.679 peserta. Melihat data di atas, tentu kamu harus pandai mengukur kemampuan diri sendiri.
Minat dan bakat harus jadi pegangan utama dalam memilih. Menurut guru SMA Muttaqien Jakarta, Muhammad Rusdil Fikri, lulusan SMA jangan sampai hanya terbawa tren atau pendapat teman-temannya. Tiap individu harus punya prinsip sendiri berdasarkan minat dan bakat mereka.
"Siswa wajib mengetahui S.W.O.T (strengths /kekuatan, weaknesses /Kelemahan, opportunities /peluang, dan threats /hambatan) dirinya sendiri. Tujuannya agar tahu apa yang harus mereka kerjakan dalam waktu ke depan," ujar Rusdil.
"Kemudian buat mind map untuk beberapa tahun ke depan agar kalian tahu target dan langkah apa yang harus mereka laksanakan dari sekarang," imbuh guru kimia tersebut. Intinya, jaminan masa depan tidak dilihat dari PTK, PTN, atau PTS, melainkan dari sebuah proses yang dilewati.
Diawali dengan mengenal diri sendiri dan dibekali dengan strategi jitu membekali diri dengan beragam keterampilan demi masa depan, maka karier cemerlang akan lebih mudah diraih.
ANGGARA PURISSTA PUTRA
GEN SINDO-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(nfl)