Seleksi UTBK, Cara Transparan Masuk PTN
A
A
A
JAKARTA - Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) telah dimulai sejak Sabtu (13/4) lalu. Tes masuk berbasis komputer yang baru pertama kalinya dilaksanakan ini untuk menjawab transparansi masuk perguruan tinggi negeri (PTN).
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, dari hasil pemantauan dilapangan UTBK berjalan dengan lancar dan belum ada laporan masalah teknis. Dia menjelaskan, tahun ini adalah yang pertama kali ujian masuk PTN jalur Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTBN) berbasis komputer. Dia menekankan, dengan berbasis komputer maka ujian akan semakin transparan.
"Ini menjadi hal yang sangat penting supaya ke depan lebih transparan lebih. Government lebih akuntabel dan semuanya masyarakat Indonesia bisa mendapatkan kampus sesuai dengan apa yang diinginkan dan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada saat UTBK ini," katanya saat melihat pelaksanaan UTBK di Gedung Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) di kampus Universitas Indonesia (UI) kemarin.
Calon mahasiswa bisa ikut UTBK maksimal dua kali. Mantan rektor Universitas Diponegoro ini menyatakan, peserta UTBK diharapkan dapat belajar dari tes pertamanya di UTBK untuk mencoba lagi pada tes kedua, apabila dia merasa belum maksimal di tes pertama.
"Kalau dia pada saat tes, nilainya dirasa kurang yakin, dia diberikan kesempatan lagi untuk tes kembali. Dua kali dia bisa melakukan tes ini," ungkapnya.
Guru besar akuntansi Undip juga menyampaikan lokasi tes tidak dijadikan landasan diterima atau tidaknya pendaftar SBMPTN. Pandangan calon mahasiswa harus mengambil tes di perguruan tinggi yang ingin dituju adalah pandangan yang salah.
"Tempat tes semua sama, yang penting hasil nilainya nanti nilai yang tertinggi. Inilah yang digunakan untuk mendaftar, jadi jangan khawatir pada rakyat Indonesia yang mereka tes di daerah masing-masing. Katakan dari Maluku, dari Papua, kemudian dia akan ambil di Universitas Indonesia, silakan. Apakah nanti ada bedanya yang tes di Papua sama yang di Jakarta? Semua lokasinya sama," ujar Menteri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Ravik Karsidi menyatakan pelaksanaan UTBK SBMPTN kali ini berbeda dengan SBMPTN tahun lalu, karena diselenggarakan tidak sekali serentak, melainkan beberapa kali.
Namun, perlu ada upaya lebih untuk memastikan soal UTBK tidak disebarluaskan. "Kalau dulu model berbasis kertas, berbasis cetak ini gampang sekali (disebarluaskan). Ini soalnya kita sudah punya berpuluh-puluh set yang kita sudah siapkan. Dalam satu ruangan itu, bahkan sebelahan tidak bisa saling jiplak-menjiplak. Ini sudah kita lakukan sedemikian rupa. Walaupun tidak sama, ini setara. Sistem kesetaraan ini kita pertanggungjawabkan secara ilmiah," ungkapnya.
Dalam UTBK SBMPTN kali ini, mahasiswa mendapat nilai terlebih dahulu untuk masing-masing sesi UTBK yang diambil. Terkait passing grade atau batas minimal untuk masuk ke masing-masing PTN, tahun ini belum dapat terlihat passing grade untuk masing-masing PTN, namun LTMPT akan memberikan data statistik yang dapat digunakan mahasiswa untuk menentukan PTN yang dapat diambil. "Karena tahun ini baru pertama kali sehingga belum ada gambaran (passing grade)."
Tahun yang akan datang, akan terlihat, misalkan 600 atau 700 itu bisa masuk ke Fakultas Kedokteran UI, misalkan. Sekarang ini yang kita bisa bantu ke masyarakat adalah kita 24 kali tes, setiap sesi, setiap kali tes, akan kita informasikan ke yang bersangkutan pasti pegang nilai, tapi kita bantu juga nilai maksimum berapa, minimum berapa, rata-rata berapa dalam satu sesi itu, sehingga dari situ terakumulasi sampai ke-24 kali," ungkap Ketua Pelaksana Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto.
Dalam kesempatan ini, turut hadir juga Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ismunandar, Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Ravik Karsidi, Ketua Pelaksana Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto, Wakil Ketua Pusat UTBK di Universitas Indonesia (UI) sekaligus Kepala Penerimaan Mahasiswa Baru UI Budi Prasetyo. (Neneng Zubaidah)
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, dari hasil pemantauan dilapangan UTBK berjalan dengan lancar dan belum ada laporan masalah teknis. Dia menjelaskan, tahun ini adalah yang pertama kali ujian masuk PTN jalur Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTBN) berbasis komputer. Dia menekankan, dengan berbasis komputer maka ujian akan semakin transparan.
"Ini menjadi hal yang sangat penting supaya ke depan lebih transparan lebih. Government lebih akuntabel dan semuanya masyarakat Indonesia bisa mendapatkan kampus sesuai dengan apa yang diinginkan dan sesuai dengan nilai yang telah didapatkan pada saat UTBK ini," katanya saat melihat pelaksanaan UTBK di Gedung Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) di kampus Universitas Indonesia (UI) kemarin.
Calon mahasiswa bisa ikut UTBK maksimal dua kali. Mantan rektor Universitas Diponegoro ini menyatakan, peserta UTBK diharapkan dapat belajar dari tes pertamanya di UTBK untuk mencoba lagi pada tes kedua, apabila dia merasa belum maksimal di tes pertama.
"Kalau dia pada saat tes, nilainya dirasa kurang yakin, dia diberikan kesempatan lagi untuk tes kembali. Dua kali dia bisa melakukan tes ini," ungkapnya.
Guru besar akuntansi Undip juga menyampaikan lokasi tes tidak dijadikan landasan diterima atau tidaknya pendaftar SBMPTN. Pandangan calon mahasiswa harus mengambil tes di perguruan tinggi yang ingin dituju adalah pandangan yang salah.
"Tempat tes semua sama, yang penting hasil nilainya nanti nilai yang tertinggi. Inilah yang digunakan untuk mendaftar, jadi jangan khawatir pada rakyat Indonesia yang mereka tes di daerah masing-masing. Katakan dari Maluku, dari Papua, kemudian dia akan ambil di Universitas Indonesia, silakan. Apakah nanti ada bedanya yang tes di Papua sama yang di Jakarta? Semua lokasinya sama," ujar Menteri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Ravik Karsidi menyatakan pelaksanaan UTBK SBMPTN kali ini berbeda dengan SBMPTN tahun lalu, karena diselenggarakan tidak sekali serentak, melainkan beberapa kali.
Namun, perlu ada upaya lebih untuk memastikan soal UTBK tidak disebarluaskan. "Kalau dulu model berbasis kertas, berbasis cetak ini gampang sekali (disebarluaskan). Ini soalnya kita sudah punya berpuluh-puluh set yang kita sudah siapkan. Dalam satu ruangan itu, bahkan sebelahan tidak bisa saling jiplak-menjiplak. Ini sudah kita lakukan sedemikian rupa. Walaupun tidak sama, ini setara. Sistem kesetaraan ini kita pertanggungjawabkan secara ilmiah," ungkapnya.
Dalam UTBK SBMPTN kali ini, mahasiswa mendapat nilai terlebih dahulu untuk masing-masing sesi UTBK yang diambil. Terkait passing grade atau batas minimal untuk masuk ke masing-masing PTN, tahun ini belum dapat terlihat passing grade untuk masing-masing PTN, namun LTMPT akan memberikan data statistik yang dapat digunakan mahasiswa untuk menentukan PTN yang dapat diambil. "Karena tahun ini baru pertama kali sehingga belum ada gambaran (passing grade)."
Tahun yang akan datang, akan terlihat, misalkan 600 atau 700 itu bisa masuk ke Fakultas Kedokteran UI, misalkan. Sekarang ini yang kita bisa bantu ke masyarakat adalah kita 24 kali tes, setiap sesi, setiap kali tes, akan kita informasikan ke yang bersangkutan pasti pegang nilai, tapi kita bantu juga nilai maksimum berapa, minimum berapa, rata-rata berapa dalam satu sesi itu, sehingga dari situ terakumulasi sampai ke-24 kali," ungkap Ketua Pelaksana Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto.
Dalam kesempatan ini, turut hadir juga Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ismunandar, Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Ravik Karsidi, Ketua Pelaksana Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto, Wakil Ketua Pusat UTBK di Universitas Indonesia (UI) sekaligus Kepala Penerimaan Mahasiswa Baru UI Budi Prasetyo. (Neneng Zubaidah)
(nfl)