Kejar Kelas Dunia, Kampus Digelontor Rp10 Triliun
A
A
A
DEPOK - Indonesia memiliki tekad besar mengusung kampus-kampus terbaiknya agar bisa diakui di pentas global atau berkelas dunia (world class university). Pada 2024 mendatang, ditargetkan ada 11 kampus di Tanah Air yang masuk dalam peringkat 500 dunia.
Target ini cukup besar sebab hingga kini baru ada tiga kampus, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil menembus 500 besar dunia.
Namun, pemerintah telah menyiapkan beragam strategi untuk menyukseskan 11 kampus tersebut, di antaranya dukungan anggaran khusus sebesar Rp10 triliun. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohammad Nasir mengatakan anggaran tersebut akan diajukan pada 2020.
Nasir mengatakan dana alokasi khusus itu nantinya akan dipakai untuk pengembangan dan kolaborasi riset. Penggunaan lainnya untuk mobilitas staf, pertukaran dosen asing ke Indonesia dan sebaliknya. Dana juga bisa digunakan untuk pertukaran mahasiswa.
Guru Besar Akuntansi Universitas Diponegoro ini mengatakan, kampus berkelas dunia ini adalah catatan baru untuk kemajuan pendidikan Indonesia sesuai dengan arahan Presiden Jokowi yang ingin mendorong perguruan tinggi Indonesia masuk di tataran global. “Ini kami sudah mengajukan kepada Presiden nanti ada dana yang akan kita alokasikan khusus untuk perguruan tinggi kelas dunia. Kalau nggak, kita nggak akan bisa mencapai hal itu," jelasnya pada Upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di kampus UI, Depok, Jawa Barat, kemarin.
Nasir mengungkapkan, berdasarkan pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS), Universitas Indonesia sudah masuk posisi 292. Namun, pemerintah ingin mendorong UI agar bisa masuk di peringkat 200 besar dunia. Untuk ITB saat ini sudah di peringkat 340 dunia, dan akan didorong juga ke peringkat 200. Kampus ketiga yang sudah masuk kelas dunia adalah UGM Yogyakarta. "UGM 390 (peringkat saat ini). Kita dorong menjadi 200. Yang lainnya di atas 500 bisa masuk 500," katanya.
Perkuat Riset
UI sebagai universitas terkemuka di Indonesia terus memperkuat riset di bidang sosial dan politik. Upaya berkelanjutan ini sejalan dengan misi UI untuk menjadi universitas riset terkemuka di kancah global. Untuk mencapai tujuan itu, UI telah menyiapkan gedung yang memadai sebagai pusat riset sosial dan politik. Atas dukungan pendiri Lippo Group, gedung itu dinamai Mochtar Riady Social & Political Research Center dan diresmikan kemarin.
Rektor UI Muhammad Anis menyampaikan terima kasihnya atas dukungan Mochtar Riady bagi UI. Dia menjelaskan, UI sebelumnya telah memiliki Pusat Riset untuk Kesehatan yaitu IMERI di FKUI Salemba, Pusat Riset untuk Sains Teknologi: Lab Sains dan Multidisiplin UI-Pertamina di FMIPA UI dan kini semakin lengkap dengan kehadiran Pusat Riset untuk Sosial Humaniora. ''Kami harap gedung ini akan jadi salah satu pusat unggulan iptek dalam rumpun ilmu sosial humaniora," jelasnya.
Mochtar Riady menyampaikan, UI memiliki peran besar dan kuat untuk menopang kemajuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu dia pun mengundang bagi para pengusaha lainnya untuk turut serta mendukung UI maupun perguruan tinggi lainnya di Indonesia, agar pendidikan bangsa Indonesia semakin maju di dalam mencetak SDM unggul. “Pendidikan adalah kunci utama yang menjadikan saya mampu hadir bersama kita semua di sini. Demikian pula, UI memiliki peran besar dan kuat untuk menopang bangsa Indonesia," jelasnya.
Mochtar menyampaikan, seiring dengan berkembangnya globalisasi ilmu politik pun kian maju maka penting bagi UI sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia untuk terus mengasah dan memiliki fasilitas terdepan guna mengembangkan program riset unggulannya. Di mana kini juga mencakup bidang riset ilmu sosial dan politik.
Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani mengatakan menuju world class university memang sudah menjadi komitmen dan target UGM. Untuk itu, berbagai langkah dan kebijakan terus dilakukan guna mewujudkan hal tersebut. Kebijakan tersebut baik yang menyangkut dengan kualitas instansi dan sumber daya manusia.
Di antara yang dilakukan UGM adalah dengan meningkatkan publikasi dan membuat program-program yang mendorong publikasi hasil penelitian yang dilakukan peneliti UGM. Menurut Iva, hal lain yang dilakukan UGM adalah dengan mengeavaluasi kebijakan dan hasil yang telahdicapai, sedang berjalan maupun yang akan dilaksanakan. Harapannya jika ada kekurangan maupun hal-hal lain yang perlu segera diperbaiki ditingkatkan segera dapat diketahui dan dicarikan solusinya dengan cepat. “Dengan cara ini, kami optimistis UGM menuju world class university akan terwujud,” terangnya.
Namun menurutnya untuk mencapai target itu, perlu memperhatikan kekuatan anggaran. Agar program-program yang sudah direncanakan bisa berjalan dengan baik, pendanaan ini tetap menjadi komponen yang paling utama dan penting. “Untuk mencapai target yang ditetapkan maka perlu pendataan dari Menristek-Dikti, sehingga rencana program dapat dilaksanakan dan berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan,” paparnya.
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang juga bersiap tinggal landas menuju perguruan tinggi kelas dunia. Saat ini tengah digodok sejumlah kebijakan dan program untuk mengejar peringkat 500 besar di dunia. "Undip siap tinggal landas menuju world class university (WCU). Saat ini Undip sudah world class university tapi masih di kisaran di atas (peringkat) 500 kita berusaha masuk di 500 itu," ujar Rektor Undip. Yos Johan Utama seusai dilantik menjadi rektor Undip untuk kedua kalinya pada awal pekan ini.
Selain menjadi universitas berkelas dunia berbasis entrepreneural university, Undip juga ingin menjadi kiblat atau acuan peradaban universitas-universitas di dunia. Selama ini Undip konsisten pada ciri dan kekhasan kearifan lokal, di antaranya pengembangan lingkungan wilayah tropis, pantai, pesisir serta pemberdayaan dan pengolahan sumber daya laut dan kemaritiman.
Di sisi lain, pemerintah juga tengah bekerja keras memacu budaya inovasi dan publikasi ilmiah di dunia pendidikan. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan mengundang ratusan profesor berkelas dunia dalam program world class professor (WCP). Mereka akan diajak berkolaborasi dengan dosen dalam negeri untuk memperkuat inovasi dan publikasi jurnal ilmiah. (Neneng Zubaidah/Priyo Setyawan/Sindonews)
Target ini cukup besar sebab hingga kini baru ada tiga kampus, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil menembus 500 besar dunia.
Namun, pemerintah telah menyiapkan beragam strategi untuk menyukseskan 11 kampus tersebut, di antaranya dukungan anggaran khusus sebesar Rp10 triliun. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohammad Nasir mengatakan anggaran tersebut akan diajukan pada 2020.
Nasir mengatakan dana alokasi khusus itu nantinya akan dipakai untuk pengembangan dan kolaborasi riset. Penggunaan lainnya untuk mobilitas staf, pertukaran dosen asing ke Indonesia dan sebaliknya. Dana juga bisa digunakan untuk pertukaran mahasiswa.
Guru Besar Akuntansi Universitas Diponegoro ini mengatakan, kampus berkelas dunia ini adalah catatan baru untuk kemajuan pendidikan Indonesia sesuai dengan arahan Presiden Jokowi yang ingin mendorong perguruan tinggi Indonesia masuk di tataran global. “Ini kami sudah mengajukan kepada Presiden nanti ada dana yang akan kita alokasikan khusus untuk perguruan tinggi kelas dunia. Kalau nggak, kita nggak akan bisa mencapai hal itu," jelasnya pada Upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di kampus UI, Depok, Jawa Barat, kemarin.
Nasir mengungkapkan, berdasarkan pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS), Universitas Indonesia sudah masuk posisi 292. Namun, pemerintah ingin mendorong UI agar bisa masuk di peringkat 200 besar dunia. Untuk ITB saat ini sudah di peringkat 340 dunia, dan akan didorong juga ke peringkat 200. Kampus ketiga yang sudah masuk kelas dunia adalah UGM Yogyakarta. "UGM 390 (peringkat saat ini). Kita dorong menjadi 200. Yang lainnya di atas 500 bisa masuk 500," katanya.
Perkuat Riset
UI sebagai universitas terkemuka di Indonesia terus memperkuat riset di bidang sosial dan politik. Upaya berkelanjutan ini sejalan dengan misi UI untuk menjadi universitas riset terkemuka di kancah global. Untuk mencapai tujuan itu, UI telah menyiapkan gedung yang memadai sebagai pusat riset sosial dan politik. Atas dukungan pendiri Lippo Group, gedung itu dinamai Mochtar Riady Social & Political Research Center dan diresmikan kemarin.
Rektor UI Muhammad Anis menyampaikan terima kasihnya atas dukungan Mochtar Riady bagi UI. Dia menjelaskan, UI sebelumnya telah memiliki Pusat Riset untuk Kesehatan yaitu IMERI di FKUI Salemba, Pusat Riset untuk Sains Teknologi: Lab Sains dan Multidisiplin UI-Pertamina di FMIPA UI dan kini semakin lengkap dengan kehadiran Pusat Riset untuk Sosial Humaniora. ''Kami harap gedung ini akan jadi salah satu pusat unggulan iptek dalam rumpun ilmu sosial humaniora," jelasnya.
Mochtar Riady menyampaikan, UI memiliki peran besar dan kuat untuk menopang kemajuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu dia pun mengundang bagi para pengusaha lainnya untuk turut serta mendukung UI maupun perguruan tinggi lainnya di Indonesia, agar pendidikan bangsa Indonesia semakin maju di dalam mencetak SDM unggul. “Pendidikan adalah kunci utama yang menjadikan saya mampu hadir bersama kita semua di sini. Demikian pula, UI memiliki peran besar dan kuat untuk menopang bangsa Indonesia," jelasnya.
Mochtar menyampaikan, seiring dengan berkembangnya globalisasi ilmu politik pun kian maju maka penting bagi UI sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia untuk terus mengasah dan memiliki fasilitas terdepan guna mengembangkan program riset unggulannya. Di mana kini juga mencakup bidang riset ilmu sosial dan politik.
Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani mengatakan menuju world class university memang sudah menjadi komitmen dan target UGM. Untuk itu, berbagai langkah dan kebijakan terus dilakukan guna mewujudkan hal tersebut. Kebijakan tersebut baik yang menyangkut dengan kualitas instansi dan sumber daya manusia.
Di antara yang dilakukan UGM adalah dengan meningkatkan publikasi dan membuat program-program yang mendorong publikasi hasil penelitian yang dilakukan peneliti UGM. Menurut Iva, hal lain yang dilakukan UGM adalah dengan mengeavaluasi kebijakan dan hasil yang telahdicapai, sedang berjalan maupun yang akan dilaksanakan. Harapannya jika ada kekurangan maupun hal-hal lain yang perlu segera diperbaiki ditingkatkan segera dapat diketahui dan dicarikan solusinya dengan cepat. “Dengan cara ini, kami optimistis UGM menuju world class university akan terwujud,” terangnya.
Namun menurutnya untuk mencapai target itu, perlu memperhatikan kekuatan anggaran. Agar program-program yang sudah direncanakan bisa berjalan dengan baik, pendanaan ini tetap menjadi komponen yang paling utama dan penting. “Untuk mencapai target yang ditetapkan maka perlu pendataan dari Menristek-Dikti, sehingga rencana program dapat dilaksanakan dan berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan,” paparnya.
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang juga bersiap tinggal landas menuju perguruan tinggi kelas dunia. Saat ini tengah digodok sejumlah kebijakan dan program untuk mengejar peringkat 500 besar di dunia. "Undip siap tinggal landas menuju world class university (WCU). Saat ini Undip sudah world class university tapi masih di kisaran di atas (peringkat) 500 kita berusaha masuk di 500 itu," ujar Rektor Undip. Yos Johan Utama seusai dilantik menjadi rektor Undip untuk kedua kalinya pada awal pekan ini.
Selain menjadi universitas berkelas dunia berbasis entrepreneural university, Undip juga ingin menjadi kiblat atau acuan peradaban universitas-universitas di dunia. Selama ini Undip konsisten pada ciri dan kekhasan kearifan lokal, di antaranya pengembangan lingkungan wilayah tropis, pantai, pesisir serta pemberdayaan dan pengolahan sumber daya laut dan kemaritiman.
Di sisi lain, pemerintah juga tengah bekerja keras memacu budaya inovasi dan publikasi ilmiah di dunia pendidikan. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan mengundang ratusan profesor berkelas dunia dalam program world class professor (WCP). Mereka akan diajak berkolaborasi dengan dosen dalam negeri untuk memperkuat inovasi dan publikasi jurnal ilmiah. (Neneng Zubaidah/Priyo Setyawan/Sindonews)
(nfl)