Untar, Miniatur Indonesia dalam Menjaga Keragaman dan Solidaritas
A
A
A
JAKARTA - Universitas Tarumanegara (UNTAR) menyelenggarakan wisuda yang ke-73 pada tahun ini. Prosesi wisuda berlangsung di Jakarta Convention Center Jakarta, Sabtu (25/5/2019).
Rektor Untar, Prof Agustinus Purnawirawan, mengharapkan kiprah alumni tetap berpijak dalam menjaga kebhinekaan dan toleransi. Sehingga para alumni bisa menjadi contoh kebenekaan dan toleransi di indonesia.
"Para wisudawan dan alumni Untar di mana pun berada kami meminta untuk mempertahankan nilai-nilai kebinekaan dan toleransi, yang telah terjalin baik di kampus kita selama ini, serta di luar kampus di mana kiprah para alumni berada," kata Agustinus.
Menurutnya, ribuan mahasiswa Untar amat beragam yang berasal dari berbagai daerah sehingga nilai kebhinekaan sesungguhnya sudah terbiasa.
"Sehingga Untar bisa disebut sebagai miniatur Indonesia atau Indonesia dan kita telah terbiasa dengan nilai-nilai menjaga keragaman dan solidaritas satu sama lain," tegasnya
Menurutnya, Untar sebagai salah satu kampus tertua dan terbaik di Indonesia tahun ini telah memasuki usia ke-60 dan diperingati dengan tema Dies Natalis Untar untuk Indonesia yang diimplementasikan pada tema wisuda ke-73 yaitu 'Untar untuk Indonesia, Pendidikan Berkualitas dan Berbudaya'.
Dalam kesempatan tersebut tampil menyampaikan orasi alumnus Untar, Isyak Meirobie, yang kini menjadi Wakil Bupati Belitung periode 2018-2023. Dia mengaku tertarik menempuh kuliah di Untar, karena Untar memiliki nilai-nilai keberagaman dan toleransi.
"Memang benar apa yang disampaikan Pak Rektor. Untar merupakan miniaturnya Indonesia. Hal ini yang menjadi karya tulis saya ketika nyaris berhenti kuliah di kampus ini karena kekurangan biaya. Sehingga saya mendapat beasiswa dan lulus dari Untar," ujarnya.
Isyak, mengatakan, ia menulis tentang pembauran mahasiwa di Untar. Hemat dia, ketika Indonesia harus mencontoh, maka contohlah Untar yang menjadi respresentasi keberagaman. Isyak menempuh pendidikan pada 1996 hingga 2001 di Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Sebagai orang lokal Belitung yang mayoritas bersuku Melayu sementara ia sendiri keturunan Tionghoa, Isyak mengaku sebagai orang Melayu ideologis yakni mencintai dan menjaga tradisi serta kearifan lokal adat Melayu.
"Orang boleh bilang saya bermata sipit tapi saya mencintai Melayu dan menjaga kearifan dan adat Melayu," cetusnya.
Dengan rendah hati, Isyak mengaku sebagai orang yang berasal dari keluarga miskin dan bertekad kuliah di Untar karena impiannya kuliah di Untar hingga berhasil.[syarif wibowo]
Rektor Untar, Prof Agustinus Purnawirawan, mengharapkan kiprah alumni tetap berpijak dalam menjaga kebhinekaan dan toleransi. Sehingga para alumni bisa menjadi contoh kebenekaan dan toleransi di indonesia.
"Para wisudawan dan alumni Untar di mana pun berada kami meminta untuk mempertahankan nilai-nilai kebinekaan dan toleransi, yang telah terjalin baik di kampus kita selama ini, serta di luar kampus di mana kiprah para alumni berada," kata Agustinus.
Menurutnya, ribuan mahasiswa Untar amat beragam yang berasal dari berbagai daerah sehingga nilai kebhinekaan sesungguhnya sudah terbiasa.
"Sehingga Untar bisa disebut sebagai miniatur Indonesia atau Indonesia dan kita telah terbiasa dengan nilai-nilai menjaga keragaman dan solidaritas satu sama lain," tegasnya
Menurutnya, Untar sebagai salah satu kampus tertua dan terbaik di Indonesia tahun ini telah memasuki usia ke-60 dan diperingati dengan tema Dies Natalis Untar untuk Indonesia yang diimplementasikan pada tema wisuda ke-73 yaitu 'Untar untuk Indonesia, Pendidikan Berkualitas dan Berbudaya'.
Dalam kesempatan tersebut tampil menyampaikan orasi alumnus Untar, Isyak Meirobie, yang kini menjadi Wakil Bupati Belitung periode 2018-2023. Dia mengaku tertarik menempuh kuliah di Untar, karena Untar memiliki nilai-nilai keberagaman dan toleransi.
"Memang benar apa yang disampaikan Pak Rektor. Untar merupakan miniaturnya Indonesia. Hal ini yang menjadi karya tulis saya ketika nyaris berhenti kuliah di kampus ini karena kekurangan biaya. Sehingga saya mendapat beasiswa dan lulus dari Untar," ujarnya.
Isyak, mengatakan, ia menulis tentang pembauran mahasiwa di Untar. Hemat dia, ketika Indonesia harus mencontoh, maka contohlah Untar yang menjadi respresentasi keberagaman. Isyak menempuh pendidikan pada 1996 hingga 2001 di Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Sebagai orang lokal Belitung yang mayoritas bersuku Melayu sementara ia sendiri keturunan Tionghoa, Isyak mengaku sebagai orang Melayu ideologis yakni mencintai dan menjaga tradisi serta kearifan lokal adat Melayu.
"Orang boleh bilang saya bermata sipit tapi saya mencintai Melayu dan menjaga kearifan dan adat Melayu," cetusnya.
Dengan rendah hati, Isyak mengaku sebagai orang yang berasal dari keluarga miskin dan bertekad kuliah di Untar karena impiannya kuliah di Untar hingga berhasil.[syarif wibowo]
(akn)