KPAI Ingatkan Pendidikan Seks Tetap Perhatikan Perkembangan Anak
A
A
A
JAKARTA - Pendidikan seks terhadap anak menempat peringkat tertinggi untuk mengantisipasi fenomena kejahatan seksual terhadap anak atau 'Child Grooming' dan darurat seks menyimpang dalam isu LGBT. Hal ini disampaikan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Siti Hikmawati.
Namun begitu, Siti menganggap, pendidikan seks terhadap anak harus tetap memperhatikan perkembangan anak.
"Jadi anak-anak belum bisa diajarkan tahap perkembangan yang sifatnya abstrak. Jadi misalnya usia sampai dengan di bawah 6 tahun itu masih relatif, harus konkret enggak bisa," kata Siti dalam diskusi MNC Trijaya FM, di d'Consulate, Menteng, Jakarta, Sabtu (3/8/2019).
Kata Siti, pendidikan seks yang abstrak bagi anak misalnya, 1 tambah 1 jumlahnya 2. Menurutnya, anak tidak bisa langsung diajarkan sesuai ilmu pasti melainkan harus menggunakan perumpamaan, seperti 1 apel ditambah 1 apel maka, jumlahnya 2 apel.
Selain pendidikan seks terhadap anak, lanjut Siti, anak juga sedari kecil sudah diajarkan tentang identitas diri. Setelah itu, secara pelan-pelan diajarkan agar tidak mengumbar sesuatu yang membuat anak menjadi korban kejahatan seksual atau perilaku menyimpang lainnya.
"Anak ini kan saking polosnya dia cerita apa saja kalau ditanya apapun dia langsung jawab. Misalnya di rumah ada siapa saja, kamu dengan siapa, jam segini siapa yang ada di rumah data-data itu kan kalau orang dewasa menjawab anda siapa. Kalau anak dengan polos akan menjawab semua," tandasnya.
Namun begitu, Siti menganggap, pendidikan seks terhadap anak harus tetap memperhatikan perkembangan anak.
"Jadi anak-anak belum bisa diajarkan tahap perkembangan yang sifatnya abstrak. Jadi misalnya usia sampai dengan di bawah 6 tahun itu masih relatif, harus konkret enggak bisa," kata Siti dalam diskusi MNC Trijaya FM, di d'Consulate, Menteng, Jakarta, Sabtu (3/8/2019).
Kata Siti, pendidikan seks yang abstrak bagi anak misalnya, 1 tambah 1 jumlahnya 2. Menurutnya, anak tidak bisa langsung diajarkan sesuai ilmu pasti melainkan harus menggunakan perumpamaan, seperti 1 apel ditambah 1 apel maka, jumlahnya 2 apel.
Selain pendidikan seks terhadap anak, lanjut Siti, anak juga sedari kecil sudah diajarkan tentang identitas diri. Setelah itu, secara pelan-pelan diajarkan agar tidak mengumbar sesuatu yang membuat anak menjadi korban kejahatan seksual atau perilaku menyimpang lainnya.
"Anak ini kan saking polosnya dia cerita apa saja kalau ditanya apapun dia langsung jawab. Misalnya di rumah ada siapa saja, kamu dengan siapa, jam segini siapa yang ada di rumah data-data itu kan kalau orang dewasa menjawab anda siapa. Kalau anak dengan polos akan menjawab semua," tandasnya.
(mhd)