Perguruan Tinggi Perlu Perkuat Pemanfaatan Digitalisasi Revolusi 4.0
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Agama mendorong seluruh perguruan tinggi dan civitas akademika perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat pemanfaatan digitalisasi dan teknologi di era revolusi industri 4.0.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Arskal Salim menyatakan, seluruh civitas akademika perguruan tinggi baik berada di bawah Kemenag maupun Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) serta swasta maupun negeri harus siap menghadapi dan memanfaatkan secara maksimal perkembangan teknologi digital dan era revolusi industri 4.0. Tujuannya untuk pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia, kapasitas, dan kompetensi para dosen dan mahasiswa.
Menurut Arskal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seluruh civitas akademika khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS). Pertama, dibutuhkan kesiapan civitas akademika saat memasuki era revolusi industri 4.0. Kesiapan tersebut guna memahami apa sebetulnya karakter, ciri-ciri, konsep, dan hal lain yang terkait dengan era revolusi 4.0. Apalagi era tersebut sangat menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi dan big data dengan sistem berbasis digitalisasi (online).
"Nah baik dosen maupun mahasiswa itu harus merespon dengan mengadopsi teknik-teknik yang nanti memudahkan mereka untuk melaksanakan misalnya proses pembelajaran. Kemudian untuk para dosen yang melaksanakan Tri Dharma tidak hanya pembelajaran dan pengajaran, mereka juga harus melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis pada kemajuan teknologi di era revolusi 4.0 ini," tegas Arskal saat dihubungi SINDOnews, Kamis (8/8/2019).
Kedua, untuk para dosen maka harus bisa memahami bahwa mahasiswa mereka saat ini adalah generasi milenial yang punya karakter untuk mempelajari sesuatu yang lebih mudah, yang lebih accessible, dan menggunakan teknologi. Misalnya pembelajaran secara online atau daring. Karenanya para dosen harus bisa memanfaatkan beberapa akses website semisal video atau proses pembelajaran melalui berbagai aplikasi dan website-website baik disediakan oleh berbagai macam vendor ataupun webmaster.
"Para dosen harus beradaptasi dengan perubahan, dengan kemajuan-kemajuan itu dan mengenali apa yang dibutuhkan oleh generasi milenial, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan tersebut," paparnya.
Ketiga, mahasiswa juga harus bisa merespon kemajuan teknologi dan revolusi 4.0 dengan sikap yang kritis. Saat ini tutur Arskal, ada begitu banyak informasi dan data yang tersedia di internet. Karenanya para mahasiswa harus memilah-milah mana yang reliable (dapat diandalkan), mana yang valid, dan jangan asal comot aja. Dari berbagai informasi dan data tersebut ada yang sahih dan ada pula yang hoaks.
"Nah ini yang perlu diantisipasi, jangan sampai mahasiswa kita termakan oleh informasi-informasi hoaks itu yang disiapkan dan yang dituangkan dalam beberapa website yang tidak bermutu atau tidak kredibel," tegasnya.
Terakhir, Arskal menandaskan, dari sisi pemerintah melalui Kemenag lebih khusus Direktorat PTKI maka saat ini sudah ada tim yang dibentuk di bawah Subdit Pengembangan Akademik yang bertugas merancang sebuah dokumen pembelajaran dan evaluasi daring. Dalam dokumen dituangkan bagaimana mengatasi permasalahan jarak, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran secara online.
"Tentu tidak semua kita online-kan, tetap kita membutuhkan yang sifatnya luring (offline) atau di luar daring. Karena adanya interaksi mahasiswa dan dosen sangat penting juga. Kita harapkan nanti setelah kita luncurkan kemudian semua dosen dan mahasiswa tahu, agar keinginan kita bahwa era revolusi 4.0 ini diisi dan dimanfaatkan secara optimal," ucap Arskal.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Arskal Salim menyatakan, seluruh civitas akademika perguruan tinggi baik berada di bawah Kemenag maupun Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) serta swasta maupun negeri harus siap menghadapi dan memanfaatkan secara maksimal perkembangan teknologi digital dan era revolusi industri 4.0. Tujuannya untuk pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia, kapasitas, dan kompetensi para dosen dan mahasiswa.
Menurut Arskal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seluruh civitas akademika khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS). Pertama, dibutuhkan kesiapan civitas akademika saat memasuki era revolusi industri 4.0. Kesiapan tersebut guna memahami apa sebetulnya karakter, ciri-ciri, konsep, dan hal lain yang terkait dengan era revolusi 4.0. Apalagi era tersebut sangat menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi dan big data dengan sistem berbasis digitalisasi (online).
"Nah baik dosen maupun mahasiswa itu harus merespon dengan mengadopsi teknik-teknik yang nanti memudahkan mereka untuk melaksanakan misalnya proses pembelajaran. Kemudian untuk para dosen yang melaksanakan Tri Dharma tidak hanya pembelajaran dan pengajaran, mereka juga harus melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis pada kemajuan teknologi di era revolusi 4.0 ini," tegas Arskal saat dihubungi SINDOnews, Kamis (8/8/2019).
Kedua, untuk para dosen maka harus bisa memahami bahwa mahasiswa mereka saat ini adalah generasi milenial yang punya karakter untuk mempelajari sesuatu yang lebih mudah, yang lebih accessible, dan menggunakan teknologi. Misalnya pembelajaran secara online atau daring. Karenanya para dosen harus bisa memanfaatkan beberapa akses website semisal video atau proses pembelajaran melalui berbagai aplikasi dan website-website baik disediakan oleh berbagai macam vendor ataupun webmaster.
"Para dosen harus beradaptasi dengan perubahan, dengan kemajuan-kemajuan itu dan mengenali apa yang dibutuhkan oleh generasi milenial, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan tersebut," paparnya.
Ketiga, mahasiswa juga harus bisa merespon kemajuan teknologi dan revolusi 4.0 dengan sikap yang kritis. Saat ini tutur Arskal, ada begitu banyak informasi dan data yang tersedia di internet. Karenanya para mahasiswa harus memilah-milah mana yang reliable (dapat diandalkan), mana yang valid, dan jangan asal comot aja. Dari berbagai informasi dan data tersebut ada yang sahih dan ada pula yang hoaks.
"Nah ini yang perlu diantisipasi, jangan sampai mahasiswa kita termakan oleh informasi-informasi hoaks itu yang disiapkan dan yang dituangkan dalam beberapa website yang tidak bermutu atau tidak kredibel," tegasnya.
Terakhir, Arskal menandaskan, dari sisi pemerintah melalui Kemenag lebih khusus Direktorat PTKI maka saat ini sudah ada tim yang dibentuk di bawah Subdit Pengembangan Akademik yang bertugas merancang sebuah dokumen pembelajaran dan evaluasi daring. Dalam dokumen dituangkan bagaimana mengatasi permasalahan jarak, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran secara online.
"Tentu tidak semua kita online-kan, tetap kita membutuhkan yang sifatnya luring (offline) atau di luar daring. Karena adanya interaksi mahasiswa dan dosen sangat penting juga. Kita harapkan nanti setelah kita luncurkan kemudian semua dosen dan mahasiswa tahu, agar keinginan kita bahwa era revolusi 4.0 ini diisi dan dimanfaatkan secara optimal," ucap Arskal.
(pur)