ITB Ahmad Dahlan Siap Jadi Pusat Pengembangan Wakaf Muhammadiyah
A
A
A
JAKARTA - Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) akan mengembangkan lembaga wakaf yang siap menampung wakaf Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan Rektor ITB-AD, Dr Mukhaer Pakkanna dalam kuliah umum dan seminar Program Pascasarjana Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) yang bertema Urgensi Gerakan wakaf dan Implementasinya di Muhammadiyah, di Ruang Syahrir Nurut ITB-AD Kampus Ciputat, Tangerang, Banten, Sabtu 28 September 2019.
Hadir juga sebagai pembicara dalam acara tersebut Ketua Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga Prof Dr Raditya Sukmana dan Wakil Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah Amirsyah Tambunan.
"Kami memang akan mengembangkan lembaga wakaf dan besar harapan kami ini akan menjadi percontohan bagi kampus-kampus Muhammadiyah atau amal usaha muhammadiyah lainnya atau dengan kata lain, kami siap menjadi pusat pengembangan investasi wakaf Muhammadiyah," tutur Mukhaer pada Senin 30 September 2019.
Menurut dia, pengembangan bisnis melalui wakaf khususnya di Muhammadiyah bisa berjalan karena memiliki aset dan potensi yang sangat besar. Hanya saja, wakaf sebagai instrumen keuangan belum mampu dioptimalkan dalam membangun ekonomi umat.
"Problemnya, sampai hari ini Perbankan masih menjadi primadona di kalangan umat, termasuk Muhammadiyah. Padahal salah satu legacy produk keuangan dalam sejarah Islam adalah potensi wakaf," ungkapnya.
Mukhaer juga menjelaskan dengan program pascasarjana magister ekonomi syariah di kampusnya, ada banyak sumber daya manusia yang siap membangun dan mengembangkan lembaga wakaf yang mampu memadukan teknologi dan produk wakaf
"Saat ini, pendekatan konvensional dan administratif saja tidak cukup untuk pengembangan wakaf, tapi juga harus melalui pendekatan technopreneur. Dengan bantuan dosen dan praktisi yang menjadi tenaga pengajar dan juga lulusan program pascasarjana magister ekonomi syariah, saya yakin lembaga wakaf yang berbasis teknologi semacam ini bisa dibangun dan dikembangkan di ITB-AD," terangnya.
Mukhaer berharap lembaga wakaf yang didirikan ini mampu memberdayakan umat dan membangun kemandirian ekonomi umat.
"Harapannya melalui lembaga wakaf ini, ITB-AD terlibat dalam proses pemberdayaan umat serta ikut membangun perekonomian umat yang mandiri. Wakaf yang diterima oleh lembaga ini nantinya akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif sehingga mampu melahirkan para socio technopreneur yang memang menjadi visi ITB-AD, dengan dimodali lembaga wakaf ini. Selain itu, hadirnya lembaga ini dapat meminimalisir riba di tengah masyarakat," tutupnya.
Wakil Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah, Amirsyah Tambunan mengaku mendukung ITB-AD menjadi pusat pengembangan Inventasi Wakaf Muhammadiyah.
"Kita sangat mengapresiasi gagasan ITB-AD soal pendirian Pusat Pengembangan aset Wakaf Muhammadiyah. Aset dana yang segar di perbankan minimal 20 triliun milik Muhammadiyah. Sedangkan aset keseluruhan dengan tanah minimal 200 Triliyun. Melalui gagasan ini, ITB-AD menjadi yang pertama Perguruan Tinggi yang concern terhadap pengembangan Wakaf Indonesia," katanya.
Sementara itu Ketua Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga, Raditya Sukmana mengapresiasi langkah ITB-AD. Dia berharap gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan direalisasikan agar potensi wakaf khususnya di Muhammadiyah dapat berkembang.
"Potensi wakaf dengan skema pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah dapat di kembangkan dengan baik," tandasnya.
Hal itu disampaikan Rektor ITB-AD, Dr Mukhaer Pakkanna dalam kuliah umum dan seminar Program Pascasarjana Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) yang bertema Urgensi Gerakan wakaf dan Implementasinya di Muhammadiyah, di Ruang Syahrir Nurut ITB-AD Kampus Ciputat, Tangerang, Banten, Sabtu 28 September 2019.
Hadir juga sebagai pembicara dalam acara tersebut Ketua Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga Prof Dr Raditya Sukmana dan Wakil Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah Amirsyah Tambunan.
"Kami memang akan mengembangkan lembaga wakaf dan besar harapan kami ini akan menjadi percontohan bagi kampus-kampus Muhammadiyah atau amal usaha muhammadiyah lainnya atau dengan kata lain, kami siap menjadi pusat pengembangan investasi wakaf Muhammadiyah," tutur Mukhaer pada Senin 30 September 2019.
Menurut dia, pengembangan bisnis melalui wakaf khususnya di Muhammadiyah bisa berjalan karena memiliki aset dan potensi yang sangat besar. Hanya saja, wakaf sebagai instrumen keuangan belum mampu dioptimalkan dalam membangun ekonomi umat.
"Problemnya, sampai hari ini Perbankan masih menjadi primadona di kalangan umat, termasuk Muhammadiyah. Padahal salah satu legacy produk keuangan dalam sejarah Islam adalah potensi wakaf," ungkapnya.
Mukhaer juga menjelaskan dengan program pascasarjana magister ekonomi syariah di kampusnya, ada banyak sumber daya manusia yang siap membangun dan mengembangkan lembaga wakaf yang mampu memadukan teknologi dan produk wakaf
"Saat ini, pendekatan konvensional dan administratif saja tidak cukup untuk pengembangan wakaf, tapi juga harus melalui pendekatan technopreneur. Dengan bantuan dosen dan praktisi yang menjadi tenaga pengajar dan juga lulusan program pascasarjana magister ekonomi syariah, saya yakin lembaga wakaf yang berbasis teknologi semacam ini bisa dibangun dan dikembangkan di ITB-AD," terangnya.
Mukhaer berharap lembaga wakaf yang didirikan ini mampu memberdayakan umat dan membangun kemandirian ekonomi umat.
"Harapannya melalui lembaga wakaf ini, ITB-AD terlibat dalam proses pemberdayaan umat serta ikut membangun perekonomian umat yang mandiri. Wakaf yang diterima oleh lembaga ini nantinya akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif sehingga mampu melahirkan para socio technopreneur yang memang menjadi visi ITB-AD, dengan dimodali lembaga wakaf ini. Selain itu, hadirnya lembaga ini dapat meminimalisir riba di tengah masyarakat," tutupnya.
Wakil Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah, Amirsyah Tambunan mengaku mendukung ITB-AD menjadi pusat pengembangan Inventasi Wakaf Muhammadiyah.
"Kita sangat mengapresiasi gagasan ITB-AD soal pendirian Pusat Pengembangan aset Wakaf Muhammadiyah. Aset dana yang segar di perbankan minimal 20 triliun milik Muhammadiyah. Sedangkan aset keseluruhan dengan tanah minimal 200 Triliyun. Melalui gagasan ini, ITB-AD menjadi yang pertama Perguruan Tinggi yang concern terhadap pengembangan Wakaf Indonesia," katanya.
Sementara itu Ketua Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga, Raditya Sukmana mengapresiasi langkah ITB-AD. Dia berharap gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan direalisasikan agar potensi wakaf khususnya di Muhammadiyah dapat berkembang.
"Potensi wakaf dengan skema pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah dapat di kembangkan dengan baik," tandasnya.
(dam)