Inovasi Baru Dunia Pendidikan, Kini Ujian Bisa dari Rumah
A
A
A
TANGARENG - Perkembangan teknologi yang begitu cepat mendorong semua sektor untuk siap menghadapinya, termasuk sektor pendidikan. Dengan teknologi digital saat ini, kampus pun mulai mengubah sistem pendidikannya dari manual menjadi digital. Salah satunya dilakukan Universitas Terbuka (UT) yang mampu menciptakan inovasi baru dalam sistem pembelajaran.
Yakni sistem ujian online. Sistem ini memungkinkan para peserta didik yang mengikuti ujian untuk mengerjakan soal ujian dari tempat tinggal atau domisilinya tanpa harus pergi ke kampus. Bahkan, sistem ini sudah dilengkapi dengan aplikasi pengenal atau pendeteksi wajah, sehingga bisa meminimalisasi kecurangan.
Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darodjat mengatakan, Sistem Ujian Online (SUO) yang dikembangkan UT sejak tiga tahun ini berbasis web dan bukan berbasis virtual private network (VPN) seperti yang sudah digunakan selama ini. Dengan berbasis web ini, maka ujian online pun bisa dilakukan dari tempat tinggal mahasiswa.
Sehingga, akan sangat membantu mahasiswa terutama yang berdomisili di pelosok. “Untuk menjawab tantangan yang dilakukan kementerian di mana UT memberikan layanan ujian mahasiswa tidak perlu meninggalkan domisilinya,” tandas Ojat seusai mengisi acara di International Conference in Innovation on Education and Pedagogy (ICIEP), Jakarta, kemarin.
Ojat menjelaskan, SUO ini berbasis web sehingga bisa dibuka di mana saja asalkan ada akses jaringan. SUO ini juga dilengkapi dengan online proctoring dan aplikasi pengenal wajah. Melalui aplikasi pengenal wajah inilah maka jika ada mahasiswa yang tidak terdata sebagai peserta ujian, maka tidak akan bisa mengikuti ujian atau tidak bisa masuk dalam sistem SUO.
Bukan hanya itu saja, sesi ujian yang sudah dikerjakan mahasiswa akan disimpan selama dua tahun di cloud computing UT yang sudah bekerja sama dengan Microsoft. Rekaman itu bisa dibuka kembali jika ada mahasiswa melayangkan protes terhadap nilai ujian yang telah didapatnya. “Jadi, UT sekarang dari mulai registrasi dan ujian semua sudah full online. UT telah berperan sebagai cyber university,” tandasnya.
Inovasi lain yang sudah dilakukan adalah registrasi mahasiswa yang sudah tidak lagi berbasis kertas. Melainkan menggunakan sistem online, sehingga mahasiswa bisa mendaftar dari mana saja dengan akses jaringan. Selanjtunya terkait bahan ajar, UT juga menggunakan bahan ajar digital interaktif yang bisa diunduh oleh mahasiswa dan tutor. Sehingga, materi pembelajarannya pun bisa diakses melalui gawai.
Dengan teknologi, lanjut Ojat, memang tidak dapat dipungkiri bahwa layanan pendidikan akan lebih terjangkau oleh masyarakat. Saat ini, UT melayani 350.000 mahasiswa dari segala lapisan masyarakat. “Artinya, ada kebutuhan dari masyarakat supaya pendidikan jarak jauh yang selama ini dilakukan UT juga menjadi kebutuhan yang bisa diterapkan di perguruan tinggi konvensional lainnya,” ujarnya.
Ojat mengatakan, teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan lagi dalam proses pembelajaran. Dia pun menyimpulkan bahwa faktor penting dalam keberhasilan integrasi teknologi untuk tujuan pendidikan yang berkualitas yaitu dengan integrasi perencanaan akademik dan pengembangan fakultas berkualitas tinggi yang berkelanjutan. Di mana teknologi, pedagogi, dan desain pengajaran selaras untuk mendukung pembelajaran.
Dekan FKIP selaku Ketua Panitia ICIEP Udan Kusmawan mengatakan, UT sudah dapat mengembangkan konferensi pendidikan dan kali ini merupakan konferensi internasional pendidikan yang pertama melalui kerja sama dengan Research Synergy Foundation (RSF), yaitu perusahaan sosial Indonesia pertama yang fokus pada pengembangan jaringan kolaboratif antara peneliti, dosen, akademisi, dan praktisi.
Acara ini diawali dengan persembahan tarian Abimantrana dan dihadiri seluruh anggota Forum Komunikasi Dekan FKIP se-Indonesia. Seminar pendidikan rutin diadakan setiap tahun, melalui ICIEP diharapkan tercipta inovasi-inovasi yang baru di bidang pendidikan.
Sebelumnya, Menristekdikti Mohammad Nasir menyampaikan bahwa di era revolusi industri 4.0, e-learning atau proses pembelajaran secara daring akan semakin berkembang dengan pesat. Dengan e-learning, maka Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi Indonesia bisa didorong lebih tinggi dari APK saat ini (34,58).
Nasir mengungkapkan, untuk meningkatkan APK pendidikan tinggi Indonesia secara signifikan, salah satu solusinya adalah pendidikan jarak jauh (distance learning) dengan proses pembelajaran secara daring (e-learning). Kolaborasi dengan perguruan tinggi kelas dunia dibutuhkan untuk menghasilkan sistem pendidikan jarak jauh yang bermutu dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Yakni sistem ujian online. Sistem ini memungkinkan para peserta didik yang mengikuti ujian untuk mengerjakan soal ujian dari tempat tinggal atau domisilinya tanpa harus pergi ke kampus. Bahkan, sistem ini sudah dilengkapi dengan aplikasi pengenal atau pendeteksi wajah, sehingga bisa meminimalisasi kecurangan.
Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darodjat mengatakan, Sistem Ujian Online (SUO) yang dikembangkan UT sejak tiga tahun ini berbasis web dan bukan berbasis virtual private network (VPN) seperti yang sudah digunakan selama ini. Dengan berbasis web ini, maka ujian online pun bisa dilakukan dari tempat tinggal mahasiswa.
Sehingga, akan sangat membantu mahasiswa terutama yang berdomisili di pelosok. “Untuk menjawab tantangan yang dilakukan kementerian di mana UT memberikan layanan ujian mahasiswa tidak perlu meninggalkan domisilinya,” tandas Ojat seusai mengisi acara di International Conference in Innovation on Education and Pedagogy (ICIEP), Jakarta, kemarin.
Ojat menjelaskan, SUO ini berbasis web sehingga bisa dibuka di mana saja asalkan ada akses jaringan. SUO ini juga dilengkapi dengan online proctoring dan aplikasi pengenal wajah. Melalui aplikasi pengenal wajah inilah maka jika ada mahasiswa yang tidak terdata sebagai peserta ujian, maka tidak akan bisa mengikuti ujian atau tidak bisa masuk dalam sistem SUO.
Bukan hanya itu saja, sesi ujian yang sudah dikerjakan mahasiswa akan disimpan selama dua tahun di cloud computing UT yang sudah bekerja sama dengan Microsoft. Rekaman itu bisa dibuka kembali jika ada mahasiswa melayangkan protes terhadap nilai ujian yang telah didapatnya. “Jadi, UT sekarang dari mulai registrasi dan ujian semua sudah full online. UT telah berperan sebagai cyber university,” tandasnya.
Inovasi lain yang sudah dilakukan adalah registrasi mahasiswa yang sudah tidak lagi berbasis kertas. Melainkan menggunakan sistem online, sehingga mahasiswa bisa mendaftar dari mana saja dengan akses jaringan. Selanjtunya terkait bahan ajar, UT juga menggunakan bahan ajar digital interaktif yang bisa diunduh oleh mahasiswa dan tutor. Sehingga, materi pembelajarannya pun bisa diakses melalui gawai.
Dengan teknologi, lanjut Ojat, memang tidak dapat dipungkiri bahwa layanan pendidikan akan lebih terjangkau oleh masyarakat. Saat ini, UT melayani 350.000 mahasiswa dari segala lapisan masyarakat. “Artinya, ada kebutuhan dari masyarakat supaya pendidikan jarak jauh yang selama ini dilakukan UT juga menjadi kebutuhan yang bisa diterapkan di perguruan tinggi konvensional lainnya,” ujarnya.
Ojat mengatakan, teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan lagi dalam proses pembelajaran. Dia pun menyimpulkan bahwa faktor penting dalam keberhasilan integrasi teknologi untuk tujuan pendidikan yang berkualitas yaitu dengan integrasi perencanaan akademik dan pengembangan fakultas berkualitas tinggi yang berkelanjutan. Di mana teknologi, pedagogi, dan desain pengajaran selaras untuk mendukung pembelajaran.
Dekan FKIP selaku Ketua Panitia ICIEP Udan Kusmawan mengatakan, UT sudah dapat mengembangkan konferensi pendidikan dan kali ini merupakan konferensi internasional pendidikan yang pertama melalui kerja sama dengan Research Synergy Foundation (RSF), yaitu perusahaan sosial Indonesia pertama yang fokus pada pengembangan jaringan kolaboratif antara peneliti, dosen, akademisi, dan praktisi.
Acara ini diawali dengan persembahan tarian Abimantrana dan dihadiri seluruh anggota Forum Komunikasi Dekan FKIP se-Indonesia. Seminar pendidikan rutin diadakan setiap tahun, melalui ICIEP diharapkan tercipta inovasi-inovasi yang baru di bidang pendidikan.
Sebelumnya, Menristekdikti Mohammad Nasir menyampaikan bahwa di era revolusi industri 4.0, e-learning atau proses pembelajaran secara daring akan semakin berkembang dengan pesat. Dengan e-learning, maka Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi Indonesia bisa didorong lebih tinggi dari APK saat ini (34,58).
Nasir mengungkapkan, untuk meningkatkan APK pendidikan tinggi Indonesia secara signifikan, salah satu solusinya adalah pendidikan jarak jauh (distance learning) dengan proses pembelajaran secara daring (e-learning). Kolaborasi dengan perguruan tinggi kelas dunia dibutuhkan untuk menghasilkan sistem pendidikan jarak jauh yang bermutu dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
(don)