Di Hadapan Komisi X, Nadiem Makarim Beberkan Alasan Mau Jadi Mendikbud
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengaku sangat menikmati pekerjaan yang dijalani sebelumnya sebagai CEO Gojek.
”Saya sangat nyaman di Gojek. Gojek sudah menjadi keluarga saya. Alasan saya membangun perusahaan tersebut untuk memastikan Indonesia dikenal di panggung dunia agar dihormati negara-negara lain,” tutur Nadiem saat melakukan rapat perdana dengan anggota Komisi X DPR di Ruang Komisi X, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Seperti diketahui, Nadiem Makarim mendirikan Gojek sejak 2010 silam, dan kini telah tersedia di 50 kota di Indonesia. Gojek bahkan telah mempunyai layanan pembayaran digital yang bernama Gopay. Layanan Gojek kini telah tersedia di Thailand, Vietnam, dan Singapura. (Baca Juga: Jokowi Sebut Nadiem Minta Waktu 100 Hari Rancang Sistem Pendidikan)
Meski merasa nyaman di Gojek, Nadiem akhirnya bersedia ditunjuk sebagai pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan posisi Mendikbud. Nadiem memaparkan alasan dirinya menerima tawaran Presiden untuk menjadi pembantunya, khususnya dalam pengembangan di bidang Pendidikan dan kebudayaan.
”Kita sadar dampak yang saya ciptakan di dunia pendidikan lebih besar untuk memajukan bangsa ini. Apapun kompleksitas masa depan, kalau SDM (sumber daya manusia) kita bisa menangani kompleksitas maka itu tidak menjadi masalah,” paparnya.
Menurut Nadiem, salah satu lompatan Indonesia ke depan, yaitu berada di tangan generasi muda. Dia mengakui bahwa permasalahan di dunia pendidikan sangat kompleks.
“Saya secara pribadi suka sekali hal-hal yang rumit. Saya paling senang dengar itu sulit dibenahi dan lain-lainm Sesuatu yang terlalu sulit, menantang, itu justru menjadi energi bagi saya. Setiap kali ditantang soal masalah yang sulit maka saya lebih ingin menangani. Dari semua isu soal kompleksitas, masalah SDM itu kompleksitasnya paling tinggi,” tuturnya.
Nadiem mengakui tugas paling sulit sebenarnya adalah tugas para guru. Mereka harus tetap bisa memastikan proses belajar mengajar bisa berlangsung di tengah kondisi siswa yang dihadapi sangat beragam.
“Siswa punya sosio ekonomi berbeda, orangtua yang berbeda. Guru dengan sumber daya yang terbatas harus bisa memastikan pembelajaran bisa terjadi. Itu sebenarnya yang banyak di luar kelas tidak menyadari betapa sulitnya menjadi guru,” katanya.
Lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School ini bahkan tak segan menyebutkan bahwa tugas guru lebih sulit dari seorang menteri.
”Saya bisa bilang jadi menteri lebih mudah dari guru,” katanya.
”Saya sangat nyaman di Gojek. Gojek sudah menjadi keluarga saya. Alasan saya membangun perusahaan tersebut untuk memastikan Indonesia dikenal di panggung dunia agar dihormati negara-negara lain,” tutur Nadiem saat melakukan rapat perdana dengan anggota Komisi X DPR di Ruang Komisi X, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Seperti diketahui, Nadiem Makarim mendirikan Gojek sejak 2010 silam, dan kini telah tersedia di 50 kota di Indonesia. Gojek bahkan telah mempunyai layanan pembayaran digital yang bernama Gopay. Layanan Gojek kini telah tersedia di Thailand, Vietnam, dan Singapura. (Baca Juga: Jokowi Sebut Nadiem Minta Waktu 100 Hari Rancang Sistem Pendidikan)
Meski merasa nyaman di Gojek, Nadiem akhirnya bersedia ditunjuk sebagai pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan posisi Mendikbud. Nadiem memaparkan alasan dirinya menerima tawaran Presiden untuk menjadi pembantunya, khususnya dalam pengembangan di bidang Pendidikan dan kebudayaan.
”Kita sadar dampak yang saya ciptakan di dunia pendidikan lebih besar untuk memajukan bangsa ini. Apapun kompleksitas masa depan, kalau SDM (sumber daya manusia) kita bisa menangani kompleksitas maka itu tidak menjadi masalah,” paparnya.
Menurut Nadiem, salah satu lompatan Indonesia ke depan, yaitu berada di tangan generasi muda. Dia mengakui bahwa permasalahan di dunia pendidikan sangat kompleks.
“Saya secara pribadi suka sekali hal-hal yang rumit. Saya paling senang dengar itu sulit dibenahi dan lain-lainm Sesuatu yang terlalu sulit, menantang, itu justru menjadi energi bagi saya. Setiap kali ditantang soal masalah yang sulit maka saya lebih ingin menangani. Dari semua isu soal kompleksitas, masalah SDM itu kompleksitasnya paling tinggi,” tuturnya.
Nadiem mengakui tugas paling sulit sebenarnya adalah tugas para guru. Mereka harus tetap bisa memastikan proses belajar mengajar bisa berlangsung di tengah kondisi siswa yang dihadapi sangat beragam.
“Siswa punya sosio ekonomi berbeda, orangtua yang berbeda. Guru dengan sumber daya yang terbatas harus bisa memastikan pembelajaran bisa terjadi. Itu sebenarnya yang banyak di luar kelas tidak menyadari betapa sulitnya menjadi guru,” katanya.
Lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School ini bahkan tak segan menyebutkan bahwa tugas guru lebih sulit dari seorang menteri.
”Saya bisa bilang jadi menteri lebih mudah dari guru,” katanya.
(dam)