Mendikbud: Reformasi Pendidikan Diawali Dari Guru Penggerak
A
A
A
JAKARTA - Reformasi pendidikan di Indonesia bakal dimulai dengan diterapkannya prinsip kemerdekaan dalam belajar. Reformasi ini membutuhkan peran aktif guru sebagai penggerak utamanya. Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim usai Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di halaman Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di kawasan Senayan, Jakarta.
Nadiem memimpin upacara dengan mengenakan kemeja putih dan dibalut jas hitam. Hadir dalam upacara tersebut Menko PMK Muhadjir Effendi, pejabat di lingkungan Kemendikbud, dan perwakilan guru dari sejumlah wilayah di tanah air. Pidato Mendikbud sendiri sudah viral sejak akhir pekan lalu tidak lagi dibacakan secara langsung melainkan ditampilkan melalui video.
Upacara menjadi lebih heboh ketika orkestra Perguruan Cikini yang menyanyikan lagu Goyang Maumere mengajak semua peserta upacara Prof Arief Rachman kemudian menarik Nadiem untuk bergoyang bersama. Nadiem menjelaskan kemerdekaan belajar mengandung arti guru dan murid memiliki kebebasan dalam berinovasi, belajar mandiri, dan kreatif selama proses belajar mengajar.
Menurutnya Kemedikbud mempunyai tugas berat dalam memfasilitasi ruang kemerdekaan belajar utamanya bagi para guru. "Dan itu mungkin yang akan kita terus bantu. Saya sadar saya tidak bisa hanya meminta dan mengajak guru-guru melakukan ini. Saya PRnya di Kemendikbud dan dinas pendidikan itu besar sekali juga untuk memberikan ruang inovasi kepada guru-guru," katanya.
Mantan CEO Gojek ini menjelaskan, reformasi pendidikan ini tidak hanya bisa diisi oleh peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan pemerintah saja atau berdasarkan kurikulum semata. Namun reformasi pendidikan ini akan sangat besar dampaknya apabila ada guru penggerak.
Dia yakin guru penggerak ini ada di semua unit pendidikan baik di sekolah maupun universitas. "Guru penggerak itu guru yang mengutamakan muridnya dari apapun. Bahkan dari kariernya pun dia mengutamakan murid dan pembelajaran murid. Dan karena itu dia akan memgambil tidakan tanpa disuruh tanpa di perintah untuk melakukan terbaik untuk muridnya itu guru penggerak," terangnya.
Ditanya mengenai berapa guru penggerak yang ingin dicetak, Menteri lulusan Harvard ini belum mengetahui jumlahnya karena hal ini tergantung dari kesiapan guru itu juga. Namun, dia berharap paling tidak disatu sekolah minimal ada satu guru penggerak. Untuk mencapai itu, katanya, pemerintah harus memberi pemahaman dulu apa peran sebagai penggerak. Lalu juga dari sisi regulasi dan birokrasi yang memungkinkan guru itu bisa diberi ruang gerak lebih luas dan inovatif.
Ketika ditanya mengenai apa saja regulasi yang akan disederhanakan untuk lebih memberi ruang gerak bagi guru, Nadiem menjawab, peraturannya bisa bermacam-macam merujuk pada harapanya yang ingin guru lebih bisa melakukan perubahan kecil di kelasnya. Namun sebelum itu dia akan melakukan penyisiran bersama eselonnya. "Detailnya kami sisir dengan tim dirjen, stafsus, eselon. Peraturan apa yang bisa disederhanakan," katanya.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar sistem pendidikan Indonesia ada perubahan drastis. Hal ini disampaikan Pram menanggapi pidatao Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang menyatakan kurikulum pendidikan saat ini terlalu berat.
“Presiden sangat mengharapkan ada perubahan drastic di dalam sistem pendidikan kita,” kata dia di kantornya, kemarin. Dia mengatakan salah satu permintaan presiden kepada mendikbud adalah mengubah sistem pendidikan yang masih tertinggal jauh. Dia mengatakan presiden ingin agar sistem pendidikan Indonesia sejalan dengan perubahan jaman.
“Karena sistem pendidikan kita dianggap masih jauh ketinggalan zaman dan tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Terutama dengan era digital ini, sehingga proses belajar mengajar seharusnya ada di dalam ruangan kelas, bisa di luar kelas, bisa dengan pelatihan,” ungkapnya.
Pram mengatakan bahwa mendikbut telah diberikan kewenangan penuh oleh presiden untuk paradigm kurikulum. Termasuk dalam hal tata cara belajar mengajar. “Sehingga memberikan kegembiraan pada siswa untuk belajar dan tidak dijejali dengan tugas-tugas yang terlalu berlebihan,” tandasnya.
DPR Dorong Sistem Pendidikan Sesuaikan Zaman
Anggota DPR dari Fraksi Nasdem Ahmad Sahroni mendorong dunia pendidikan untuk selalu meng-update kurikulum sesuai perkembangan zaman agar para lulusannya mampu bersaing dan menciptakan peluang-peluang dari perubahan dunia yang bergerak begitu cepat.
Sahroni menyampaikan hal tersebut dalam sambutannya sebagai perwakilan mahasiswa pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Inter Studi yang diwisuda hari ini, Minggu (24/11). “Kita semua menyadari bahwa dunia begitu cepat berubah. Perubahan ini berdampak pada industri dan lapangan kerja yang akan kita hadapi bersama,” kata Sahroni.
Wakil Ketua Komisi Hukum DPR RI ini lebih jauh merujuk pada laporan terbaru McKinsey and Company yang dirilis September 2019 lalu, dimana diperkirakan 23 juta pekerjaan pada tahun 2030 akan hilang, seiring meningkatnya adopsi otomatisasi dan kecerdasan buatan.
Realitas ini menurutnya akan menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk selalu meng-update kurikulum sesuai perkembangan zaman. Begitu pula menjadi tantangan bagi kita sebagai produk perguruan tinggi. “Bekal ilmu pengetahuan yang kita peroleh di bangku kuliah akan segera menjadi tidak relevan, apabila kita tidak terus menerus belajar untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,” ucap Sahroni.
“Continuous learning atau belajar berkelanjutan adalah keniscayaan bagi kita agar tetap bertahan di tengah perubahan dunia dan persaingan global,” imbuhnya. Sejalan dengan itu, kampus InterStudi sebagai lingkungan akademik yang telah membekali para lukusannya dengan keilmuan di bidang komunikasi dan kreativitas, tentu juga dituntut mampu bertahan di tengah derasnya perubahan zaman.
“Belajar dan mendengar, dalam pengalaman pribadi saya, adalah kunci agar kita selalu exist dalam banyak situasi,” tukas Sahroni membagikan pengalaman suksesnya baik di dunia bisnis maupun politik.
Nadiem memimpin upacara dengan mengenakan kemeja putih dan dibalut jas hitam. Hadir dalam upacara tersebut Menko PMK Muhadjir Effendi, pejabat di lingkungan Kemendikbud, dan perwakilan guru dari sejumlah wilayah di tanah air. Pidato Mendikbud sendiri sudah viral sejak akhir pekan lalu tidak lagi dibacakan secara langsung melainkan ditampilkan melalui video.
Upacara menjadi lebih heboh ketika orkestra Perguruan Cikini yang menyanyikan lagu Goyang Maumere mengajak semua peserta upacara Prof Arief Rachman kemudian menarik Nadiem untuk bergoyang bersama. Nadiem menjelaskan kemerdekaan belajar mengandung arti guru dan murid memiliki kebebasan dalam berinovasi, belajar mandiri, dan kreatif selama proses belajar mengajar.
Menurutnya Kemedikbud mempunyai tugas berat dalam memfasilitasi ruang kemerdekaan belajar utamanya bagi para guru. "Dan itu mungkin yang akan kita terus bantu. Saya sadar saya tidak bisa hanya meminta dan mengajak guru-guru melakukan ini. Saya PRnya di Kemendikbud dan dinas pendidikan itu besar sekali juga untuk memberikan ruang inovasi kepada guru-guru," katanya.
Mantan CEO Gojek ini menjelaskan, reformasi pendidikan ini tidak hanya bisa diisi oleh peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan pemerintah saja atau berdasarkan kurikulum semata. Namun reformasi pendidikan ini akan sangat besar dampaknya apabila ada guru penggerak.
Dia yakin guru penggerak ini ada di semua unit pendidikan baik di sekolah maupun universitas. "Guru penggerak itu guru yang mengutamakan muridnya dari apapun. Bahkan dari kariernya pun dia mengutamakan murid dan pembelajaran murid. Dan karena itu dia akan memgambil tidakan tanpa disuruh tanpa di perintah untuk melakukan terbaik untuk muridnya itu guru penggerak," terangnya.
Ditanya mengenai berapa guru penggerak yang ingin dicetak, Menteri lulusan Harvard ini belum mengetahui jumlahnya karena hal ini tergantung dari kesiapan guru itu juga. Namun, dia berharap paling tidak disatu sekolah minimal ada satu guru penggerak. Untuk mencapai itu, katanya, pemerintah harus memberi pemahaman dulu apa peran sebagai penggerak. Lalu juga dari sisi regulasi dan birokrasi yang memungkinkan guru itu bisa diberi ruang gerak lebih luas dan inovatif.
Ketika ditanya mengenai apa saja regulasi yang akan disederhanakan untuk lebih memberi ruang gerak bagi guru, Nadiem menjawab, peraturannya bisa bermacam-macam merujuk pada harapanya yang ingin guru lebih bisa melakukan perubahan kecil di kelasnya. Namun sebelum itu dia akan melakukan penyisiran bersama eselonnya. "Detailnya kami sisir dengan tim dirjen, stafsus, eselon. Peraturan apa yang bisa disederhanakan," katanya.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar sistem pendidikan Indonesia ada perubahan drastis. Hal ini disampaikan Pram menanggapi pidatao Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang menyatakan kurikulum pendidikan saat ini terlalu berat.
“Presiden sangat mengharapkan ada perubahan drastic di dalam sistem pendidikan kita,” kata dia di kantornya, kemarin. Dia mengatakan salah satu permintaan presiden kepada mendikbud adalah mengubah sistem pendidikan yang masih tertinggal jauh. Dia mengatakan presiden ingin agar sistem pendidikan Indonesia sejalan dengan perubahan jaman.
“Karena sistem pendidikan kita dianggap masih jauh ketinggalan zaman dan tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Terutama dengan era digital ini, sehingga proses belajar mengajar seharusnya ada di dalam ruangan kelas, bisa di luar kelas, bisa dengan pelatihan,” ungkapnya.
Pram mengatakan bahwa mendikbut telah diberikan kewenangan penuh oleh presiden untuk paradigm kurikulum. Termasuk dalam hal tata cara belajar mengajar. “Sehingga memberikan kegembiraan pada siswa untuk belajar dan tidak dijejali dengan tugas-tugas yang terlalu berlebihan,” tandasnya.
DPR Dorong Sistem Pendidikan Sesuaikan Zaman
Anggota DPR dari Fraksi Nasdem Ahmad Sahroni mendorong dunia pendidikan untuk selalu meng-update kurikulum sesuai perkembangan zaman agar para lulusannya mampu bersaing dan menciptakan peluang-peluang dari perubahan dunia yang bergerak begitu cepat.
Sahroni menyampaikan hal tersebut dalam sambutannya sebagai perwakilan mahasiswa pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Inter Studi yang diwisuda hari ini, Minggu (24/11). “Kita semua menyadari bahwa dunia begitu cepat berubah. Perubahan ini berdampak pada industri dan lapangan kerja yang akan kita hadapi bersama,” kata Sahroni.
Wakil Ketua Komisi Hukum DPR RI ini lebih jauh merujuk pada laporan terbaru McKinsey and Company yang dirilis September 2019 lalu, dimana diperkirakan 23 juta pekerjaan pada tahun 2030 akan hilang, seiring meningkatnya adopsi otomatisasi dan kecerdasan buatan.
Realitas ini menurutnya akan menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk selalu meng-update kurikulum sesuai perkembangan zaman. Begitu pula menjadi tantangan bagi kita sebagai produk perguruan tinggi. “Bekal ilmu pengetahuan yang kita peroleh di bangku kuliah akan segera menjadi tidak relevan, apabila kita tidak terus menerus belajar untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,” ucap Sahroni.
“Continuous learning atau belajar berkelanjutan adalah keniscayaan bagi kita agar tetap bertahan di tengah perubahan dunia dan persaingan global,” imbuhnya. Sejalan dengan itu, kampus InterStudi sebagai lingkungan akademik yang telah membekali para lukusannya dengan keilmuan di bidang komunikasi dan kreativitas, tentu juga dituntut mampu bertahan di tengah derasnya perubahan zaman.
“Belajar dan mendengar, dalam pengalaman pribadi saya, adalah kunci agar kita selalu exist dalam banyak situasi,” tukas Sahroni membagikan pengalaman suksesnya baik di dunia bisnis maupun politik.
(don)