Tarumanagara Fintech Forum 2019 Tumbuhkan Perekonomian Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Tarumanagara (FEB UNTAR) menyelenggarakan acara Tarumanegara Fintech Forum (TFF) 2019 dengan tema “Fintech Contribution to Financial Inclusion and Beyond” di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan lebih jauh tentang perkembangan fintech di Indonesia dan sekaligus dapat memberikan peluang alumni mahasiswa khususnya dan para mahasiswa/wi Untar untuk meningkatkan perekonomian bangsa.
Ketua Ikatan Alumni FEB Untar Hadi Cahyadi mengungkapkan, bahwa perkembangan pengguna internet Indonesia cukup pesat, sehingga tren pengguna media sosial dan masifnya fintech juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal inilah yang menjadi latar belakang terselenggaranya forum ini. Kegiatan ini juga menjadi kontribusi alumni FEB Untar ke almamaternya.
"Teman-teman Tarumanagara ingin sekali mengerti lebih banyak tentang fintech dan beyond, apa itu fintech dan apa exit-nya. Kita ingin sekali mengerti, situasi seperti apa dari regulator, investor, maupun para pemain fintech," ungkapnya.
Kegiatan ini menghadirkan pembicara, snggota Komisioner OJK Riswinandi, Eri Reksoprodjo dari Kejora Ventures, Raditya Pramana dari Venturra Capital, Nararya Ciputra R yang mewakili Wakil Ketua Pembina Yayasan Tarumanagara dan Dekan FEB Untar Sawidji Widoatmodjo. Sedangkan dari pemain fintech turut hadir We+, Batumbu, DANA, dan TanamDuit.
Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non-Bank dan Anggota Komisioner OJK Riswinandi mengatakan, supaya para pemain fintech maupun akademisi semakin gencar menyosialisasikan industri digital ini di tengah masyarakat. Hal ini termasuk menjadi bagian dari program pemerintah menuju ekosistem industri ekonomi digital maupun cashless society.
"Sebagai regulator, kami bersama asosiasi memantau dan mengevaluasi perkembangan fintech di Indonesia. Dari sisi regulasi, pasar, dan perlindungan konsumen," ungkapnya.
Sementara itu, Partner Venturra Capital Raditya Pramana menyampaikan, pertumbuhan fintech sangat pesat dan banyak menyediakan layanan yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan inklusi keuangan di Indonesia. Apalagi berdasarkan data Google, Temasek dan Bain menunjukkan, ada sekitar 92 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening bank (unbanked). Bahkan, ada sekitar 47 juta penduduk yang belum mempunya banyak akses keuangan (underbanked).
“Melihat hal seperti itu banyak peluang untuk menjangkau (underbanked dan unbanked) melalui internet, fintech,” ungkapnya.
Sementara itu, Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo mengungkapkan digital inklusi memberi ruang investasi yang sangat baik. Fintech masih banyak investor asing yang mencarinya.
"Pertumbuhan kepemilikan rekening perbankan di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia Timur dan Pasifik. Di satu sisi, pengguna ponsel pintar (smartphone) di Tanah Air juga cukup banyak. Hal ini menjadi peluang bagi pelaku fintech," ungkapnya.
Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan pencerahan para mahasiswa/wi Untar untuk dapat mengenal lebih jauh perkembangan fintech di Indonesia yang terus tumbuh sangat pesat di era industri 4.0. mengingat pengguna internet yang sudah melaju sangat cepat. (syarif wibowo)
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan lebih jauh tentang perkembangan fintech di Indonesia dan sekaligus dapat memberikan peluang alumni mahasiswa khususnya dan para mahasiswa/wi Untar untuk meningkatkan perekonomian bangsa.
Ketua Ikatan Alumni FEB Untar Hadi Cahyadi mengungkapkan, bahwa perkembangan pengguna internet Indonesia cukup pesat, sehingga tren pengguna media sosial dan masifnya fintech juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal inilah yang menjadi latar belakang terselenggaranya forum ini. Kegiatan ini juga menjadi kontribusi alumni FEB Untar ke almamaternya.
"Teman-teman Tarumanagara ingin sekali mengerti lebih banyak tentang fintech dan beyond, apa itu fintech dan apa exit-nya. Kita ingin sekali mengerti, situasi seperti apa dari regulator, investor, maupun para pemain fintech," ungkapnya.
Kegiatan ini menghadirkan pembicara, snggota Komisioner OJK Riswinandi, Eri Reksoprodjo dari Kejora Ventures, Raditya Pramana dari Venturra Capital, Nararya Ciputra R yang mewakili Wakil Ketua Pembina Yayasan Tarumanagara dan Dekan FEB Untar Sawidji Widoatmodjo. Sedangkan dari pemain fintech turut hadir We+, Batumbu, DANA, dan TanamDuit.
Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non-Bank dan Anggota Komisioner OJK Riswinandi mengatakan, supaya para pemain fintech maupun akademisi semakin gencar menyosialisasikan industri digital ini di tengah masyarakat. Hal ini termasuk menjadi bagian dari program pemerintah menuju ekosistem industri ekonomi digital maupun cashless society.
"Sebagai regulator, kami bersama asosiasi memantau dan mengevaluasi perkembangan fintech di Indonesia. Dari sisi regulasi, pasar, dan perlindungan konsumen," ungkapnya.
Sementara itu, Partner Venturra Capital Raditya Pramana menyampaikan, pertumbuhan fintech sangat pesat dan banyak menyediakan layanan yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan inklusi keuangan di Indonesia. Apalagi berdasarkan data Google, Temasek dan Bain menunjukkan, ada sekitar 92 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening bank (unbanked). Bahkan, ada sekitar 47 juta penduduk yang belum mempunya banyak akses keuangan (underbanked).
“Melihat hal seperti itu banyak peluang untuk menjangkau (underbanked dan unbanked) melalui internet, fintech,” ungkapnya.
Sementara itu, Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo mengungkapkan digital inklusi memberi ruang investasi yang sangat baik. Fintech masih banyak investor asing yang mencarinya.
"Pertumbuhan kepemilikan rekening perbankan di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia Timur dan Pasifik. Di satu sisi, pengguna ponsel pintar (smartphone) di Tanah Air juga cukup banyak. Hal ini menjadi peluang bagi pelaku fintech," ungkapnya.
Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan pencerahan para mahasiswa/wi Untar untuk dapat mengenal lebih jauh perkembangan fintech di Indonesia yang terus tumbuh sangat pesat di era industri 4.0. mengingat pengguna internet yang sudah melaju sangat cepat. (syarif wibowo)
(alf)