Cegah Radikalisme, Kemenag Gelar Perkemahan Rohis Nasional
A
A
A
JAKARTA - Cegah intoleransi dan paham radikalisme, Kementerian Agama (Kemenag) menggelar perkemahan nasional bagi pengurus Rohani Islam (Rohis) tingkat SMA dan SMK di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.
Direktur Pendidikan Agama Islam Amin Haidari mengatakan, kegiatan yang diikuti oleh 1.500 pengurus, berlangsung selama empat hari sejak 12 November 2014 sampai 15 November.
Dalam kegiatan tersebut para siswa akan mendapatkan berbagai pelatihan dan pemahaman mengenai berbagai hal seperti, demokrasi, toleransi, bahaya narkoba, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kedisiplinan, ketertiban, Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), dan upaya menangkal aliran radikal.
Hal itu penting, mengingat belakangan ini muncul tuduhan radikal kepada Rohis. Keadaan tersebut membuat banyak orang memberi perhatian serius, terutama sejak ditangkapnya tiga siswa SMK di Klaten, Jawa Tengah, yang merencanakan peledakan bom.
"Pandangan ini tidak bisa dialamatkan begitu saja kepada Rohis, sekalipun ada segelintir oknum dari siswa yang mengarah pada paham radikal atau intoleran. Mereka tidak mendapatkan materi dari gurunya, melainkan dari pihak tertentu," ujarnya di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (11/11/2014).
Karenanya, acara yang mengambil tema Aku Bangga Menjadi Muslim Indonesia, akan mendapat bimbingan, membuka wawasan dan pemahaman mereka terhadap Islam nusantara yang mengedepankan pentingnya toleransi.
"Kementerian Agama berkepentingan atas munculnya generasi muda yang memiliki pandangan keagamaan yang inklusif dan toleran," jelasnya.
Dengan kondisi bangsa yang multi etnis, multi agama dan multi agama, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang bisa mengayomi semuanya tanpa melihat asal-usul suku dan agamanya.
Rohis sebagai salah satu komponen dari organisasi OSIS sangat berperan dalam membangun dan menciptakan pemimpin yang memiliki wawasan kebangsaan dan keagamaan yang baik.
"Itulah keunggulan yang harus dipertahankan oleh generasi muda, memang ini tugas berat tapi kami optimistis bisa melahirkan pemimpin yang inklusif dan toleran," ucapnya.
Direktur Pendidikan Agama Islam Amin Haidari mengatakan, kegiatan yang diikuti oleh 1.500 pengurus, berlangsung selama empat hari sejak 12 November 2014 sampai 15 November.
Dalam kegiatan tersebut para siswa akan mendapatkan berbagai pelatihan dan pemahaman mengenai berbagai hal seperti, demokrasi, toleransi, bahaya narkoba, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kedisiplinan, ketertiban, Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), dan upaya menangkal aliran radikal.
Hal itu penting, mengingat belakangan ini muncul tuduhan radikal kepada Rohis. Keadaan tersebut membuat banyak orang memberi perhatian serius, terutama sejak ditangkapnya tiga siswa SMK di Klaten, Jawa Tengah, yang merencanakan peledakan bom.
"Pandangan ini tidak bisa dialamatkan begitu saja kepada Rohis, sekalipun ada segelintir oknum dari siswa yang mengarah pada paham radikal atau intoleran. Mereka tidak mendapatkan materi dari gurunya, melainkan dari pihak tertentu," ujarnya di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (11/11/2014).
Karenanya, acara yang mengambil tema Aku Bangga Menjadi Muslim Indonesia, akan mendapat bimbingan, membuka wawasan dan pemahaman mereka terhadap Islam nusantara yang mengedepankan pentingnya toleransi.
"Kementerian Agama berkepentingan atas munculnya generasi muda yang memiliki pandangan keagamaan yang inklusif dan toleran," jelasnya.
Dengan kondisi bangsa yang multi etnis, multi agama dan multi agama, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang bisa mengayomi semuanya tanpa melihat asal-usul suku dan agamanya.
Rohis sebagai salah satu komponen dari organisasi OSIS sangat berperan dalam membangun dan menciptakan pemimpin yang memiliki wawasan kebangsaan dan keagamaan yang baik.
"Itulah keunggulan yang harus dipertahankan oleh generasi muda, memang ini tugas berat tapi kami optimistis bisa melahirkan pemimpin yang inklusif dan toleran," ucapnya.
(maf)