Kemandirian Sainstek, Perguruan Tinggi dan Industri Perlu Sinkronisasi
A
A
A
YOGYAKARTA - Kemandirian sains dan teknologi (sainstek) di Indonesia optimis bisa dicapai dengan menyinkronkan kurikulum di Perguruan Tinggi (PT) dengan kebutuhan industri.
Dosen Teknik Mesin IST Akprind Yogyakarta Joko Waluyo mengatakan, kemandirian sainstek di Indonesia optimis bisa dicapai dengan kemampuan SDM yang ada saat ini.
Namun untuk menuju kemandirian tersebut, persoalan utama yang harus segera diselesaikan ialah akses PT sebagai sumber penelitian ke dunia industri.
"Mencapai kemandirian sainstek memang bisa ditempuh dengan menyinkronkan kurikulum di PT dengan kebutuhan industri. Tapi persoalannya tidak semudah itu. Selama industri di Indonesia mayoritas masih dikuasai asing, alih industri yang dicita-citakan tidak mungkin bisa terlaksana. Akibatnya kemandirian sainstek jelas terhambat," ujar Joko Waluyo kepada wartawan di kampus IST, Kamis 13 November kemarin.
Joko menuturkan, peneliti di PT selama ini mengalami kesulitan akses masuk ke industri.
Hal ini dikarenakan penguasaan asing dalam industri yang ada di Indonesia.
Akibatnya, banyak hasil penelitian PT yang hanya sekedar menjadi buku atau sebatas dipublikasikan di jurnal penelitian. Selain itu, daya saing Indonesia untuk sainstek sendiri menjadi rendah.
"Untuk sampai pada tingkat aplikasi, penelitian PT itu masih susah. Di sisi lain, penelitian kita biasanya terkendala pembiayaan. Padahal harusnya penelitian di PT itu dibiayai industri sehingga hasil penelitiannya langsung bisa dimanfaatkan pihak industri untuk dikembangkan. Itulah yang terjadi di negara lain, sayangnya tidak begitu dengan di Indonesia," jelasnya.
Oleh karena itu sebagai upaya meningkatkan peran sainstek dalam pembangunan bangsa, Akprind akan menyelenggarakan Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) 2014 pada Sabtu 15 November mendatang.
Melalui seminar tersebut, Akprind ingin membangun masyarakat berbasis pengetahuan guna mendorong terciptanya kemampuan dan kemandirian sainstek Indonesia.
Penanggung Jawab Seminar Nasional Aplikasi Sainstek IST Akprind Muhammad Soleh ST MT menuturkan, dengan penyatuan bidang riset dan teknologi bersama pendidikan tinggi di tataran kementerian pada pemerintah yang baru saat ini, ada harapan besar bisa makin teraplikasinya hasil penelitian di PT.
Menurutnya, pengembangan penelitian di PT paling tidak bisa didorong semakin banyak.
"Penyatuan riset dan pendidikan tinggi ini seperti harapan bagi PT. Karena selama ini hubungan penelitian dengan PT sendiri masih lemah. Bahkan ada ungkapan penelitian hanya untuk penelitian," katanya.
Ketua panitia Seminar IST Akprind Amir Hamzah pun menambahkan, seminar ini akan diikuti 155 makalah sainstek dari 50 PT se-Indonesia yang telah terseleksi.
Dari seminar ini, diharapkan muncul banyak pemikiran yang dapat disumbangkan demi kemajuan sainstek sehingga dapat berkontribusi bagi kemandirian bangsa.
Dosen Teknik Mesin IST Akprind Yogyakarta Joko Waluyo mengatakan, kemandirian sainstek di Indonesia optimis bisa dicapai dengan kemampuan SDM yang ada saat ini.
Namun untuk menuju kemandirian tersebut, persoalan utama yang harus segera diselesaikan ialah akses PT sebagai sumber penelitian ke dunia industri.
"Mencapai kemandirian sainstek memang bisa ditempuh dengan menyinkronkan kurikulum di PT dengan kebutuhan industri. Tapi persoalannya tidak semudah itu. Selama industri di Indonesia mayoritas masih dikuasai asing, alih industri yang dicita-citakan tidak mungkin bisa terlaksana. Akibatnya kemandirian sainstek jelas terhambat," ujar Joko Waluyo kepada wartawan di kampus IST, Kamis 13 November kemarin.
Joko menuturkan, peneliti di PT selama ini mengalami kesulitan akses masuk ke industri.
Hal ini dikarenakan penguasaan asing dalam industri yang ada di Indonesia.
Akibatnya, banyak hasil penelitian PT yang hanya sekedar menjadi buku atau sebatas dipublikasikan di jurnal penelitian. Selain itu, daya saing Indonesia untuk sainstek sendiri menjadi rendah.
"Untuk sampai pada tingkat aplikasi, penelitian PT itu masih susah. Di sisi lain, penelitian kita biasanya terkendala pembiayaan. Padahal harusnya penelitian di PT itu dibiayai industri sehingga hasil penelitiannya langsung bisa dimanfaatkan pihak industri untuk dikembangkan. Itulah yang terjadi di negara lain, sayangnya tidak begitu dengan di Indonesia," jelasnya.
Oleh karena itu sebagai upaya meningkatkan peran sainstek dalam pembangunan bangsa, Akprind akan menyelenggarakan Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) 2014 pada Sabtu 15 November mendatang.
Melalui seminar tersebut, Akprind ingin membangun masyarakat berbasis pengetahuan guna mendorong terciptanya kemampuan dan kemandirian sainstek Indonesia.
Penanggung Jawab Seminar Nasional Aplikasi Sainstek IST Akprind Muhammad Soleh ST MT menuturkan, dengan penyatuan bidang riset dan teknologi bersama pendidikan tinggi di tataran kementerian pada pemerintah yang baru saat ini, ada harapan besar bisa makin teraplikasinya hasil penelitian di PT.
Menurutnya, pengembangan penelitian di PT paling tidak bisa didorong semakin banyak.
"Penyatuan riset dan pendidikan tinggi ini seperti harapan bagi PT. Karena selama ini hubungan penelitian dengan PT sendiri masih lemah. Bahkan ada ungkapan penelitian hanya untuk penelitian," katanya.
Ketua panitia Seminar IST Akprind Amir Hamzah pun menambahkan, seminar ini akan diikuti 155 makalah sainstek dari 50 PT se-Indonesia yang telah terseleksi.
Dari seminar ini, diharapkan muncul banyak pemikiran yang dapat disumbangkan demi kemajuan sainstek sehingga dapat berkontribusi bagi kemandirian bangsa.
(whb)