Mahasiswa ITB Buka Sakola Kembara, Sekolah Gratis untuk Anak Desa
Sabtu, 25 Februari 2023 - 09:25 WIB
JAKARTA - Mahasiswa ITB Rommy Adany Putra Afauly bersama rekannya membangun sekolah yang bisa diakses gratis oleh anak-anak di desa. Dinamakan Sakola Kembara, fasilitas pendidikan ini juga sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah karena kondisi pendidikan yang masih timpang.
Kata “sakola” berasal dari bahasa Sunda yang berarti “sekolah” sedangkan “kembara” berarti “pergi mengembara”. Rommy mengatakan, awal mula sekolah ini dari amanah saat dia menjabat sebagai Kepala Divisi Kolaborasi dan Implementasi di Gebrak Indonesia untuk mebangun Desa Cinta Asih.
Tanggung jawab itu dia emban diiringi dengan keresahan pribadi karena melihat ketimpangan kualitas pendidikan yang terjadi di desa dan kota. "Aku ingin membangun pendidikan di desa, bebas di mana saja," ujarnya, dikutip dari laman ITB, Sabtu (25/2/2023).
Perjuangannya mengembangkan Sakola Kembara patut dipuji. Mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITB ini mengaku harus tinggal di desa selama 6 bulan di saat dia bersama teman-temannya harus mengikuti perkuliahan secara daring.
Baca juga: Beasiswa LPDP Tahap 1 2023 Ditutup Hari Ini, Sudah Daftar Belum?
Berjibaku dengan sinyal internet yang tak stabil dan listrik padam setiap malam harus ia lalui selama setengah tahun demi mengembangkan sekolah tersebut.
Inspirasi membangun pendidikan di desa termotivasi oleh keinginan orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Meskipun keduanya hanyalah lulusan SMP dan SMA. Sebagai keluarga perantauan dari Pulau Sumatra yang menetap di Jakarta, Rommi mengaku bukan hal yang mudah.
Realitas pendidikan yang terjadi di negeri ini menggugahnya untuk membantu mengurangi ketimpangan kualitas di kota dan desa. Hal ini dilakukannya sejak tahun pertamanya berkuliah, Rommy telah terjun mengajari anak-anak di pelosok Bandung.
Pengalaman ini menjadi bekal untuknya membuat konsep membangun desa bersama teman-temannya. Dengan mengoptimalkan dana yang diberikan oleh ITB, Rommi dan kawannya mulai melakukan roadshow ke lima sekolah di Desa Cinta Asih.
Kata “sakola” berasal dari bahasa Sunda yang berarti “sekolah” sedangkan “kembara” berarti “pergi mengembara”. Rommy mengatakan, awal mula sekolah ini dari amanah saat dia menjabat sebagai Kepala Divisi Kolaborasi dan Implementasi di Gebrak Indonesia untuk mebangun Desa Cinta Asih.
Tanggung jawab itu dia emban diiringi dengan keresahan pribadi karena melihat ketimpangan kualitas pendidikan yang terjadi di desa dan kota. "Aku ingin membangun pendidikan di desa, bebas di mana saja," ujarnya, dikutip dari laman ITB, Sabtu (25/2/2023).
Perjuangannya mengembangkan Sakola Kembara patut dipuji. Mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITB ini mengaku harus tinggal di desa selama 6 bulan di saat dia bersama teman-temannya harus mengikuti perkuliahan secara daring.
Baca juga: Beasiswa LPDP Tahap 1 2023 Ditutup Hari Ini, Sudah Daftar Belum?
Berjibaku dengan sinyal internet yang tak stabil dan listrik padam setiap malam harus ia lalui selama setengah tahun demi mengembangkan sekolah tersebut.
Inspirasi membangun pendidikan di desa termotivasi oleh keinginan orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Meskipun keduanya hanyalah lulusan SMP dan SMA. Sebagai keluarga perantauan dari Pulau Sumatra yang menetap di Jakarta, Rommi mengaku bukan hal yang mudah.
Realitas pendidikan yang terjadi di negeri ini menggugahnya untuk membantu mengurangi ketimpangan kualitas di kota dan desa. Hal ini dilakukannya sejak tahun pertamanya berkuliah, Rommy telah terjun mengajari anak-anak di pelosok Bandung.
Pengalaman ini menjadi bekal untuknya membuat konsep membangun desa bersama teman-temannya. Dengan mengoptimalkan dana yang diberikan oleh ITB, Rommi dan kawannya mulai melakukan roadshow ke lima sekolah di Desa Cinta Asih.
Lihat Juga :
tulis komentar anda