2 Dosen Muda UI Lulus Program Kepemimpinan Ilmuwan Kelas Dunia
Kamis, 06 April 2023 - 09:47 WIB
JAKARTA - 2 dosen muda Universitas Indonesia (UI) masuk dalam 27 peneliti Indonesia yang berhasil lulus dari Science Leadership Collaborative (SLC). Ini adalah program pengembangan kepemimpinan ilmuwan kelas dunia yang digelar selama 9 bulan.
Kedua dosen tersebut adalah dosen Fakultas Teknik (FT), Dr. Dipl.-Ing. Nuraziz Handika dan dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Krisna Puji Rahmayanti. Kelulusan keduanya dikukuhkan pada Maret lalu, di Ungasan, Bali.
Dr. Aziz lulus setelah mengembangkan proyek “How to Preserve Human’s Life and to Assure Safety & Performance of Earthquake-Resistant Building in A Ring of Fire Country (Indonesia)?”, sedangkan Krisna berhasil menyelesaikan penelitian bertema “Increasing Community Resilience Collaboratively in Pacitan Regency”.
Menurutnya, inovasi yang dihasilkan terinspirasi dari kegiatan survei lapangan atas bangunan sederhana 1–2 lantai (perumahan) pascagempa Lombok 2018, Palu 2018, dan Cianjur 2022. Saat itu, ia bersama tim dari laboratorium Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil FTUI melihat kerusakan yang terjadi pada bangunan sederhana.
Baca juga: Ini Inovasi Model Reservoir ala Mahasiswa Universitas Pertamina untuk Optimalkan Produksi Migas
Istilah nirr-rekayasa atau non-engineered adalah kategori dari bangunan tipe ini. Dari hasil survei, disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi dapat dihindari jika mengikuti standar pembuatan rumah sederhana yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR atau panduan yang dibuat dosen Teknik Sipil FTUI yang sudah pensiun, (Alm.) Teddy Boen.
“Secara teknis, dokumen ada. Hanya saja, mungkin sebagian besar dari kita tidak menjumpainya. Di DKI Jakarta, disyaratkan untuk membuat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), juga terdapat arahan untuk membuat bangunan sederhana tersebut. Sementara itu, untuk bangunan 8 lantai ke atas, kita sudah menyadari adanya standar khusus untuk bangunan tahan gempa,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (6/4/2023).
Ia berharap inovasi ini dapat meningkatkan awareness masyarakat, terutama saat membangun rumah. Pihak pembangun (kontraktor dan tukang) serta pemilik rumah harus menyadari kondisi bangunan yang baik.
Dengan mengacu standar hasil penelitian, diharapkan korban jiwa yang mungkin ada akibat bencana gempa dapat dikurangi. Selain itu, kolaborasi dengan bidang lain, baik itu komunikasi, psikologi, dan sebagainya juga diperlukan untuk mempermudah sampainya pesan kepada masyarakat.
Kedua dosen tersebut adalah dosen Fakultas Teknik (FT), Dr. Dipl.-Ing. Nuraziz Handika dan dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Krisna Puji Rahmayanti. Kelulusan keduanya dikukuhkan pada Maret lalu, di Ungasan, Bali.
Dr. Aziz lulus setelah mengembangkan proyek “How to Preserve Human’s Life and to Assure Safety & Performance of Earthquake-Resistant Building in A Ring of Fire Country (Indonesia)?”, sedangkan Krisna berhasil menyelesaikan penelitian bertema “Increasing Community Resilience Collaboratively in Pacitan Regency”.
Menurutnya, inovasi yang dihasilkan terinspirasi dari kegiatan survei lapangan atas bangunan sederhana 1–2 lantai (perumahan) pascagempa Lombok 2018, Palu 2018, dan Cianjur 2022. Saat itu, ia bersama tim dari laboratorium Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil FTUI melihat kerusakan yang terjadi pada bangunan sederhana.
Baca juga: Ini Inovasi Model Reservoir ala Mahasiswa Universitas Pertamina untuk Optimalkan Produksi Migas
Istilah nirr-rekayasa atau non-engineered adalah kategori dari bangunan tipe ini. Dari hasil survei, disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi dapat dihindari jika mengikuti standar pembuatan rumah sederhana yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR atau panduan yang dibuat dosen Teknik Sipil FTUI yang sudah pensiun, (Alm.) Teddy Boen.
“Secara teknis, dokumen ada. Hanya saja, mungkin sebagian besar dari kita tidak menjumpainya. Di DKI Jakarta, disyaratkan untuk membuat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), juga terdapat arahan untuk membuat bangunan sederhana tersebut. Sementara itu, untuk bangunan 8 lantai ke atas, kita sudah menyadari adanya standar khusus untuk bangunan tahan gempa,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (6/4/2023).
Ia berharap inovasi ini dapat meningkatkan awareness masyarakat, terutama saat membangun rumah. Pihak pembangun (kontraktor dan tukang) serta pemilik rumah harus menyadari kondisi bangunan yang baik.
Dengan mengacu standar hasil penelitian, diharapkan korban jiwa yang mungkin ada akibat bencana gempa dapat dikurangi. Selain itu, kolaborasi dengan bidang lain, baik itu komunikasi, psikologi, dan sebagainya juga diperlukan untuk mempermudah sampainya pesan kepada masyarakat.
tulis komentar anda