Faizah Abdullah, Dosen Vokasi UI yang Ingin Memajukan Fisioterapis
Minggu, 26 Juli 2020 - 08:22 WIB
JAKARTA - Profesi fisioterapis masih asing bagi sejumlah kalangan masyarakat. Jurusan fisioterapi juga tidak sepopuler jurusan lainnya saat mahasiswa saat memilih program studi di bangku perkuliahan.
Faizah Abdullah, dosen Program Studi Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) , ingin menjawab tantangan itu dan memajukan fisioterapis. Faizah mulai berkarier di sebuah klinik fisioterapi di Jakarta setelah berhasil menyelesaikan studinya di tahun 2010 pada program Diploma 3 Fisioterapi di UI. Pada tahun 2013, ia memutuskan untuk terjun ke dunia pendidikan sebagai tenaga pengajar di Vokasi UI. Bersamaan dengan kegiatan mengajarnya, Faizah juga tetap menjalani profesinya sebagai fisioterapis yang langsung menangani pasien.
Fisioterapi merupakan suatu pelayanan kesehatan yang mengupayakan pengembangan, pemeliharaan, dan pemulihan gerak dan fungsi dengan menggunakan modalitas fisik, mekanis atau elektroterapeutis yang ditujukan kepada suatu individu/kelompok.
"Terkadang fisioterapi masih sering dilabeli sebagai pijat saja. Stigma tersebut tidaklah benar. Perlu diluruskan bahwa pijat sebenarnya hanya sebagian kecil intervensi dalam pemberian terapi kepada pasien, bahkan sudah sangat jarang digunakan. Kenyataannya, banyak treatment lain yang dilakukan oleh fisioterapis dengan mengedepankan intervensi yang berbasis bukti (evidance-based). Sebut saja teknik melatih pasien stroke untuk berjalan, bermacam-macam penggunaan alat elektroterapi, dan lainnya," jelasnya, Sabtu (24/7/2020).( ).
Faizah juga menjelaskan bahwa fisioterapi memiliki rentang dari promotif berupa edukasi kepada masyarakat sampai dengan rehabilitatif yang merupakan pemulihan. Peluang di dunia fisioterapi sendiri cukup tinggi seiring meningkatnya angka harapan hidup saat ini. "Tingkat kebutuhan fisioterapi sendiri juga ikut meningkat. Salah satunya adalah fisioterapi lansia. Jadi lulusan fisioterapi tidak perlu takut, karena peluang terbuka luas baik di rumah sakit, klinik, atau bahkan praktik pribadi," ujar Faizah.
Dari sisi keilmuan, Faizah juga aktif menulis penelitian di bidang neurosains, exercise, dan muskuloskeletal. Faizah memfokuskan dirinya di bagian muskuloskeletal, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan otot, tulang, sendi, dan jaringan penyusun rangka tubuh lainnya. Saat ini, ia juga mulai mendalami ke bagian kesehatan wanita. Kasus-kasus yang berkaitan dengan muskuloskeletal, namun spesifik hanya dialami oleh wanita saja. Misalnya, pasien pascaoperasi pengangkatan payudara akibat kanker, ibu hamil yang memiliki nyeri pinggang, dan lainnya.
"Wanita itu kompleks dan perlu dukungan dalam berbagai fase kehidupannya, maka sangat menarik untuk mendalami hal tersebut," kata Faizah yang pernah mendapat beasiswa untuk mengikuti pelatihan Retooling Kompetensi Dosen Bidang Kesehatan di
Melbourne, Australia ini.
Sebagai dosen Vokasi UI, pengajaran yang dilakukan memiliki komposisi sebanyak 70% praktik dan 30% teori. Maka dari itu, ilmu yang dia sampaikan kepada mahasiswa harus relevan dengan perkembangan terkini. Dia berusaha mampu menjalankan profesi fisioterapis dan dosen secara bersamaan. "Dengan tetap menjalankan praktik fisioterapi, saya juga memperoleh ragam kasus dan perkembangannya dari para pasien," ujar Faizah.( ).
Selain mengedukasi para mahasiswa di kampus, Faizah juga berupaya mendekatkan profesi fisioterapi kepada masyarakat. Faizah membentuk kanal edukasi 'Get Fit with Physio' di Instagram dan Facebook Fanpage. Melalui 'Get Fit with Physio', Faizah aktif membagikan informasi-informasi seputar manfaat fisioterapi, aspek-aspek dalam fisioterapi, serta profesi fisioterapis itu sendiri.
Selama bekerja menjadi seorang fisioterapis, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh Faizah. "Biasanya ekspektasi dari pasien yang mengharapkan sekali fisioterapi langsung sehat. Sedangkan, proses penyembuhan nggak seinstan itu. Tergantung dengan kondisi penyakit dan respons tubuh terhadap terapi yang diberikan. Tidak jarang pula pasien yang kurang sabar dengan tindakan terapi yang dilakukan."
Menurutnya, membangun kepercayaan melalui edukasi dan komunikasi yang baik kepada pasien sangat penting. "Selain itu, dibutuhkan kerja sama serta komitmen antara fisioterapis dan pasien agar hasil terapi menjadi optimal," pungkasnya.
Faizah Abdullah, dosen Program Studi Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) , ingin menjawab tantangan itu dan memajukan fisioterapis. Faizah mulai berkarier di sebuah klinik fisioterapi di Jakarta setelah berhasil menyelesaikan studinya di tahun 2010 pada program Diploma 3 Fisioterapi di UI. Pada tahun 2013, ia memutuskan untuk terjun ke dunia pendidikan sebagai tenaga pengajar di Vokasi UI. Bersamaan dengan kegiatan mengajarnya, Faizah juga tetap menjalani profesinya sebagai fisioterapis yang langsung menangani pasien.
Fisioterapi merupakan suatu pelayanan kesehatan yang mengupayakan pengembangan, pemeliharaan, dan pemulihan gerak dan fungsi dengan menggunakan modalitas fisik, mekanis atau elektroterapeutis yang ditujukan kepada suatu individu/kelompok.
"Terkadang fisioterapi masih sering dilabeli sebagai pijat saja. Stigma tersebut tidaklah benar. Perlu diluruskan bahwa pijat sebenarnya hanya sebagian kecil intervensi dalam pemberian terapi kepada pasien, bahkan sudah sangat jarang digunakan. Kenyataannya, banyak treatment lain yang dilakukan oleh fisioterapis dengan mengedepankan intervensi yang berbasis bukti (evidance-based). Sebut saja teknik melatih pasien stroke untuk berjalan, bermacam-macam penggunaan alat elektroterapi, dan lainnya," jelasnya, Sabtu (24/7/2020).( ).
Faizah juga menjelaskan bahwa fisioterapi memiliki rentang dari promotif berupa edukasi kepada masyarakat sampai dengan rehabilitatif yang merupakan pemulihan. Peluang di dunia fisioterapi sendiri cukup tinggi seiring meningkatnya angka harapan hidup saat ini. "Tingkat kebutuhan fisioterapi sendiri juga ikut meningkat. Salah satunya adalah fisioterapi lansia. Jadi lulusan fisioterapi tidak perlu takut, karena peluang terbuka luas baik di rumah sakit, klinik, atau bahkan praktik pribadi," ujar Faizah.
Dari sisi keilmuan, Faizah juga aktif menulis penelitian di bidang neurosains, exercise, dan muskuloskeletal. Faizah memfokuskan dirinya di bagian muskuloskeletal, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan otot, tulang, sendi, dan jaringan penyusun rangka tubuh lainnya. Saat ini, ia juga mulai mendalami ke bagian kesehatan wanita. Kasus-kasus yang berkaitan dengan muskuloskeletal, namun spesifik hanya dialami oleh wanita saja. Misalnya, pasien pascaoperasi pengangkatan payudara akibat kanker, ibu hamil yang memiliki nyeri pinggang, dan lainnya.
"Wanita itu kompleks dan perlu dukungan dalam berbagai fase kehidupannya, maka sangat menarik untuk mendalami hal tersebut," kata Faizah yang pernah mendapat beasiswa untuk mengikuti pelatihan Retooling Kompetensi Dosen Bidang Kesehatan di
Melbourne, Australia ini.
Sebagai dosen Vokasi UI, pengajaran yang dilakukan memiliki komposisi sebanyak 70% praktik dan 30% teori. Maka dari itu, ilmu yang dia sampaikan kepada mahasiswa harus relevan dengan perkembangan terkini. Dia berusaha mampu menjalankan profesi fisioterapis dan dosen secara bersamaan. "Dengan tetap menjalankan praktik fisioterapi, saya juga memperoleh ragam kasus dan perkembangannya dari para pasien," ujar Faizah.( ).
Selain mengedukasi para mahasiswa di kampus, Faizah juga berupaya mendekatkan profesi fisioterapi kepada masyarakat. Faizah membentuk kanal edukasi 'Get Fit with Physio' di Instagram dan Facebook Fanpage. Melalui 'Get Fit with Physio', Faizah aktif membagikan informasi-informasi seputar manfaat fisioterapi, aspek-aspek dalam fisioterapi, serta profesi fisioterapis itu sendiri.
Selama bekerja menjadi seorang fisioterapis, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh Faizah. "Biasanya ekspektasi dari pasien yang mengharapkan sekali fisioterapi langsung sehat. Sedangkan, proses penyembuhan nggak seinstan itu. Tergantung dengan kondisi penyakit dan respons tubuh terhadap terapi yang diberikan. Tidak jarang pula pasien yang kurang sabar dengan tindakan terapi yang dilakukan."
Menurutnya, membangun kepercayaan melalui edukasi dan komunikasi yang baik kepada pasien sangat penting. "Selain itu, dibutuhkan kerja sama serta komitmen antara fisioterapis dan pasien agar hasil terapi menjadi optimal," pungkasnya.
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda