Kurikulum yang Berpusat pada Siswa Efektif Atasi Learning Loss Akibat Pandemi
Sabtu, 08 Juli 2023 - 08:56 WIB
Kurikulum yang disesuaikan menekankan keterampilan dasar literasi, numerasi, dan karakter yang penting untuk perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kebijakan tersebut juga memberikan otonomi yang lebih besar kepada guru dalam memilih bahan ajar untuk peserta didik mereka.
Sementara dari studi INOVASI, pemulihan pembelajaran meningkat dua kali lipat untuk peserta didik yang gurunya menerapkan kurikulum yang adaptif dan berpusat pada peserta didik.
Dalam acara itu, Forkom FKIP Negeri se-Indonesia menyoroti pentingnya transformasi pembelajaran untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Visi ini mendorong Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur menjelang hari jadi ke-100 tahun pada tahun 2045.
Sekretaris Forkom FKIP Negeri se Indonesia, Suyadi mengatakan indikasi pemulihan pembelajaran menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menyambut Indonesia Emas 2045. Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) unggul agar memiliki pendapatan perkapita setara negara maju. “Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada akhirnya akan menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memungkinkan Indonesia meningkatkan pendapatan per kapita,” katanya.
Suyadi mengatakan, salah satu kinerja pendidikan yang mendesak diperbaiki adalah meningkatkan hasil belajar literasi, numerasi, dan sains. Selama hampir dua dekade terakhir, hasil PISA masih menempatkan kinerja literasi, numerasi, dan sains Indonesia pada urutan bawah dalam rangking global. Kondisi ini semakin diperparah karena pandemi COVID-19.
Sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar literasi, numerasi, dan sains. Memastikan setiap anak memiliki pondasi belajar yang kuat, menjadi modal penting bagi Indonesia menjadi negara maju. “Memiliki keterampilan literasi, numerasi, dan sains yang kuat menjadi modal pendidikan di semua negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas,” tambah Dekan FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT) itu.
Lebih lanjut, Suyadi mengatakan di negara-negara maju sudah menempatkan pembelajaran literasi, numerasi dan literasi sains sebagai program utama sejak puluhan tahun yang lalu sebagai pondasi awal sebelum mempelajari yang lain.
Lihat Juga: Sekolah Harus Jadi Tempat Nyaman untuk Siswa, Bebas dari Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying
Sementara dari studi INOVASI, pemulihan pembelajaran meningkat dua kali lipat untuk peserta didik yang gurunya menerapkan kurikulum yang adaptif dan berpusat pada peserta didik.
Dalam acara itu, Forkom FKIP Negeri se-Indonesia menyoroti pentingnya transformasi pembelajaran untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Visi ini mendorong Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur menjelang hari jadi ke-100 tahun pada tahun 2045.
Sekretaris Forkom FKIP Negeri se Indonesia, Suyadi mengatakan indikasi pemulihan pembelajaran menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menyambut Indonesia Emas 2045. Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) unggul agar memiliki pendapatan perkapita setara negara maju. “Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada akhirnya akan menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memungkinkan Indonesia meningkatkan pendapatan per kapita,” katanya.
Suyadi mengatakan, salah satu kinerja pendidikan yang mendesak diperbaiki adalah meningkatkan hasil belajar literasi, numerasi, dan sains. Selama hampir dua dekade terakhir, hasil PISA masih menempatkan kinerja literasi, numerasi, dan sains Indonesia pada urutan bawah dalam rangking global. Kondisi ini semakin diperparah karena pandemi COVID-19.
Sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar literasi, numerasi, dan sains. Memastikan setiap anak memiliki pondasi belajar yang kuat, menjadi modal penting bagi Indonesia menjadi negara maju. “Memiliki keterampilan literasi, numerasi, dan sains yang kuat menjadi modal pendidikan di semua negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas,” tambah Dekan FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT) itu.
Lebih lanjut, Suyadi mengatakan di negara-negara maju sudah menempatkan pembelajaran literasi, numerasi dan literasi sains sebagai program utama sejak puluhan tahun yang lalu sebagai pondasi awal sebelum mempelajari yang lain.
Lihat Juga: Sekolah Harus Jadi Tempat Nyaman untuk Siswa, Bebas dari Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying
(wyn)
tulis komentar anda