Hasto: Urgensi Pendidikan Vokasi Wujudkan Kemandirian Masyarakat
Sabtu, 01 Agustus 2020 - 19:51 WIB
YOGYAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ), Hasto Wardoyo, mendapatkan anugerah Doktor Honoris Causa (Dr HC) Bidang Teknologi dan Pemberdayaan Vokasional dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (1/8/2020). Penganugerahan digelar dalam rapat senat terbuka, di Auditorium UNY.
Hasto Wardoyo dalam penganugerahan tersebut menyampaikan pidato ilmiah bertajuk Peran Pendidikan Vokasional untuk Mewujudkan Kemandirian di Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. (Baca juga: Kepala BKKBN Terima Gelar DR HC dari UNY, Ini Alasan Rektor )
Hasto Wardoyo dalam pidatonya di antaranya menyoroti tentang urgensi pendidikan vokasi dalam mewujudkan kemandirian kabupaten Kulon Progo. Menurut dokter Hasto, panggilan Hasto Wardoyo, pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang didukung oleh perusahaan daerah dan masyarakat tidak hanya belajar vokasional secara nonformal untuk bisa mengolah potensi dan memproduksi sumber daya alam yang ada, namun juga menguatkan kemandirian lainnya.
Namun juga bagaimana cara menerapkan kemandirian sebagai bagian dari ideologi Pancasila yang nyata serta membumikan dan mentransformasikan ideologi yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 menjadi kesejahteraan sosial yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. (Baca juga: UMY PTS Terbaik DIY-Jateng Versi Webometric )
“Pembelajaran ini kiranya sulit didapatkan dari jenjang pendidikan akademik sehingga kami semua hanya bisa berharap dari jenjang vokasional atau nonformal,” katanya.
Hasto menegaskan, untuk tidak membiarkan masyarakat sebagai pemilik sumber bahan baku tidak dididik dan dilatih menjadi produsen dan hanya sebagai konsumen produk asing. Secara internasional sudah terlihat dengan jelas, negara negara produsen atau industri menjadi kaya raya, sementara negara sebagai penyedia bahan baku dan negara yang hanya menjadi pasar pada umumnya lambat berkembang.
“Untuk itu pelatihan dan pendidikan SDM secara vokasional dan nonformal harus selalu mengikuti setiap jenis aktivitas produksi,” paparnya. (Baca juga: Di Tengah Pandemi, Siswa Indonesia Raih 4 Medali di Olimpiade Kimia Internasional )
Selain itu juga vokasional untuk melatih kemampuan kewirausahaan masyarakat sangat diperlukan karena kemampuan kewirausahaan masyarakat di suatu wilayah sangat mencerminkan kompleksitas aktivitas bisnis di wilayah tersebut.
Untuk menguasai keterampilan cara membangun kompleksitas di desa tidak cukup dibekali dengan teori akademik, tetapi sangat dibutuhkan dukungan pendidikan, pelatihan keterampilan, dan vokasional berbasis komunitas.
Hasto Wardoyo dalam penganugerahan tersebut menyampaikan pidato ilmiah bertajuk Peran Pendidikan Vokasional untuk Mewujudkan Kemandirian di Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. (Baca juga: Kepala BKKBN Terima Gelar DR HC dari UNY, Ini Alasan Rektor )
Hasto Wardoyo dalam pidatonya di antaranya menyoroti tentang urgensi pendidikan vokasi dalam mewujudkan kemandirian kabupaten Kulon Progo. Menurut dokter Hasto, panggilan Hasto Wardoyo, pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang didukung oleh perusahaan daerah dan masyarakat tidak hanya belajar vokasional secara nonformal untuk bisa mengolah potensi dan memproduksi sumber daya alam yang ada, namun juga menguatkan kemandirian lainnya.
Namun juga bagaimana cara menerapkan kemandirian sebagai bagian dari ideologi Pancasila yang nyata serta membumikan dan mentransformasikan ideologi yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 menjadi kesejahteraan sosial yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. (Baca juga: UMY PTS Terbaik DIY-Jateng Versi Webometric )
“Pembelajaran ini kiranya sulit didapatkan dari jenjang pendidikan akademik sehingga kami semua hanya bisa berharap dari jenjang vokasional atau nonformal,” katanya.
Hasto menegaskan, untuk tidak membiarkan masyarakat sebagai pemilik sumber bahan baku tidak dididik dan dilatih menjadi produsen dan hanya sebagai konsumen produk asing. Secara internasional sudah terlihat dengan jelas, negara negara produsen atau industri menjadi kaya raya, sementara negara sebagai penyedia bahan baku dan negara yang hanya menjadi pasar pada umumnya lambat berkembang.
“Untuk itu pelatihan dan pendidikan SDM secara vokasional dan nonformal harus selalu mengikuti setiap jenis aktivitas produksi,” paparnya. (Baca juga: Di Tengah Pandemi, Siswa Indonesia Raih 4 Medali di Olimpiade Kimia Internasional )
Selain itu juga vokasional untuk melatih kemampuan kewirausahaan masyarakat sangat diperlukan karena kemampuan kewirausahaan masyarakat di suatu wilayah sangat mencerminkan kompleksitas aktivitas bisnis di wilayah tersebut.
Untuk menguasai keterampilan cara membangun kompleksitas di desa tidak cukup dibekali dengan teori akademik, tetapi sangat dibutuhkan dukungan pendidikan, pelatihan keterampilan, dan vokasional berbasis komunitas.
tulis komentar anda