Mahasiswa Unair Temukan Obat Penyakit Kuku dan Mulut Ternak dari Kangkung Air

Selasa, 03 Oktober 2023 - 10:04 WIB
Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) menemukan inovasi obat PMK yang terbuat dari tanaman kangkung air. Foto/Ist
SURABAYA - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) telah melanda ternak di sejumlah wilayah di Indonesia pada pertengahan 2022 lalu. Berbagai upaya telah lakukan untuk mengendalikannya, salah satunya vaksinasi.

Namun, vaksinasi PMK dinilai tidak efektif karena hanya dapat memberikan perlindungan jangka pendek sekitar 4-6 bulan. Melihat fenomena tersebut, lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) menemukan inovasi obat PMK yang terbuat dari tanaman kangkung air.

Kelima mahasiswa Unair itu adalah Annisa Prajna Pramita, Almas Izzah Ramadhani, Ferdika Yudha Wardana, Arifah Adhwa Firanda, dan Helaria Krisna Dewi. Inovasi kelima mahasiswa tersebut berhasil memperoleh pendanaan dari Kemdikburistek melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta (RE) tahun 2023.

“Sebagai mahasiswa FKH yang kritis terhadap isu penyakit infeksi yang sedang viral. Membuat keingintahuan kami mengenai bahan alam apa yang bisa dimanfaatkan sebagai terapi PMK yang efektif, efisien, dan pastinya terjangkau bagi peternak,” ungkap Annisa selaku ketua tim dalam keterangannya, Selasa (10/3/2023).





Menurut Annisa, herbal dari tanaman kangkung air memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan hewan. Kangkung air dapat mengurangi efek toksik obat dari hati serta meningkatkan stabilitas dan bioavailabilitas obat. Selain itu, pemanfaatan bahan alam seperti kangkung air juga dapat mengurangi penggunaan obat kimia. Oleh sebab itu, tanaman kangkung air berpotensi sebagai antivirus penyakit PMK.

“Pemanfaatan kangkung air saat ini masih kurang dan sering kali dianggap sebagai gulma perairan. Padahal, tanaman kangkung air memiliki senyawa yang diklaim berpotensi sebagai antivirus. Oleh karena itu, kami berusaha untuk meneliti lebih jauh tentang hal itu,” paparnya.

Annisa mengatakan selama proses penelitian, ia dan tim sempat mengalami beberapa hambatan. Mulai dari penentuan topik hingga pelaksanaan penelitian. Bahkan, timnya pernah melakukan dua kali kesalahan dalam melakukan ekstraksi. Ia mengaku, proses tersebut membutuhkan kecermatan yang cukup tinggi.

“Kami juga agak terhambat untuk bertemu peneliti-peneliti di lab (laboratorium, Red) karena mereka sibuk. Jadi, kami harus mengatur jadwal beberapa kali untuk bertemu. Tapi, semua tantangan itu dapat kami lewati berkat dukungan dan motivasi dari dosen pembimbing kami yaitu Dr Eduardus Bimo yang sangat membantu dalam pengerjaan penelitian ini,” sebutnya.

Pada akhir, Annisa berharap penelitian timnya dapat menjadi penelitian antivirus yang memberikan dampak positif terhadap ilmu kedokteran hewan. Ia juga berharap ke depannya akan ada lebih banyak penelitian yang dapat mengeksplor potensi bahan alam lainnya sebagai antivirus.

“Semoga perjuangan kami di Program Kreativitas Mahasiswa ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi adik-adik tingkat yang ingin berkiprah di PKM pada taun-taun yang akan datang. Dan yang paling penting dan utama adalah mengharumkan nama UNAIR dengan meraih medali emas PIMNAS 2023,” tukasnya.
(wyn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More