Guru Besar FTUI Kaji Peranan Teknologi Komunikasi Radio Frekuensi untuk Kesejahteraan Masyarakat
Jum'at, 03 November 2023 - 20:39 WIB
JAKARTA - Universitas Indonesia (UI) resmi mengukuhkan Gunawan Wibisono sebagai guru besar tetap dalam bidang ilmu divais sistem telekomunikasi Fakultas Teknik UI (FTUI) . Dalam pengukuhannya, Gunawan menyampaikan orasi ilmiah “Peranan Teknologi Komunikasi Radio Frequency untuk Kesejahteraan”.
Gunawan menyebutkan bahwa kelahiran teknologi bergerak 1G, 2G, 3G, 4G, dan 5G membutuhkan perangkat radio frequency (RF) pemancar dan penerima (transceiver). Sehingga hal tersebut memungkinkan gawai bisa berkomunikasi dengan perangkat base transceiver station (BTS).
Agar dapat beroperasi, kata Gunawan, perangkat RF tersebut dirancang menggunakan konsep multiband dan konsep resonator supaya dapat bekerja sesuai dengan frekuensi yang dijalankan.
Perangkat komunikasi bergerak dapat dibagi dalam 3 bentuk, yakni objek untuk ditingkatkan kinerjanya, pengembang dengan menggunakan perangkat untuk membantu kerja sistem internet of things (IoT), serta pengguna perangkat. IoT adalah konsep yang menghubungkan semua perangkat ke internet.
“Dengan perangkat tersebut, masyarakat dapat berinteraksi melalui gawai dari jarak jauh,” ujar Gunawan dalam keterangan resminya, Jumat (3/11/2023). Gunawan menambahkan, saat ini, teknologi IoT telah dikembangkan untuk kehidupan sehari-hari.
“Beberapa di antaranya adalah fishery untuk mengatur pemberian pakan pada ikan, Covid-19 Detection untuk memantau pergerakan pasien Covid-19, alat monitor bagi petugas jaga Covid-19, serta Elder People Detection untuk mendeteksi keberadaan pasien orang tua yang tinggal sendirian,” paparnya.
Berdasarkan riset yang yang dilakukan McKinsley Global Institute pada 2020, nilai ekonomi yang dimiliki IoT sangat besar dan terus berkembang. McKinsey memperkirakan bahwa pada 2030, IoT secara global dapat menghasilkan nilai 5,5 hingga USD12,6 triliun termasuk nilai yang ditangkap oleh konsumen dan pelanggan produk dan layanan IoT.
Layanan-layanan seperti perindustrian, kesehatan, perkantoran, smart city hingga smart building menjadi potensial bisnis dari pemanfaatan IoT. Indonesia diestimasikan akan mendapatkan nilai total produktivitas hingga USD120 miliar pada 2025, dengan sektor pendapatan mayoritas dari manufaktur, ritel, transport, mining, agrikultur, telekomunikasi dan media, serta kesehatan, dengan jumlah koneksi device IoT mencapai hingga Rp678 miliar perangkat.
“Selain itu, pengembangan teknologi 5G juga berpotensi meningkatkan PDB Indonesia pada tahun 2030. Perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan eksponensial pada 2024,” paparnya.
PDB Indonesia diperkirakan sebesar Rp2,802 triliun pada 2030 dan Rp3,533 triliun pada 2035. Teknologi 5G diprediksi akan memberikan kontribusi sebesar 9,3% terhadap PDB Indonesia pada 2030 dan 9,8% pada 2035.
“Teknologi 5G juga akan meningkatkan keuntungan bagi berbagai sektor, yaitu sektor jasa, sektor manufaktur, serta teknologi digital akan membuka 20–40 juta lapangan pekerjaan baru,” pungkas Gunawan.
Lihat Juga: Profil Mohammad Gudono, Ayah Erina Gudono Guru Besar UGM yang Mengabdi Lebih dari 25 Tahun
Gunawan menyebutkan bahwa kelahiran teknologi bergerak 1G, 2G, 3G, 4G, dan 5G membutuhkan perangkat radio frequency (RF) pemancar dan penerima (transceiver). Sehingga hal tersebut memungkinkan gawai bisa berkomunikasi dengan perangkat base transceiver station (BTS).
Agar dapat beroperasi, kata Gunawan, perangkat RF tersebut dirancang menggunakan konsep multiband dan konsep resonator supaya dapat bekerja sesuai dengan frekuensi yang dijalankan.
Perangkat komunikasi bergerak dapat dibagi dalam 3 bentuk, yakni objek untuk ditingkatkan kinerjanya, pengembang dengan menggunakan perangkat untuk membantu kerja sistem internet of things (IoT), serta pengguna perangkat. IoT adalah konsep yang menghubungkan semua perangkat ke internet.
Baca Juga
“Dengan perangkat tersebut, masyarakat dapat berinteraksi melalui gawai dari jarak jauh,” ujar Gunawan dalam keterangan resminya, Jumat (3/11/2023). Gunawan menambahkan, saat ini, teknologi IoT telah dikembangkan untuk kehidupan sehari-hari.
“Beberapa di antaranya adalah fishery untuk mengatur pemberian pakan pada ikan, Covid-19 Detection untuk memantau pergerakan pasien Covid-19, alat monitor bagi petugas jaga Covid-19, serta Elder People Detection untuk mendeteksi keberadaan pasien orang tua yang tinggal sendirian,” paparnya.
Berdasarkan riset yang yang dilakukan McKinsley Global Institute pada 2020, nilai ekonomi yang dimiliki IoT sangat besar dan terus berkembang. McKinsey memperkirakan bahwa pada 2030, IoT secara global dapat menghasilkan nilai 5,5 hingga USD12,6 triliun termasuk nilai yang ditangkap oleh konsumen dan pelanggan produk dan layanan IoT.
Layanan-layanan seperti perindustrian, kesehatan, perkantoran, smart city hingga smart building menjadi potensial bisnis dari pemanfaatan IoT. Indonesia diestimasikan akan mendapatkan nilai total produktivitas hingga USD120 miliar pada 2025, dengan sektor pendapatan mayoritas dari manufaktur, ritel, transport, mining, agrikultur, telekomunikasi dan media, serta kesehatan, dengan jumlah koneksi device IoT mencapai hingga Rp678 miliar perangkat.
“Selain itu, pengembangan teknologi 5G juga berpotensi meningkatkan PDB Indonesia pada tahun 2030. Perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan eksponensial pada 2024,” paparnya.
PDB Indonesia diperkirakan sebesar Rp2,802 triliun pada 2030 dan Rp3,533 triliun pada 2035. Teknologi 5G diprediksi akan memberikan kontribusi sebesar 9,3% terhadap PDB Indonesia pada 2030 dan 9,8% pada 2035.
“Teknologi 5G juga akan meningkatkan keuntungan bagi berbagai sektor, yaitu sektor jasa, sektor manufaktur, serta teknologi digital akan membuka 20–40 juta lapangan pekerjaan baru,” pungkas Gunawan.
Lihat Juga: Profil Mohammad Gudono, Ayah Erina Gudono Guru Besar UGM yang Mengabdi Lebih dari 25 Tahun
(wyn)
tulis komentar anda