Tak Bebani Siswa dan Orang Tua, Sekolah Didorong Sederhanakan Kurikulum
Selasa, 11 Agustus 2020 - 14:33 WIB
JAKARTA - Kemendikbud memberikan tiga opsi kurikulum yang bisa diberlakukan pada masa pandemi ini. Sekolah pun didorong memakai kurikulum yang sederhana agar guru, siswa dan orang tua tidak terbebani dengan target penuntasan kurikulum.
(Baca juga: Pembukaan Sekolah di Zona Kuning, Langsung Ditutup Jika Ada Temuan)
Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian mendorong sekolah untuk memakai kurikulum yang disederhanakan. Baik kurikulum darurat yang telah disederhanakan dengan prosedur yang ditetapkan Kemendikbud. Ataupun kurikulum yang disederhanakan mandiri oleh sekolah.
(Baca juga: DPR Dorong Partisipasi Publik Sukseskan Pendidikan Jarak Jauh)
Politikus Partai Golkar ini mengatakan, kedua kurikulum ini dipandang baik untuk diterapkan karena saat ini Indonesia memasuki masa yang tidak biasa yakni masa pandemi. Tidak hanya guru namun juga siswa dan orangtua pun sedang terbebani banyak hal.
"Tidak perlu menambah beban baik untuk guru, murid, maupun siswa dengan capaian target-target kurikulum di masa normal. Apalagi, kegiatan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh, atau kalaupun tatap muka tidak full," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Selasa (11/8/2020).
Legislator dapil Kalimantan Timur ini mengapresiasi Kemendikbud yang telah memberikan fleksibilitas dan pilihan kepada sekolah untuk menggunakan kurikulum yang cocok dengan keadaan masing-masing. Adanya 3 pilihan kurikulum ini penting, katanya, karena memang harus ada penyesuaian dari kondisi siswa dan sekolah yang berbeda-beda di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bidang Kesra ini berharap kurikulum adaptif ini dapat digunakan bukan hanya mereka yang melakukan pembelajaran jarak jauh, tapi juga yang melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.
"Meski Kemendikbud memberikan opsi untuk menggunakan kurikulum sederhana atau tetap yang biasa, saya sarankan lebih baik sudah semuanya pakai yang sederhana saja. Yang tatap muka pun di kondisi seperti ini pasti akan stres kalau disuruh mengejar materi terlalu banyak. Guru-guru juga akan banyak sekali bebannya, karena harus mengajar lebih dari satu shift," jelasnya.
(Baca juga: Pembukaan Sekolah di Zona Kuning, Langsung Ditutup Jika Ada Temuan)
Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian mendorong sekolah untuk memakai kurikulum yang disederhanakan. Baik kurikulum darurat yang telah disederhanakan dengan prosedur yang ditetapkan Kemendikbud. Ataupun kurikulum yang disederhanakan mandiri oleh sekolah.
(Baca juga: DPR Dorong Partisipasi Publik Sukseskan Pendidikan Jarak Jauh)
Politikus Partai Golkar ini mengatakan, kedua kurikulum ini dipandang baik untuk diterapkan karena saat ini Indonesia memasuki masa yang tidak biasa yakni masa pandemi. Tidak hanya guru namun juga siswa dan orangtua pun sedang terbebani banyak hal.
"Tidak perlu menambah beban baik untuk guru, murid, maupun siswa dengan capaian target-target kurikulum di masa normal. Apalagi, kegiatan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh, atau kalaupun tatap muka tidak full," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Selasa (11/8/2020).
Legislator dapil Kalimantan Timur ini mengapresiasi Kemendikbud yang telah memberikan fleksibilitas dan pilihan kepada sekolah untuk menggunakan kurikulum yang cocok dengan keadaan masing-masing. Adanya 3 pilihan kurikulum ini penting, katanya, karena memang harus ada penyesuaian dari kondisi siswa dan sekolah yang berbeda-beda di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bidang Kesra ini berharap kurikulum adaptif ini dapat digunakan bukan hanya mereka yang melakukan pembelajaran jarak jauh, tapi juga yang melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.
"Meski Kemendikbud memberikan opsi untuk menggunakan kurikulum sederhana atau tetap yang biasa, saya sarankan lebih baik sudah semuanya pakai yang sederhana saja. Yang tatap muka pun di kondisi seperti ini pasti akan stres kalau disuruh mengejar materi terlalu banyak. Guru-guru juga akan banyak sekali bebannya, karena harus mengajar lebih dari satu shift," jelasnya.
(maf)
tulis komentar anda