Informatika UNPAR Menjadi Jawaban Problematika Artificial Intelligence
Rabu, 31 Januari 2024 - 15:02 WIB
BANDUNG - Artificial Intelligence (AI) telah mengambil alih skill manusia di berbagai sektor pekerjaan. Hal ini diungkapkan Pj. Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin dalam Orasi Dies ke-69 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) beberapa pekan yang lalu.
Menurutnya, AI mengubah segalanya. Laju dan kompleksitas perkembangan teknologi telah melampaui batas kemampuan adaptasi manusia. Di samping itu, AI memberikan tantangan baru dalam cara belajar, bekerja, dan berinteraksi.
“Dalam satu dekade terakhir, kapabilitas AI telah mengalami pertumbuhan secara eksponensial. Salah satu jenis AI yang berkembang pesat dan sangat populer saat ini adalah model Generative AI (GAI). GAI memiliki kemampuan untuk menghasilkan media (teks, suara, gambar, dlsb) sebagai respons atas prompt—perintah atau petunjuk berupa pernyataan dan/atau pertanyaan dalam bahasa manusia—yang diberikan oleh pengguna,” papar Bey Triadi.
Dia memberi contoh pemanfaatan GAI untuk otomasi proses peyulihan suara (dubbing) pada suatu film, sesuatu yang sebelumnya membutuhkan skill manusia untuk menerjemahkan dialog ke dalam bahasa yang berbeda dan membutuhkan manusia untuk mengucapkannya.
Selain mendukung kemajuan peradaban manusia, penggunaan AI juga menimbulkan banyak permasalahan baru yang dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Karenanya, timbul kekhawatiran mengenai bagaimana relasi AI dan manusia (sebagai pembuatnya) di masa yang akan datang: ‘Apakah manusia akan selalu dapat mengendalikan AI?’
Upaya untuk mengendalikan AI juga dilakukan di berbagai tingkatan yang berbeda. Di tingkat internasional, Unesco telah merilis ‘Recommendation on the Ethics of Artificial Intelligence’ pada tahun 2021. Sedangkan di tingkat nasional, saat ini Pemerintah Indonesia sedang menyusun regulasi terkait AI. Regulasi tersebut mengadopsi rekomendasi dari Unesco dengan penyesuaian agar selaras dengan konteks bangsa dan negara Indonesia.
Bagaimana di tingkat individual/perorangan? Upaya pengendalian AI menjadi sangat esensial karena pengguna individulah yang harus beradaptasi dan berhadapan langsung dengan AI dalam kehidupan sehari-hari.
Program peminatan Artificial Intelligence di bawah naungan Program Studi Informatika Unpar mencoba memberi jawaban atas permasalahan AI tersebut. Dalam pembelajaran Artificial Intelligence, mahasiswa diajak untuk memahami literasi AI secara komprehensif yang meliputi kompetensi untuk memahami, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan AI. Mahasiswa diperkenalkan dengan konsep-konsep penting pada AI dan aplikasinya, seperti Machine Learning dan Deep Learning serta dampaknya pada kehidupan manusia.
Pemahaman Literasi AI menyangkut beberapa aspek, di antaranya: Pemahaman terhadap konsep dan cara kerja AI agar mampu mengidentifikasi dan memprediksi risiko yang potensial terjadi akibat penggunaan AI; Penggunaan aplikasi AI secara bertanggung jawab, dan; selalu bersikap kritis terhadap AI agar tidak terlena oleh ‘kehebatan’ AI yang pada akhirnya berpotensi mengikis kemampuan dasar dan nilai-nilai kemanusiaan secara umum.
Kesadaran akan pentingnya literasi AI adalah awal bagi umat manusia untuk mulai bergerak melangkah maju di era AI ini, sambil berharap agar manusia selalu berada satu langkah di depan AI.
Lihat Juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
Menurutnya, AI mengubah segalanya. Laju dan kompleksitas perkembangan teknologi telah melampaui batas kemampuan adaptasi manusia. Di samping itu, AI memberikan tantangan baru dalam cara belajar, bekerja, dan berinteraksi.
“Dalam satu dekade terakhir, kapabilitas AI telah mengalami pertumbuhan secara eksponensial. Salah satu jenis AI yang berkembang pesat dan sangat populer saat ini adalah model Generative AI (GAI). GAI memiliki kemampuan untuk menghasilkan media (teks, suara, gambar, dlsb) sebagai respons atas prompt—perintah atau petunjuk berupa pernyataan dan/atau pertanyaan dalam bahasa manusia—yang diberikan oleh pengguna,” papar Bey Triadi.
Dia memberi contoh pemanfaatan GAI untuk otomasi proses peyulihan suara (dubbing) pada suatu film, sesuatu yang sebelumnya membutuhkan skill manusia untuk menerjemahkan dialog ke dalam bahasa yang berbeda dan membutuhkan manusia untuk mengucapkannya.
Selain mendukung kemajuan peradaban manusia, penggunaan AI juga menimbulkan banyak permasalahan baru yang dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Karenanya, timbul kekhawatiran mengenai bagaimana relasi AI dan manusia (sebagai pembuatnya) di masa yang akan datang: ‘Apakah manusia akan selalu dapat mengendalikan AI?’
Upaya untuk mengendalikan AI juga dilakukan di berbagai tingkatan yang berbeda. Di tingkat internasional, Unesco telah merilis ‘Recommendation on the Ethics of Artificial Intelligence’ pada tahun 2021. Sedangkan di tingkat nasional, saat ini Pemerintah Indonesia sedang menyusun regulasi terkait AI. Regulasi tersebut mengadopsi rekomendasi dari Unesco dengan penyesuaian agar selaras dengan konteks bangsa dan negara Indonesia.
Bagaimana di tingkat individual/perorangan? Upaya pengendalian AI menjadi sangat esensial karena pengguna individulah yang harus beradaptasi dan berhadapan langsung dengan AI dalam kehidupan sehari-hari.
Program peminatan Artificial Intelligence di bawah naungan Program Studi Informatika Unpar mencoba memberi jawaban atas permasalahan AI tersebut. Dalam pembelajaran Artificial Intelligence, mahasiswa diajak untuk memahami literasi AI secara komprehensif yang meliputi kompetensi untuk memahami, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan AI. Mahasiswa diperkenalkan dengan konsep-konsep penting pada AI dan aplikasinya, seperti Machine Learning dan Deep Learning serta dampaknya pada kehidupan manusia.
Pemahaman Literasi AI menyangkut beberapa aspek, di antaranya: Pemahaman terhadap konsep dan cara kerja AI agar mampu mengidentifikasi dan memprediksi risiko yang potensial terjadi akibat penggunaan AI; Penggunaan aplikasi AI secara bertanggung jawab, dan; selalu bersikap kritis terhadap AI agar tidak terlena oleh ‘kehebatan’ AI yang pada akhirnya berpotensi mengikis kemampuan dasar dan nilai-nilai kemanusiaan secara umum.
Kesadaran akan pentingnya literasi AI adalah awal bagi umat manusia untuk mulai bergerak melangkah maju di era AI ini, sambil berharap agar manusia selalu berada satu langkah di depan AI.
Lihat Juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
(ars)
tulis komentar anda