Universitas Terbuka Tingkatkan Akses Masyarakat ke Pendidikan Tinggi
Rabu, 12 Agustus 2020 - 15:11 WIB
JAKARTA - Berbagai masalah bisa menyebabkan masyarakat tidak bisa menempuh pendidikan tinggi. Universitas Terbuka (UT) berpotensi memberi peran meningkatkan akses ke pendidikan tinggi dengan sistem perkuliahan yang fleksibel dan biaya terjangkau melalui pendidikan jarak jauh .
Rektor UT Ojat Darodjat mengatakan, UT yang didirikan 36 tahun lalu mengemban beberapa misi di pendidikan tinggi. Pertama adalah pemerataan akses pendidikan tinggi di seluruh lapisan masyarakat. Dia menekankan, semestinya semua masyarakat baik di pedesaan dan perkotaan bisa terakses ke pendidikan tinggi. (Baca juga: Anggaran Daerah Masih Mengendap di Bank, Pemda Harus Peka Krisis )
"UT hadir dalam konteks PJJ ini mereka tidak perlu ke kampus tetapi kampus yang datang ke rumah-rumah mereka. UT hadir memberi akses PJJ kepada seluruh masyarakat. Tidak hanya di perkotaan tapi juga di perbatasan," katanya pada Virtual Talk Show Temu Public Figure: UT Terdepan dalam Inovasi Pendidikan Jarak Jauh, Rabu (12/8).
Temu Public Figure Tahun 2020 ini dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-36 UT dilaksanakan secara virtual.
Temu Public Figure Tahun 2020 mengundang tiga mahasiswi UT yang sekaligus public figure yaitu Arumi Bachsin (Prodi S1 PGPAUD UPBJJ-UT Malang), Mirza Riadiani Kesuma atau lebih dikenal dengan nama Chicha Koeswoyo (Prodi S1 Ilmu Komunikasi UPBJJ-UT Jakarta), dan Novi Herlina yang lebih populer dengan panggilan Novi Cherrybelle (Prodi S1 Manajemen UPBJJ-UT Bogor). (Baca juga: Presiden Jokowi Saksikan Penyuntikan Uji Klinis Vaksin Covid-19 )
Selain itu, melalui pendidikan jarak jauh juga bisa memberikan kesempatan kepada orang-orang yang sudah bekerja atau berumah tangga yang ingin meningkatkan kompetensi ke jenjang lebih tinggi. Adanya perkuliahan yang fleksibel, jelasnya, memberikan kemudahan bagi ibu rumah tangga atau pun yang sudah bekerja untuk meningkatkan kompetensi demi kualitas hidup yang lebih baik.
Adanya UT sebagai salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) juga bisa meningkatkan daya tampung PTN bagi seluruh masyarakat. Tidak hanya anak lulusan SMA atau SMK, ujarnya, namun juga lulusan Paket C bisa mendaftar di UT.
"Sehingga dengan demikian tidak ada alasan bagi anggota masyarakat yang tidak punya kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi karena alasan ekonomi juga karena alasan geografi. Semuanya sudah terjawab dengan adanya UT," katanya.
Ojat mengatakan, dengan pendidikan jarak jauh juga asalkan ada jaringan internet mereka yang berada di perkotaan bahkan puncak gunung bisa berkuliah. Sementara bagi yang tidak punya akses jaringan pihaknya sudah mendesain bahan ajar atau modul yang cocok untuk pendidikan jarak jauh.
Ojat menjelaskan, saat ini UT memiliki 320.000 mahasiswa. Sekitar 2.500 hingga 3.000 di antaranya adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan di UT dari 42 negara. Mereka terutama sedang bekerja di tujuh negara yakni Singapura, Taiwan, Malaysia, Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Arab Saudi.
Menurut Ojat, adanya pandemi COVID-19 ini memberikan pelajaran bagi semua bahwa pembelajaran konvensional tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan atas pembelajaran. Terbukti dengan pandemi Corona ini dimana penyelenggara pendidikan disemua jenjang mulai SD hingga perguruan tinggi harus mengintegrasikan kemajuan yang dicapai dalam teknologi informasi dalam proses pedagogi mereka.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
Rektor UT Ojat Darodjat mengatakan, UT yang didirikan 36 tahun lalu mengemban beberapa misi di pendidikan tinggi. Pertama adalah pemerataan akses pendidikan tinggi di seluruh lapisan masyarakat. Dia menekankan, semestinya semua masyarakat baik di pedesaan dan perkotaan bisa terakses ke pendidikan tinggi. (Baca juga: Anggaran Daerah Masih Mengendap di Bank, Pemda Harus Peka Krisis )
"UT hadir dalam konteks PJJ ini mereka tidak perlu ke kampus tetapi kampus yang datang ke rumah-rumah mereka. UT hadir memberi akses PJJ kepada seluruh masyarakat. Tidak hanya di perkotaan tapi juga di perbatasan," katanya pada Virtual Talk Show Temu Public Figure: UT Terdepan dalam Inovasi Pendidikan Jarak Jauh, Rabu (12/8).
Temu Public Figure Tahun 2020 ini dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-36 UT dilaksanakan secara virtual.
Temu Public Figure Tahun 2020 mengundang tiga mahasiswi UT yang sekaligus public figure yaitu Arumi Bachsin (Prodi S1 PGPAUD UPBJJ-UT Malang), Mirza Riadiani Kesuma atau lebih dikenal dengan nama Chicha Koeswoyo (Prodi S1 Ilmu Komunikasi UPBJJ-UT Jakarta), dan Novi Herlina yang lebih populer dengan panggilan Novi Cherrybelle (Prodi S1 Manajemen UPBJJ-UT Bogor). (Baca juga: Presiden Jokowi Saksikan Penyuntikan Uji Klinis Vaksin Covid-19 )
Selain itu, melalui pendidikan jarak jauh juga bisa memberikan kesempatan kepada orang-orang yang sudah bekerja atau berumah tangga yang ingin meningkatkan kompetensi ke jenjang lebih tinggi. Adanya perkuliahan yang fleksibel, jelasnya, memberikan kemudahan bagi ibu rumah tangga atau pun yang sudah bekerja untuk meningkatkan kompetensi demi kualitas hidup yang lebih baik.
Adanya UT sebagai salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) juga bisa meningkatkan daya tampung PTN bagi seluruh masyarakat. Tidak hanya anak lulusan SMA atau SMK, ujarnya, namun juga lulusan Paket C bisa mendaftar di UT.
"Sehingga dengan demikian tidak ada alasan bagi anggota masyarakat yang tidak punya kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi karena alasan ekonomi juga karena alasan geografi. Semuanya sudah terjawab dengan adanya UT," katanya.
Ojat mengatakan, dengan pendidikan jarak jauh juga asalkan ada jaringan internet mereka yang berada di perkotaan bahkan puncak gunung bisa berkuliah. Sementara bagi yang tidak punya akses jaringan pihaknya sudah mendesain bahan ajar atau modul yang cocok untuk pendidikan jarak jauh.
Ojat menjelaskan, saat ini UT memiliki 320.000 mahasiswa. Sekitar 2.500 hingga 3.000 di antaranya adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan di UT dari 42 negara. Mereka terutama sedang bekerja di tujuh negara yakni Singapura, Taiwan, Malaysia, Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Arab Saudi.
Menurut Ojat, adanya pandemi COVID-19 ini memberikan pelajaran bagi semua bahwa pembelajaran konvensional tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan atas pembelajaran. Terbukti dengan pandemi Corona ini dimana penyelenggara pendidikan disemua jenjang mulai SD hingga perguruan tinggi harus mengintegrasikan kemajuan yang dicapai dalam teknologi informasi dalam proses pedagogi mereka.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
(mpw)
tulis komentar anda