Dies Natalis ke-57, Universitas Yarsi Luluskan 406 Wisudawan
Minggu, 28 April 2024 - 20:03 WIB
Wakil Rektor (Warek) I Universitas Yarsi, Dr. dr. Wening Sari, M.Kes., menambahkan, Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Universitas Yarsi, kali ini berjumlah 406 orang, terdiri 378 sarjana dan 28 pascasarjana. “Jumlah kali ini lebih banyak dari sebelumnya 439,” kata dia.
Menurut Dr. Wening, indek prestasi kumulatif (IPK) tertinggi untuk pascasarjana, yanki 3,96 berasal dari Magister Sains Biomedis dan Sarjana 3,95 dari Fakultas Kedokteran.
Selain itu, ada wisudawan terbaik, yaitu lulus tempat waktu dan IPK tertinggi dan wisuda berprestasi pada kegiatan akademik dan nonakademik. Para wisudawan ini sebagian besar masuk pada awal pandemi. Namun dalam perjalanan berhasil lulus tepat waktu dengan hasil memuaskan. “Wisuda kali ini bisa disebut wisuda angkatan pandemi,” kata Warek I.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Dirjen Diktiristek) Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc (Prof. Haris), menyampaikan, banyak hal yang perlu dibenahi dalam perguruan tinggi(PT) dan butuh strategi.
Ia mencontohkan persoalan akreditasi. Pasalnya, kini hanya 2% PT yang memiliki akreditasi unggul. Ini menjadi tantangan bagi Yarsi untuk membawa universitasnya pada tataran kualitas nomor satu.
Hingga kini, ternyata masih dijumpai sebanya 30% atau 500 PT tidak memiliki akreditasi. Akibatnya, tidak bisa mengeluarkan lulusan sehingga masuk ranah pidana.
Prof. Haris menyatakan, banyak hal penting disampaikan untuk menambah wawasan dan mencerahkan, di antaranya terkait terjadi perbedaan kualitas antara PT, baik PT negeri dengan PT negeri , PT negeri dan PT swasta, serta PT swasta dengan swasta. Ini menjadi tantangan lagi. “Diktiriustek dengan berbagai upaya membantu mencarikan solusi lewat kebijakan,” ujarnya.
Selanjutnya, tantangan lainnya relevasi lulusan PT. Relevansi ini menjadi kunci hubungan PT dengan dunia usaha dan industry. Menurur Prof. Haris, PT harus cepat beradaptasi dengan perubahan dunia usaha dan dunia industri. Pendidikan tradisionsal perlahan harus ditinggalkan.
Kini, lanjut dia, tidak cukup untuk menjadi mahasiswa dan sarjana dengan modal sertifikat. Saatnya harus memiliki keterampilan cukup. Dalam dunia kerja, gelar akademik tidak jaminan untuk memperoleh kerja.
Menurutnya, sekarang telah banyak muncul aneka keterampilan dalam dunia kerja. Pada era moderen dan artificial intelligent (AI), PT harus mengarah ke sana dan mempersiapkan sarjana ke era moderen/literasi digital. “Ini penting, bagian dari menghadapi persoalan dunia kerja,” pungkasnya.
Menurut Dr. Wening, indek prestasi kumulatif (IPK) tertinggi untuk pascasarjana, yanki 3,96 berasal dari Magister Sains Biomedis dan Sarjana 3,95 dari Fakultas Kedokteran.
Selain itu, ada wisudawan terbaik, yaitu lulus tempat waktu dan IPK tertinggi dan wisuda berprestasi pada kegiatan akademik dan nonakademik. Para wisudawan ini sebagian besar masuk pada awal pandemi. Namun dalam perjalanan berhasil lulus tepat waktu dengan hasil memuaskan. “Wisuda kali ini bisa disebut wisuda angkatan pandemi,” kata Warek I.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Dirjen Diktiristek) Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc (Prof. Haris), menyampaikan, banyak hal yang perlu dibenahi dalam perguruan tinggi(PT) dan butuh strategi.
Ia mencontohkan persoalan akreditasi. Pasalnya, kini hanya 2% PT yang memiliki akreditasi unggul. Ini menjadi tantangan bagi Yarsi untuk membawa universitasnya pada tataran kualitas nomor satu.
Hingga kini, ternyata masih dijumpai sebanya 30% atau 500 PT tidak memiliki akreditasi. Akibatnya, tidak bisa mengeluarkan lulusan sehingga masuk ranah pidana.
Prof. Haris menyatakan, banyak hal penting disampaikan untuk menambah wawasan dan mencerahkan, di antaranya terkait terjadi perbedaan kualitas antara PT, baik PT negeri dengan PT negeri , PT negeri dan PT swasta, serta PT swasta dengan swasta. Ini menjadi tantangan lagi. “Diktiriustek dengan berbagai upaya membantu mencarikan solusi lewat kebijakan,” ujarnya.
Selanjutnya, tantangan lainnya relevasi lulusan PT. Relevansi ini menjadi kunci hubungan PT dengan dunia usaha dan industry. Menurur Prof. Haris, PT harus cepat beradaptasi dengan perubahan dunia usaha dan dunia industri. Pendidikan tradisionsal perlahan harus ditinggalkan.
Kini, lanjut dia, tidak cukup untuk menjadi mahasiswa dan sarjana dengan modal sertifikat. Saatnya harus memiliki keterampilan cukup. Dalam dunia kerja, gelar akademik tidak jaminan untuk memperoleh kerja.
Menurutnya, sekarang telah banyak muncul aneka keterampilan dalam dunia kerja. Pada era moderen dan artificial intelligent (AI), PT harus mengarah ke sana dan mempersiapkan sarjana ke era moderen/literasi digital. “Ini penting, bagian dari menghadapi persoalan dunia kerja,” pungkasnya.
tulis komentar anda