Biaya Visa Pelajar Meroket, Guru Besar IPB: Kejayaan Pendidikan Australia Makin Memudar
Minggu, 07 Juli 2024 - 11:46 WIB
Baca juga: 21 Universitas di Australia Tujuan LPDP, Lengkap dengan Bidang Studinya
Lantas, kebijakan kenaikan biaya visa ini mendapat resistensi dari Asosiasi Pendidikan Internasional Australia. Mereka menyatakan bahwa kebijakan pemerintah Australia yang mengejutkan ini merupakan pukulan telak bagi sektor pendidikan internasional di Australia.
Kebijakan ini pun memicu keresahan dan kemarahan di kalangan mahasiswa internasional yang sedang menempuh pendidikan di Australia. Terlebih, peningkatan biaya visa ini bukan satu-satunya beban yang dirasakan oleh mahasiswa internasional. Mereka pun diwajibkan untuk menyediakan biaya deposit yang juga sangat tinggi.
Baca juga: Bisa Kuliah di Australia, Anak Muda Asal Kendal Ini Ungkap Jasa Ganjar Gagas Hetero Space
Di samping itu, selama kurun waktu 20 tahun terakhir, biaya akomodasi, biaya pendidikan, biaya hidup dan asuransi pendidikan di Australia melonjak sangat tajam. Hal ini, sebut Prof Ronny, selaras dengan semakin melemahnya perekonomian Australia.
“Dengan semakin memburuknya perekonomian Australia, jumlah beasiswa dan juga dana pendidikan yang dialokasikan ke universitas semakin menurun,” jelasnya.
“Jika dianalisa lebih dalam lagi, tampaknya kenaikan biaya visa ini memang ditujukan untuk memperoleh dana tambahan untuk mendanai pendidikan, termasuk pemotongan utang lulusan, sukunan pendanaan peserta magang dan penerapan strategi imigrasi,” ujar Prof Ronny.
Berdasarkan analisisnya, pemerintah Australia tampaknya ingin merampingkan jumlah mahasiswa internasional untuk meningkatkan kualitasnya. Salah satunya untuk mengontrol jumlah imigran yang melonjak tajam pasca pandemi COVID-19, mencapai 528 ribu orang di tahun 2022-2023.
Sebelum ketegangan politik antara Tiongkok dan Australia, mahasiswa internasional dari China angkanya mencapai lebih dari 150 ribu orang, menjadikannya salah satu negara dengan mahasiswa terbanyak yang berkuliah di Australia. Adapun Indonesia, jumlah rata-ratanya sekitar 11.000 orang setiap tahunnya.
“Jika dianalisa lebih dalam lagi, faktor kedekatan jarak dan mutu pendidikan merupakan dua faktor utama yang menyebabkan Australia menjadi salah satu tujuan pendidikan favorit," kata dia.
Lantas, kebijakan kenaikan biaya visa ini mendapat resistensi dari Asosiasi Pendidikan Internasional Australia. Mereka menyatakan bahwa kebijakan pemerintah Australia yang mengejutkan ini merupakan pukulan telak bagi sektor pendidikan internasional di Australia.
Kebijakan ini pun memicu keresahan dan kemarahan di kalangan mahasiswa internasional yang sedang menempuh pendidikan di Australia. Terlebih, peningkatan biaya visa ini bukan satu-satunya beban yang dirasakan oleh mahasiswa internasional. Mereka pun diwajibkan untuk menyediakan biaya deposit yang juga sangat tinggi.
Baca juga: Bisa Kuliah di Australia, Anak Muda Asal Kendal Ini Ungkap Jasa Ganjar Gagas Hetero Space
Di samping itu, selama kurun waktu 20 tahun terakhir, biaya akomodasi, biaya pendidikan, biaya hidup dan asuransi pendidikan di Australia melonjak sangat tajam. Hal ini, sebut Prof Ronny, selaras dengan semakin melemahnya perekonomian Australia.
“Dengan semakin memburuknya perekonomian Australia, jumlah beasiswa dan juga dana pendidikan yang dialokasikan ke universitas semakin menurun,” jelasnya.
“Jika dianalisa lebih dalam lagi, tampaknya kenaikan biaya visa ini memang ditujukan untuk memperoleh dana tambahan untuk mendanai pendidikan, termasuk pemotongan utang lulusan, sukunan pendanaan peserta magang dan penerapan strategi imigrasi,” ujar Prof Ronny.
Berdasarkan analisisnya, pemerintah Australia tampaknya ingin merampingkan jumlah mahasiswa internasional untuk meningkatkan kualitasnya. Salah satunya untuk mengontrol jumlah imigran yang melonjak tajam pasca pandemi COVID-19, mencapai 528 ribu orang di tahun 2022-2023.
Sebelum ketegangan politik antara Tiongkok dan Australia, mahasiswa internasional dari China angkanya mencapai lebih dari 150 ribu orang, menjadikannya salah satu negara dengan mahasiswa terbanyak yang berkuliah di Australia. Adapun Indonesia, jumlah rata-ratanya sekitar 11.000 orang setiap tahunnya.
“Jika dianalisa lebih dalam lagi, faktor kedekatan jarak dan mutu pendidikan merupakan dua faktor utama yang menyebabkan Australia menjadi salah satu tujuan pendidikan favorit," kata dia.
tulis komentar anda