Momen Haru di FEB UGM, Orang Tua Mahasiswa Baru Ikut Kuliah Gantikan Putrinya yang Tiada
Jum'at, 16 Agustus 2024 - 10:05 WIB
Baca juga: Frista Jadi Wisudawan Termuda S2 UGM, Masuk SD Usia 4 Tahun
“Saat itu saya ditelepon istri. Dia mengawali dengan bilang jangan kaget, Marchia meninggal. Sontak perasaan saya berkecamuk saat itu karena posisi jauh di Balige, sementara Marchia di Yogyakarta,” kata Sebastian, dikutip dari laman UGM, Jumat (16/8/2024).
Momen ini tidak hanya menjadi ajang untuk mengenang Marchia, tetapi juga untuk memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa lain. Sebastian dan Imelda mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan dan bersyukur atas setiap kesempatan yang diberikan.
Mereka berharap pengalaman ini bisa menjadi renungan bagi mahasiswa lain untuk memanfaatkan waktu dengan baik dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan.
Baca juga: Anak Tukang Bengkel Bisa Kuliah Kedokteran Gratis di UGM, Ini Kisahnya
Dalam kesempatan yang sama, dosen pengampu kelas, Rina Herani,menyampaikan pesan mendalam kepada para mahasiswa untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan berkuliah di UGM. Ia menekankan bahwa bisa menjadi mahasiswa di salah satu kampus terbaik di Indonesia adalah sebuah privilege yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Wakil Dekan FEB UGM Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Bayu Sutikno juga turut menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian Marchia.
Ia mengingatkan bahwa perjalanan Marchia dari Balige ke Yogyakarta untuk menuntut ilmu adalah bukti semangat dan komitmen tinggi yang harus dijadikan teladan bagi mahasiswa lainnya.
Kehilangan ini, kata Bayu, harus menjadi pengingat untuk selalu menjaga kesehatan dan menghargai setiap kesempatan yang ada.
Di akhir pernyataannya, Bayu memberikan penghormatan terakhir kepada Marchia, yang semangat dan perjuangannya akan terus menginspirasi keluarga besar UGM. "Selamat jalan Marchia, semangat dan perjuanganmu selalu menginspirasi kami," pungkasnya.
“Saat itu saya ditelepon istri. Dia mengawali dengan bilang jangan kaget, Marchia meninggal. Sontak perasaan saya berkecamuk saat itu karena posisi jauh di Balige, sementara Marchia di Yogyakarta,” kata Sebastian, dikutip dari laman UGM, Jumat (16/8/2024).
Momen ini tidak hanya menjadi ajang untuk mengenang Marchia, tetapi juga untuk memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa lain. Sebastian dan Imelda mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan dan bersyukur atas setiap kesempatan yang diberikan.
Mereka berharap pengalaman ini bisa menjadi renungan bagi mahasiswa lain untuk memanfaatkan waktu dengan baik dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan.
Baca juga: Anak Tukang Bengkel Bisa Kuliah Kedokteran Gratis di UGM, Ini Kisahnya
Dalam kesempatan yang sama, dosen pengampu kelas, Rina Herani,menyampaikan pesan mendalam kepada para mahasiswa untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan berkuliah di UGM. Ia menekankan bahwa bisa menjadi mahasiswa di salah satu kampus terbaik di Indonesia adalah sebuah privilege yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Wakil Dekan FEB UGM Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Bayu Sutikno juga turut menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian Marchia.
Ia mengingatkan bahwa perjalanan Marchia dari Balige ke Yogyakarta untuk menuntut ilmu adalah bukti semangat dan komitmen tinggi yang harus dijadikan teladan bagi mahasiswa lainnya.
Kehilangan ini, kata Bayu, harus menjadi pengingat untuk selalu menjaga kesehatan dan menghargai setiap kesempatan yang ada.
Di akhir pernyataannya, Bayu memberikan penghormatan terakhir kepada Marchia, yang semangat dan perjuangannya akan terus menginspirasi keluarga besar UGM. "Selamat jalan Marchia, semangat dan perjuanganmu selalu menginspirasi kami," pungkasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda