KIPI 2024 Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-Australia
Jum'at, 16 Agustus 2024 - 19:29 WIB
Hari kedua dimulai dengan pidato kunci dari perspektif Australia tentang 75 tahun hubungan diplomatik Australia-Indonesia. Crispin Conroy AM, Direktur Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Kantor NSW, mewakili Menteri Penny Wong menyampaikan pidato kunci dari perspektif Australia diikuti oleh sesi plenary.
Pidato ini menyoroti bagaimana hubungan antara Australia dan Indonesia dapat ditelusuri jauh sebelumnya hingga ratusan tahun lalu ketika pelaut Makassar berlayar ke Australia Utara untuk membangun perdagangan dan hubungan budaya dengan masyarakat Adat Australia, hingga saat ini sebagai mitra ekonomi, mitra keamanan, dan mitra dalam transisi global menuju Net Zero.
“Indonesia dan Australia terhubung oleh Geografi atas pilihan. Kita (Australia dan Indonesia) tidak dapat dan tidak akan memiliki kawasan yang kita butuhkan tanpa Indonesia yang kuat dan makmur.” - Pidato Menteri Penny Wong, Menteri Luar Negeri Australia yang disampaikan oleh Crispin Conroy, Direktur Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Kantor NSW.
Tema untuk sesi plenary ketiga adalah Arsitektur Kedokteran dan Kesehatan, yang dipimpin oleh Lailaturrahmi, Kandidat PhD dalam Pendidikan Farmasi, Monash University. Profesor Julie Bines dari University of Melbourne berbagi pengalamannya tentang pengembangan vaksin rotavirus neonatal sebagai hasil kolaborasi Indonesia-Australia.
Dr Anthony Sunjaya, Peneliti di George Institute for Global Health, membahas peluang dan refleksi tentang penggunaan kesehatan digital untuk meningkatkan hasil bagi pasien dan sistem kesehatan.
Sesi plenary keempat adalah tentang Keberlanjutan, Pertanian, Teknologi, dan Energi. Sesi ini dipimpin oleh James Zulfan, Kandidat PhD dalam Teknik Bendungan dan Sungai UNSW.
Pembicara pertama dalam sesi ini adalah Dirgayuza Setiawan, mantan Direktur Pengembangan Bisnis dan Manajemen Portofolio ID Food. Beliau menyampaikan topik tentang keamanan pangan dan keberlanjutan Indonesia menuju Generasi Emas Indonesia 2045.
Pembicara kedua adalah Fendi Liem, CEO dan Pendiri SEDAYUSolar. Fendi berbagi pengalamannya dalam membangun perusahaan Rekayasa Pengadaan Konstruksi Energi Terbarukan (EPC) terkemuka di Indonesia dengan proyek Pembangkit Tenaga Surya dan Mini Hydro di seluruh Indonesia termasuk daerah terpencil dan kurang terlayani.
Sesi plenary terakhir adalah tentang Keamanan, Hukum, dan Hubungan Internasional yang dimoderatori oleh Wildan Ali, Presiden PPIA. Sesi ini mengundang Kate O’Shaughnessy, Direktur Penelitian di Perth USAsia Centre, yang berbagi refleksinya tentang keterlibatannya dalam hubungan diplomatik Australia-Indonesia.
Di sisi lain, Duta Besar Indonesia untuk Australia membahas Indonesia dalam pertarungan geopolitik: Kebijakan luar negeri yang independen dan aktif untuk pengembangan ekonomi.
Pidato ini menyoroti bagaimana hubungan antara Australia dan Indonesia dapat ditelusuri jauh sebelumnya hingga ratusan tahun lalu ketika pelaut Makassar berlayar ke Australia Utara untuk membangun perdagangan dan hubungan budaya dengan masyarakat Adat Australia, hingga saat ini sebagai mitra ekonomi, mitra keamanan, dan mitra dalam transisi global menuju Net Zero.
“Indonesia dan Australia terhubung oleh Geografi atas pilihan. Kita (Australia dan Indonesia) tidak dapat dan tidak akan memiliki kawasan yang kita butuhkan tanpa Indonesia yang kuat dan makmur.” - Pidato Menteri Penny Wong, Menteri Luar Negeri Australia yang disampaikan oleh Crispin Conroy, Direktur Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Kantor NSW.
Tema untuk sesi plenary ketiga adalah Arsitektur Kedokteran dan Kesehatan, yang dipimpin oleh Lailaturrahmi, Kandidat PhD dalam Pendidikan Farmasi, Monash University. Profesor Julie Bines dari University of Melbourne berbagi pengalamannya tentang pengembangan vaksin rotavirus neonatal sebagai hasil kolaborasi Indonesia-Australia.
Dr Anthony Sunjaya, Peneliti di George Institute for Global Health, membahas peluang dan refleksi tentang penggunaan kesehatan digital untuk meningkatkan hasil bagi pasien dan sistem kesehatan.
Sesi plenary keempat adalah tentang Keberlanjutan, Pertanian, Teknologi, dan Energi. Sesi ini dipimpin oleh James Zulfan, Kandidat PhD dalam Teknik Bendungan dan Sungai UNSW.
Pembicara pertama dalam sesi ini adalah Dirgayuza Setiawan, mantan Direktur Pengembangan Bisnis dan Manajemen Portofolio ID Food. Beliau menyampaikan topik tentang keamanan pangan dan keberlanjutan Indonesia menuju Generasi Emas Indonesia 2045.
Pembicara kedua adalah Fendi Liem, CEO dan Pendiri SEDAYUSolar. Fendi berbagi pengalamannya dalam membangun perusahaan Rekayasa Pengadaan Konstruksi Energi Terbarukan (EPC) terkemuka di Indonesia dengan proyek Pembangkit Tenaga Surya dan Mini Hydro di seluruh Indonesia termasuk daerah terpencil dan kurang terlayani.
Sesi plenary terakhir adalah tentang Keamanan, Hukum, dan Hubungan Internasional yang dimoderatori oleh Wildan Ali, Presiden PPIA. Sesi ini mengundang Kate O’Shaughnessy, Direktur Penelitian di Perth USAsia Centre, yang berbagi refleksinya tentang keterlibatannya dalam hubungan diplomatik Australia-Indonesia.
Di sisi lain, Duta Besar Indonesia untuk Australia membahas Indonesia dalam pertarungan geopolitik: Kebijakan luar negeri yang independen dan aktif untuk pengembangan ekonomi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda