Was-was Pandemi, 3 Kabupaten di Jateng Paksakan Sekolah Tatap Muka
Selasa, 25 Agustus 2020 - 19:51 WIB
SEMARANG - Provinsi Jawa Tengah akan menggelar pembelajaran tatap muka di tiga kabupaten yang telah dinyatakan sebagai zona hijau dalam masa pandemi COVID-19. Yakni Kabupaten Wonosobo, Temanggung dan Kota Tegal.
Namun demikian, setiap kabupaten hanya akan diujicobakan pada dua sekolah, yakni satu SMA dan satu SMK dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
"Kami telah menetapkan beberapa zona terkait pendidikan. Strateginya adalah daerah zona hijau yang akan melaksanakan pembelajaran tatap muka lebih dulu. Kami memilih Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan Kota Tegal," sebut Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Padmaningrum pada Webinar bertajuk Tarik Ulur Pembelajaran Jarak Jauh yang diikuti puluhan jurnalis, Selasa (25/8/2020). (Baca juga: Rentan Terinfeksi COVID-19, PGRI Minta Pemerintah Lindungi Guru )
Ia mengungkapkan, rencana tersebut sempat terganjal karena tiba-tiba ada kasus positif COVID-19 di Brebes dan Tegal ketika belajar secara tatap muka diterapkan di PAUD, SD, dan SMP tanpa izin Gubernur Jateng.
"Karena itulah kami dalam membuka sekolah tidak sembarangan. Rencana itu kemudian kami evaluasi ulang. bersama Tim Gugus Tugas melakukan penjaringan kabupaten/kota dan rapat hingga tiga kali. Kami membuat film sistem pendidikan seperti apa yang akan dilakukan nanti," jelasnya. (Baca juga: Aturan Pemda Soal Kewajiban Guru Wajib Absen Harus Dievaluasi )
Menurutnya, sistem belajar tatap muka baru akan diujicobakan bila keadaan betul-betul dipandang aman. Dalam penerapan pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini maka hanya berlangsung sekitar 3 - 4 jam.
Tak hanya itu, lanjut dia, gerbang masuk sekolah dan keluar sekolah juga berbeda. Bahkan harus dipastikan juga para siswa berangkat, selama di sekolah, hingga pulang tetap aman dari potensi terpapar COVID-19.
"Mereka juga tidak boleh jajan di sekolah. Harus membawa bekal sendiri," tegasnya.
Sementara, Konsultan Pendidikan Inklusif dan Penanganan Anak Tidak Sekolah UNICEF Jawa Bali, Supriono Subakir mengakui bahwa anak-anak dalam sehari mampu belajar 3 - 4 jam sudah luar biasa.
"Oleh sebab itu bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, itu yang diperlukan. Orang tua di rumah sekarang baru sadar bagaimana sulitnya mengajar satu anak di rumah. Mereka baru sadar betapa beratnya tugas guru yang mengajar lebih dari 30 anak dalam satu kelas," ujar Supriono.
Namun demikian, setiap kabupaten hanya akan diujicobakan pada dua sekolah, yakni satu SMA dan satu SMK dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
"Kami telah menetapkan beberapa zona terkait pendidikan. Strateginya adalah daerah zona hijau yang akan melaksanakan pembelajaran tatap muka lebih dulu. Kami memilih Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan Kota Tegal," sebut Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Padmaningrum pada Webinar bertajuk Tarik Ulur Pembelajaran Jarak Jauh yang diikuti puluhan jurnalis, Selasa (25/8/2020). (Baca juga: Rentan Terinfeksi COVID-19, PGRI Minta Pemerintah Lindungi Guru )
Ia mengungkapkan, rencana tersebut sempat terganjal karena tiba-tiba ada kasus positif COVID-19 di Brebes dan Tegal ketika belajar secara tatap muka diterapkan di PAUD, SD, dan SMP tanpa izin Gubernur Jateng.
"Karena itulah kami dalam membuka sekolah tidak sembarangan. Rencana itu kemudian kami evaluasi ulang. bersama Tim Gugus Tugas melakukan penjaringan kabupaten/kota dan rapat hingga tiga kali. Kami membuat film sistem pendidikan seperti apa yang akan dilakukan nanti," jelasnya. (Baca juga: Aturan Pemda Soal Kewajiban Guru Wajib Absen Harus Dievaluasi )
Menurutnya, sistem belajar tatap muka baru akan diujicobakan bila keadaan betul-betul dipandang aman. Dalam penerapan pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini maka hanya berlangsung sekitar 3 - 4 jam.
Tak hanya itu, lanjut dia, gerbang masuk sekolah dan keluar sekolah juga berbeda. Bahkan harus dipastikan juga para siswa berangkat, selama di sekolah, hingga pulang tetap aman dari potensi terpapar COVID-19.
"Mereka juga tidak boleh jajan di sekolah. Harus membawa bekal sendiri," tegasnya.
Sementara, Konsultan Pendidikan Inklusif dan Penanganan Anak Tidak Sekolah UNICEF Jawa Bali, Supriono Subakir mengakui bahwa anak-anak dalam sehari mampu belajar 3 - 4 jam sudah luar biasa.
"Oleh sebab itu bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, itu yang diperlukan. Orang tua di rumah sekarang baru sadar bagaimana sulitnya mengajar satu anak di rumah. Mereka baru sadar betapa beratnya tugas guru yang mengajar lebih dari 30 anak dalam satu kelas," ujar Supriono.
(mpw)
tulis komentar anda