Siswa Rentan Kena Perundungan, Begini Cara Mengenali Cyberbullying di Dunia Maya
Kamis, 29 Agustus 2024 - 17:21 WIB
LAMPUNG TENGAH - Perundungan atau bullying secara langsung atau tatap muka dan perundungan siber atau cyberbullying, sering kali dapat terjadi secara bersamaan.
Namun cyberbullying meninggalkan jejak digital, sebuah rekaman atau catatan yang dapat berguna dan memberikan bukti ketika membantu menghentikan perilaku salah ini.
”Cyberbullying telah menjadi masalah serius di kehidupan kita, termasuk di lingkungan sekolah. Dengan meningkatnya teknologi dan adopsi media sosial, masalah ini menjadi epidemi,” tutur Koordinator Pengawas Wilayah IV Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Johan Supangkat, dalam webinar literasi digital di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (29/8/2024).
Mengangkat tema ”Kenali Jenis Cyberbullying di Dunia Maya”, diskusi virtual untuk segmen pendidikan yang diikuti siswa dan tenaga kependidikan itu, terselenggara atas kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung.
Johan mengatakan, cyberbullying merupakan tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media digital. Akibat perundungan siber dapat memunculkan rasa takut si korban, bahkan dapat terjadi kekerasan fisik di dunia nyata (offline).
”Kenali beberapa contoh cyberbullying, seperti doxing (penyebarluasan informasi pribadi), cyberstalking (penguntitan), dan non-concentual intimate image (penyebaran foto/video tanpa persetujuan),” jelas Johan Supangkat dalam diskusi online yang dipandu moderator Firdha itu.
Cyberbullying, menurut Johan, bisa membuat orang merasa diserang dari segala penjuru arah. Dampaknya bisa bertahan lama dan mempengaruhi seseorang dalam banyak cara, seperti mental, yakni: merasa malu, bodoh, hingga marah. Secara emosional, yakni: merasa malu atau kehilangan minat pada hal-hal yang disukai; serta fisik, yakni: lelah kurang tidur atau mengalami gejala sakit perut dan sakit kepala.
”Dampak bagi korban bisa berupa psikis, sosial, dan pada kehidupan di sekolah. Jika kamu merasa sedang di-bully, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari bantuan dari seseorang yang dipercaya seperti orang tua, anggota keluarga terdekat, atau orang dewasa terpercaya lainnya,” pungkas Johan di hadapan pelajar yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Lampung Tengah dan sekitarnya kali ini, antara lain: SMPN 1 Bangunrejo, SMPN 1 dan SMPN 3 Terusan Nunyai, SMPN 2 dan SMPN 4 Way Pengubuan, SMP Satya Dharma Sudjana, SMP Maarif 10 Bangunrejo, SMAN 1 Terusan Nunyai, SMPN Bangjo, dan SMAN 1 Trimurjo.
Namun cyberbullying meninggalkan jejak digital, sebuah rekaman atau catatan yang dapat berguna dan memberikan bukti ketika membantu menghentikan perilaku salah ini.
”Cyberbullying telah menjadi masalah serius di kehidupan kita, termasuk di lingkungan sekolah. Dengan meningkatnya teknologi dan adopsi media sosial, masalah ini menjadi epidemi,” tutur Koordinator Pengawas Wilayah IV Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Johan Supangkat, dalam webinar literasi digital di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (29/8/2024).
Mengangkat tema ”Kenali Jenis Cyberbullying di Dunia Maya”, diskusi virtual untuk segmen pendidikan yang diikuti siswa dan tenaga kependidikan itu, terselenggara atas kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung.
Johan mengatakan, cyberbullying merupakan tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media digital. Akibat perundungan siber dapat memunculkan rasa takut si korban, bahkan dapat terjadi kekerasan fisik di dunia nyata (offline).
”Kenali beberapa contoh cyberbullying, seperti doxing (penyebarluasan informasi pribadi), cyberstalking (penguntitan), dan non-concentual intimate image (penyebaran foto/video tanpa persetujuan),” jelas Johan Supangkat dalam diskusi online yang dipandu moderator Firdha itu.
Cyberbullying, menurut Johan, bisa membuat orang merasa diserang dari segala penjuru arah. Dampaknya bisa bertahan lama dan mempengaruhi seseorang dalam banyak cara, seperti mental, yakni: merasa malu, bodoh, hingga marah. Secara emosional, yakni: merasa malu atau kehilangan minat pada hal-hal yang disukai; serta fisik, yakni: lelah kurang tidur atau mengalami gejala sakit perut dan sakit kepala.
”Dampak bagi korban bisa berupa psikis, sosial, dan pada kehidupan di sekolah. Jika kamu merasa sedang di-bully, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari bantuan dari seseorang yang dipercaya seperti orang tua, anggota keluarga terdekat, atau orang dewasa terpercaya lainnya,” pungkas Johan di hadapan pelajar yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Lampung Tengah dan sekitarnya kali ini, antara lain: SMPN 1 Bangunrejo, SMPN 1 dan SMPN 3 Terusan Nunyai, SMPN 2 dan SMPN 4 Way Pengubuan, SMP Satya Dharma Sudjana, SMP Maarif 10 Bangunrejo, SMAN 1 Terusan Nunyai, SMPN Bangjo, dan SMAN 1 Trimurjo.
Lihat Juga :
tulis komentar anda