Riwayat Pendidikan H Agus Salim, Pahlawan Nasional Indonesia yang Mahir 9 Bahasa
Kamis, 07 November 2024 - 14:38 WIB
Baca juga: Prabowo-Gibran Diminta Tetapkan Tuan Rondahaim dari Simalungun Jadi Pahlawan Nasional
Agus Salim yang lahir dari keluarga keturunan terpandang maka ia pun bisa menuntut ilmu di sekolah terpandang kala itu, n Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah dasar Eropa di Riau dan tamat tahun 1898, dan Hogere Burgerschool (HBS) atau sekolah menengah tingkat atas di Jakarta yang ditamatkannya pada 1903.
Agus Salim dikenal tekun dalam belajar. Bahkan Salim di usianya yang masih muda mampu menguasai Sembilan Bahasa seperti Bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, Jepang, Latin, dan Mandarin.
Lulusan terbaik HBS di tiga kota yakni Jakarta, Surabaya, dan Semarang ini awalnya ingin kuliah Ilmu Kedokteran di Belanda. Sayangnya, gagal karena ia belum mendapatkan persamaan status engan orang Belanda (gelijkgesteld).
Setelah meraih persamaan status, Agus Salim menerima tawaran dari pemerintah Belanda untuk bekerja di Konsulat Jenderal di Jeddah pada tahun 1906. Di Jeddah, ia bekerja sebagai penerjemah ahli (dragoman) sekaligus mengurus jemaah haji asal Indonesia pada tahun 1906-1911.
Baca juga: Mahasiswa Unpam Tangsel Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto
Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk memperdalam ilmu agama Islam, terutama dengan belajar pada pamannya, Syekh Ahmad Khatib. Karya tulis pertama Salim adalah tentang astronomi. Sebelum berangkat ke Jeddah, ia sudah bekerja sebagai penerjemah bahasa.
Setelah itu, Salim merantau ke Riau dan Indragiri, kemudian menuju Jeddah. Pengembaraannya mempertemukannya dengan tokoh-tokoh dari berbagai bangsa, memperluas pandangannya, terutama tentang Islam. Di antara tokoh penting yang ditemuinya adalah ulama besar Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani.
Sepulang dari Jeddah pada tahun 1911, Salim bekerja di Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta (Bereau voor Openbare Werken atau BOW). Namun, ia tidak menyukai pekerjaannya ini, meski alasannya tidak disebutkan.
Kemudian, Salim kembali ke kampung halamannya dan mendirikan sekolah dasar swasta Hollandsche-Inlandsche School (HIS) di Kota Gadang.
Agus Salim yang lahir dari keluarga keturunan terpandang maka ia pun bisa menuntut ilmu di sekolah terpandang kala itu, n Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah dasar Eropa di Riau dan tamat tahun 1898, dan Hogere Burgerschool (HBS) atau sekolah menengah tingkat atas di Jakarta yang ditamatkannya pada 1903.
Agus Salim dikenal tekun dalam belajar. Bahkan Salim di usianya yang masih muda mampu menguasai Sembilan Bahasa seperti Bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, Jepang, Latin, dan Mandarin.
Lulusan terbaik HBS di tiga kota yakni Jakarta, Surabaya, dan Semarang ini awalnya ingin kuliah Ilmu Kedokteran di Belanda. Sayangnya, gagal karena ia belum mendapatkan persamaan status engan orang Belanda (gelijkgesteld).
Setelah meraih persamaan status, Agus Salim menerima tawaran dari pemerintah Belanda untuk bekerja di Konsulat Jenderal di Jeddah pada tahun 1906. Di Jeddah, ia bekerja sebagai penerjemah ahli (dragoman) sekaligus mengurus jemaah haji asal Indonesia pada tahun 1906-1911.
Baca juga: Mahasiswa Unpam Tangsel Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto
Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk memperdalam ilmu agama Islam, terutama dengan belajar pada pamannya, Syekh Ahmad Khatib. Karya tulis pertama Salim adalah tentang astronomi. Sebelum berangkat ke Jeddah, ia sudah bekerja sebagai penerjemah bahasa.
Setelah itu, Salim merantau ke Riau dan Indragiri, kemudian menuju Jeddah. Pengembaraannya mempertemukannya dengan tokoh-tokoh dari berbagai bangsa, memperluas pandangannya, terutama tentang Islam. Di antara tokoh penting yang ditemuinya adalah ulama besar Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani.
Sepulang dari Jeddah pada tahun 1911, Salim bekerja di Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta (Bereau voor Openbare Werken atau BOW). Namun, ia tidak menyukai pekerjaannya ini, meski alasannya tidak disebutkan.
Kemudian, Salim kembali ke kampung halamannya dan mendirikan sekolah dasar swasta Hollandsche-Inlandsche School (HIS) di Kota Gadang.
tulis komentar anda