Selama Kuliah Makan Pakai Keripik, Lulus Cum Laude dan Dapat Beasiswa S2
Selasa, 01 September 2020 - 06:04 WIB
Dia mengaku, rela mengorbankan waktu nongkrong bersama teman sebayanya. Waktu luang yang tersisa usia kuliah, dia manfaatkan untuk mencari penghasilan tambahan. Bahkan, untuk sekedar berorganisasi pun dia rela abaikan.
"Selesai kuliah, sore atau malam saya pakai untuk mengajar private atau membantu di tempat foto kopi. Saya juga sempat menjadi staf tata usaha, apapun yang bisa menambah pemasukan untuk membayar uang kuliah atau makan sehari hari," kisahnya. (Baca juga: Siap-siap, Pendaftaran Beasiswa LPDP akan Dibuka Maret 2021 )
Dia mengaku, tanpa bekerja akan sulit membayar uang kuliah tahunan (UKT) atau sekadar membeli buku dan mengerjakan tugas dosen. Walaupun, katanya, dia juga selalu dibantu oleh kakaknya yang bekerja sebagai tukang potong rambut di Bekasi.
Bila penghasilannya tidak cukup untuk membayar UKT, dia akan bekerja di Rumah Makam Sukahati, menjadi pelayan selama liburan semester. Uang hasil gaji, akan dia pakai membayar UKT. Siti mengaku, belum beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekedar membayar UKT. (Baca juga : Nama dan Logo Partai Baru Amien Rais Disebut Mirip PAN, Pengamat: Bikin Model Lain )
Dia berkisah, perjuangannya mencari tambahan penghasilan, juga untuk membantunya makan sehari hari. Bukan tanpa alasan, dia cukup prihatin untuk makan sehari dua kali. Bahkan, Siti pernah membagi satu bungkus mi instan untuk makan pagi dan siang.
"Saya juga pulang setiap sebulan sekali ke Garut. Di sana saya dibekali makanan kering seperti keripik. Itu buat makan saya sehari hari di Bandung," kisahnya, yang mengaku kesulitannya makan selama kuliah hampir dijalaninya 3,5 tahun lamanya.
Baginya, semua itu hanyalah proses meraih cita cita yang harus diperjuangkan. Tidak masalah baginya hanya makan menggunakan keripik, asal bisa menggapai cita cita dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.
"Jangan pernah hilang harapan, karena Allah memberi kita kesulitan, bukan untuk menjatuhkan. Tapi membuat kita lebih kuat. Kita dilahirkan bukan buat jatuh dan terpuruk tapi bangkit lagi," imbuh dia.
"Selesai kuliah, sore atau malam saya pakai untuk mengajar private atau membantu di tempat foto kopi. Saya juga sempat menjadi staf tata usaha, apapun yang bisa menambah pemasukan untuk membayar uang kuliah atau makan sehari hari," kisahnya. (Baca juga: Siap-siap, Pendaftaran Beasiswa LPDP akan Dibuka Maret 2021 )
Dia mengaku, tanpa bekerja akan sulit membayar uang kuliah tahunan (UKT) atau sekadar membeli buku dan mengerjakan tugas dosen. Walaupun, katanya, dia juga selalu dibantu oleh kakaknya yang bekerja sebagai tukang potong rambut di Bekasi.
Bila penghasilannya tidak cukup untuk membayar UKT, dia akan bekerja di Rumah Makam Sukahati, menjadi pelayan selama liburan semester. Uang hasil gaji, akan dia pakai membayar UKT. Siti mengaku, belum beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekedar membayar UKT. (Baca juga : Nama dan Logo Partai Baru Amien Rais Disebut Mirip PAN, Pengamat: Bikin Model Lain )
Dia berkisah, perjuangannya mencari tambahan penghasilan, juga untuk membantunya makan sehari hari. Bukan tanpa alasan, dia cukup prihatin untuk makan sehari dua kali. Bahkan, Siti pernah membagi satu bungkus mi instan untuk makan pagi dan siang.
"Saya juga pulang setiap sebulan sekali ke Garut. Di sana saya dibekali makanan kering seperti keripik. Itu buat makan saya sehari hari di Bandung," kisahnya, yang mengaku kesulitannya makan selama kuliah hampir dijalaninya 3,5 tahun lamanya.
Baginya, semua itu hanyalah proses meraih cita cita yang harus diperjuangkan. Tidak masalah baginya hanya makan menggunakan keripik, asal bisa menggapai cita cita dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.
"Jangan pernah hilang harapan, karena Allah memberi kita kesulitan, bukan untuk menjatuhkan. Tapi membuat kita lebih kuat. Kita dilahirkan bukan buat jatuh dan terpuruk tapi bangkit lagi," imbuh dia.
(mpw)
tulis komentar anda