KPAI: Pelajaran Sejarah Jangan Sekadar Hafalan
Senin, 21 September 2020 - 08:37 WIB
JAKARTA - Isu penghapusan mata pelajaran Sejarah memantik polemik hingga akhirnya Kemendikbud membantah penghapusan tersebut. Meski demikian metode pembelajaran sejarah perlu dievaluasi agar jangan sebatas pelajaran menghafal saja.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI ) Retno Listyarti bidang Pendidikan mengatakan, sebagai mantan guru PPKn yang pernah mengajar selama 24 tahun, dia menilai metode pembelajaran sejarah memang perlu ada perbaikan. Hal ini penting karena saat ini Kemendikbud sedang melakukan proses penyederhanaan kurikulum. (Baca juga: Menteri Nadiem Ingin Sejarah Menjadi Relevan dan Inspiratif )
Dia menuturkan, pembelajaran sejarah oleh para guru selama ini cenderung hafalan. Bukan pemaknaan dan esensi nilai-nilai apa saja dari suatu peristiwa sejarah tersebut bagi perjalanan bangsa dan bagaimana peristiwa buruk bisa menjadi pembelajaran yang tidak boleh terulang di kemudian hari.
"Selama ini, pembelajaran sejarah cenderung membosankan bagi anak-anak karena hanya hafalan seputar apa kejadian, dimana kejadiannya, siapa saja tokoh sejarahnya, kapan terjadinya dan dimana kejadiannya," katanya melalui keterangan tertulis, Senin (24/9).
Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengatakan, bagaimana dari peristiwa sejarah itu jarang digali dan didalami melalui dialog. Retno menilai, kalau pelajaran sejarah hanya sekedar hafalan maka siswa pun cenderung mudah melupakan dan makna dari suatu peristiwa sejarah pun tidak akan dipahami. (Baca juga: Rujukan Generasi Muda, Pelajaran Sejarah Wajib Ada di Sekolah Menengah )
Sementara, terkait rencana perubahan pendidikan sejarah di SMA/SMK, sebagai Komisioner KPAI, dia menilai keputusan tersebut tidak tepat. Semua anak, baik di jenjang SMA ataupun SMK berhak mendapatkan pembelajaran sejarah dengan bobot dan kualitas yang sama. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya. Bagaimana mau menghargai kalau pelajaran tersebut tidak diberikan.
"Nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah bangsa merupakan nilai karakter nyata dan teladan bagi generasi muda, pembelajaran sejarah juga dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya para pendahulu, memberikan perspektif dan ukuran untuk menilai perjalanan bangsa," ujarnya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI ) Retno Listyarti bidang Pendidikan mengatakan, sebagai mantan guru PPKn yang pernah mengajar selama 24 tahun, dia menilai metode pembelajaran sejarah memang perlu ada perbaikan. Hal ini penting karena saat ini Kemendikbud sedang melakukan proses penyederhanaan kurikulum. (Baca juga: Menteri Nadiem Ingin Sejarah Menjadi Relevan dan Inspiratif )
Dia menuturkan, pembelajaran sejarah oleh para guru selama ini cenderung hafalan. Bukan pemaknaan dan esensi nilai-nilai apa saja dari suatu peristiwa sejarah tersebut bagi perjalanan bangsa dan bagaimana peristiwa buruk bisa menjadi pembelajaran yang tidak boleh terulang di kemudian hari.
"Selama ini, pembelajaran sejarah cenderung membosankan bagi anak-anak karena hanya hafalan seputar apa kejadian, dimana kejadiannya, siapa saja tokoh sejarahnya, kapan terjadinya dan dimana kejadiannya," katanya melalui keterangan tertulis, Senin (24/9).
Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengatakan, bagaimana dari peristiwa sejarah itu jarang digali dan didalami melalui dialog. Retno menilai, kalau pelajaran sejarah hanya sekedar hafalan maka siswa pun cenderung mudah melupakan dan makna dari suatu peristiwa sejarah pun tidak akan dipahami. (Baca juga: Rujukan Generasi Muda, Pelajaran Sejarah Wajib Ada di Sekolah Menengah )
Sementara, terkait rencana perubahan pendidikan sejarah di SMA/SMK, sebagai Komisioner KPAI, dia menilai keputusan tersebut tidak tepat. Semua anak, baik di jenjang SMA ataupun SMK berhak mendapatkan pembelajaran sejarah dengan bobot dan kualitas yang sama. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya. Bagaimana mau menghargai kalau pelajaran tersebut tidak diberikan.
"Nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah bangsa merupakan nilai karakter nyata dan teladan bagi generasi muda, pembelajaran sejarah juga dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya para pendahulu, memberikan perspektif dan ukuran untuk menilai perjalanan bangsa," ujarnya.
(mpw)
tulis komentar anda