Tabu, FKM UI Latih 39 Guru SLB soal Kesehatan Reproduksi Remaja Tunagrahita
Selasa, 20 Oktober 2020 - 08:19 WIB
DEPOK - Tim pengabdi masyarakat (pengmas) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Depok memberikan pelatihan daring kepada 39 guru dari 13 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Depok.
Tim diketuai oleh Evi Martha. Aksi nyata yang dijalankan oleh para akademisi FKM UI tersebut merupakan bagian dari kegiatan Pengmas sebagai upaya meningkatkan peran guru SLB dalam mengedukasi kesehatan reproduksi remaja tunagrahita di Kota Depok. Pelatihan dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama bagi 19 guru SLB. Sesi kedua diikuti oleh 20 guru SLB.
Ketua Tim Pengabdi Masyarakat FKM UI Evi Martha mengatakan, informasi mengenai kesehatan reproduksi sangat penting untuk diberikan kepada remaja, termasuk kepada remaja disabilitas, yang di antaranya adalah remaja tunagrahita. Sayangnya, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas tampaknya masih jarang mendapatkan perhatian di kalangan pendidik. (Baca juga: Beasiswa Unggulan Kemendikbud Diperebutkan 85.000 Calon, Ini Kisi-kisinya )
“Sebuah studi yang dilakukan oleh Habeahan pada 2014 di salah satu SLB di Jakarta Timur menyebutkan bahwa guru di SLB tersebut kurang memperhatikan permasalahan seks pada remaja tunagrahita dikarenakan minimnya sumber informasi yang diperoleh, serta merasa tabu membahas seks,” katanya, Senin (19/10/2020).
Seiring dengan minimnya pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus menjadikan sebagian di antara mereka cenderung mudah dimanipulasi sehingga kerap kali dijadikan objek pelecehan dan pelampiasan seksual. Pelecehan seksual terhadap anak dan remaja disabilitas dua kali lebih tinggi dari pada anak normal.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Evi dan tim menggagas rangkaian program pelatihan kesehatan reproduksi remaja tunagrahitha berkolaborasi dengan psikolog sekaligus Direktur sekolah Citta Bangsa Oktina Burlianti dan Ketua Badan Khusus Kesehatan Remaja IAKMI Loveria Sekarrini. (Baca juga: UIN Bandung Bangun Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam Dunia )
Pada hari pertama, pelatihan diawali dengan pemberian materi mengenai pengenalan tentang remaja tunagrahita, pengenalan dasar kesehatan reproduksi remaja (aku dan tubuhku), isu terkait perilaku seksual pada anak tunagrahita. Selanjutnya pada hari kedua, para peserta diberikan materi terkait pengenalan perilaku seksual berisiko (aku dan lingkunganku), dan teknik komunikasi serta peran orang tua guru dalam mendampingi anak remaja tunagrahita.
“Para peserta diminta untuk menyosialisasikan informasi yang diperoleh ke sesama guru yang lain di sekolahnya, serta membuat program edukasi mengenai kesehatan reproduksi di sekolahnya masing-masing dengan pendampingan dari Tim Pengmas dan Diknas,” tambahnya.
Satu bulan pascapelatihan, tim Pengmas FKM UI juga akan melakukan pertemuan kembali untuk mempresentasikan kegiatan implementasi yang sudah dilakukan. Metode pelatihan dilakukan dengan ceramah, diskusi dan tanya jawab, studi kasus, pendampingan, serta pemutaran film bertemakan kesehatan reproduksi remaja.
“Diharapkan melalui intervensi yang kami berikan kepada para guru SLB dapat diaplikasikan disosialisasikan kepada orangtua/wali murid maupun teman kerja lainnya,” tutup Evi Martha yang juga staf pengajar FKM UI.
Tim diketuai oleh Evi Martha. Aksi nyata yang dijalankan oleh para akademisi FKM UI tersebut merupakan bagian dari kegiatan Pengmas sebagai upaya meningkatkan peran guru SLB dalam mengedukasi kesehatan reproduksi remaja tunagrahita di Kota Depok. Pelatihan dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama bagi 19 guru SLB. Sesi kedua diikuti oleh 20 guru SLB.
Ketua Tim Pengabdi Masyarakat FKM UI Evi Martha mengatakan, informasi mengenai kesehatan reproduksi sangat penting untuk diberikan kepada remaja, termasuk kepada remaja disabilitas, yang di antaranya adalah remaja tunagrahita. Sayangnya, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas tampaknya masih jarang mendapatkan perhatian di kalangan pendidik. (Baca juga: Beasiswa Unggulan Kemendikbud Diperebutkan 85.000 Calon, Ini Kisi-kisinya )
“Sebuah studi yang dilakukan oleh Habeahan pada 2014 di salah satu SLB di Jakarta Timur menyebutkan bahwa guru di SLB tersebut kurang memperhatikan permasalahan seks pada remaja tunagrahita dikarenakan minimnya sumber informasi yang diperoleh, serta merasa tabu membahas seks,” katanya, Senin (19/10/2020).
Seiring dengan minimnya pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus menjadikan sebagian di antara mereka cenderung mudah dimanipulasi sehingga kerap kali dijadikan objek pelecehan dan pelampiasan seksual. Pelecehan seksual terhadap anak dan remaja disabilitas dua kali lebih tinggi dari pada anak normal.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Evi dan tim menggagas rangkaian program pelatihan kesehatan reproduksi remaja tunagrahitha berkolaborasi dengan psikolog sekaligus Direktur sekolah Citta Bangsa Oktina Burlianti dan Ketua Badan Khusus Kesehatan Remaja IAKMI Loveria Sekarrini. (Baca juga: UIN Bandung Bangun Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam Dunia )
Pada hari pertama, pelatihan diawali dengan pemberian materi mengenai pengenalan tentang remaja tunagrahita, pengenalan dasar kesehatan reproduksi remaja (aku dan tubuhku), isu terkait perilaku seksual pada anak tunagrahita. Selanjutnya pada hari kedua, para peserta diberikan materi terkait pengenalan perilaku seksual berisiko (aku dan lingkunganku), dan teknik komunikasi serta peran orang tua guru dalam mendampingi anak remaja tunagrahita.
“Para peserta diminta untuk menyosialisasikan informasi yang diperoleh ke sesama guru yang lain di sekolahnya, serta membuat program edukasi mengenai kesehatan reproduksi di sekolahnya masing-masing dengan pendampingan dari Tim Pengmas dan Diknas,” tambahnya.
Satu bulan pascapelatihan, tim Pengmas FKM UI juga akan melakukan pertemuan kembali untuk mempresentasikan kegiatan implementasi yang sudah dilakukan. Metode pelatihan dilakukan dengan ceramah, diskusi dan tanya jawab, studi kasus, pendampingan, serta pemutaran film bertemakan kesehatan reproduksi remaja.
“Diharapkan melalui intervensi yang kami berikan kepada para guru SLB dapat diaplikasikan disosialisasikan kepada orangtua/wali murid maupun teman kerja lainnya,” tutup Evi Martha yang juga staf pengajar FKM UI.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda