UIN Bandung Bangun Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam Dunia
loading...
A
A
A
BANDUNG - Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung membangun Gedung Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam di Kampus II UIN Bandung, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung. Gedung ini diharapkan menjadi pusat riset dan peradaban Islam dunia.
Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Mahmud mengatakan, pembangunan gedung tersebut ditandai dengan prosesi peletakan batu pertama pekan lalu. Pusat riset sejarah Rasulullah ini, nantinya menjadi yang pertama di lingkungan PTKIN.
"Pusat riset sejarah Rasulullah SAW dan Peradaban Islam akan menambah dan memperluas kontribusi UIN Sunan Gunung Djati Bandung bagi umat Islam di Jawa Barat, Indonesia dan dunia," jelas Mahmud, Senin (19/10/2020). (Baca juga: Alhamdulillah, Rp890 Miliar Kenaikan Dana BOS Madrasah dan Pesantren Cair )
Gedung ini, lanjut dia, menandakan kesiapan UIN Bandung menjadi lokomotif untuk meneladani Rasulullah dan peradaban Islam. Selama ini, peradaban Islam terpusat di jazirah arab. Sehingga menjadi kendala bagi umat Islam di Indonesia mengakses kawasan tersebut.
Sementara itu, dalam keterangan resminya, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla yang hadir pada pelatakan batu pertama gedung, mengapresiasi pembangunan tersebut. Umat Islam nantinya bisa belajar dan meneladani kehidupan Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga tidak hanya mengambil contoh dari segi ritual ibadahnya saja namun juga dalam hal kegiatan ekonominya. (Baca juga: MAN 2 Kota Malang Sabet Medali Terbanyak KSN Kemendikbud 2020 )
Mengingat Nabi Muhamamad SAW adalah seorang pedagang sebelum dia diangkat menjadi Nabi bahkan kehidupan sebagai seorang pedagang lebih lama dijalaninya dibanding sebagai Nabi.
“Umat Islam di Indonesia sangat jauh tertinggal dari segi ekonomi dibanding umat lainnya di Indonesia ini. Jika ada 10 orang kaya biasanya hanya 1 yang umat Islam. Untuk itu saya berharap kita umat Islam di Indonesia tidak hanya mencontoh nabi dari segi kehidupan ibadahnya saja tapi juga dari segi kegiatan ekonomi. Kalau kita lihat kehidupan nabi dia menjadi pedagang dari umur 13 tahun sampai umur 40. Artinya 27 tahun dia menjadi pedagang lebih lama dibanding menjadi nabi yang hanya 22 tahun dijalaninya” ujar JK.
JK berharap dengan adanya pusat riset Sejarah Rasullah dan peradaban Islam yang didirikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia kelak dapat menjadi kiblat baru pemikiran Islam dunia. Apalagi, menurutnya Timur Tengah yang selama ini menjadi pusat rujukan Islam saat ini penuh dengan konflik sehingga wajah Islam yang rahmatan lil alamin tidak ditemukan lagi di tempat kelahiran Islam tersebut. (Baca juga: Kampus Merdeka Bekali Mahasiswa untuk Hadapi Tantangan Masa Depan )
“Sudah saatnya Indonesia menjadi kiblat Islam dunia karena wajah Islam yang ramah masih ada di Asia tenggara ini terutama Indonesia yang menjadi negara penganut Islam terbesar. Di sinilah pentingya pusat riset sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam untuk dapat mencapai hal tersebut,” jelas dia.
Selain itu, JK juga berharap agar para ilmuwan Islam di tanah air dapat lebih banyak berkarya menulis kitab yang bisa menjadi referensi Islam di dunia. Mengingat saat ini ilmuwan Islam di Indonesia hanya memiliki kontribusi 20 persen dari semua karya buku buku Islam yang terdapat di dunia.
“Kita kalau ke toko buku dan mencari buku-buku tentang Islam kebanyakan itu buku hasil terjemahan penulis dari luar. Hanya 20 persen yang ditulis oleh ulama kita, untuk itu saya berharap agar para ilmuwan Islam Indonesia dapat menyumbangkan karyanya lebih banyak lagi sehingga kita bisa menjadi pusat rujukan Islam dunia,” imbuh dia.
Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Mahmud mengatakan, pembangunan gedung tersebut ditandai dengan prosesi peletakan batu pertama pekan lalu. Pusat riset sejarah Rasulullah ini, nantinya menjadi yang pertama di lingkungan PTKIN.
"Pusat riset sejarah Rasulullah SAW dan Peradaban Islam akan menambah dan memperluas kontribusi UIN Sunan Gunung Djati Bandung bagi umat Islam di Jawa Barat, Indonesia dan dunia," jelas Mahmud, Senin (19/10/2020). (Baca juga: Alhamdulillah, Rp890 Miliar Kenaikan Dana BOS Madrasah dan Pesantren Cair )
Gedung ini, lanjut dia, menandakan kesiapan UIN Bandung menjadi lokomotif untuk meneladani Rasulullah dan peradaban Islam. Selama ini, peradaban Islam terpusat di jazirah arab. Sehingga menjadi kendala bagi umat Islam di Indonesia mengakses kawasan tersebut.
Sementara itu, dalam keterangan resminya, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla yang hadir pada pelatakan batu pertama gedung, mengapresiasi pembangunan tersebut. Umat Islam nantinya bisa belajar dan meneladani kehidupan Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga tidak hanya mengambil contoh dari segi ritual ibadahnya saja namun juga dalam hal kegiatan ekonominya. (Baca juga: MAN 2 Kota Malang Sabet Medali Terbanyak KSN Kemendikbud 2020 )
Mengingat Nabi Muhamamad SAW adalah seorang pedagang sebelum dia diangkat menjadi Nabi bahkan kehidupan sebagai seorang pedagang lebih lama dijalaninya dibanding sebagai Nabi.
“Umat Islam di Indonesia sangat jauh tertinggal dari segi ekonomi dibanding umat lainnya di Indonesia ini. Jika ada 10 orang kaya biasanya hanya 1 yang umat Islam. Untuk itu saya berharap kita umat Islam di Indonesia tidak hanya mencontoh nabi dari segi kehidupan ibadahnya saja tapi juga dari segi kegiatan ekonomi. Kalau kita lihat kehidupan nabi dia menjadi pedagang dari umur 13 tahun sampai umur 40. Artinya 27 tahun dia menjadi pedagang lebih lama dibanding menjadi nabi yang hanya 22 tahun dijalaninya” ujar JK.
JK berharap dengan adanya pusat riset Sejarah Rasullah dan peradaban Islam yang didirikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia kelak dapat menjadi kiblat baru pemikiran Islam dunia. Apalagi, menurutnya Timur Tengah yang selama ini menjadi pusat rujukan Islam saat ini penuh dengan konflik sehingga wajah Islam yang rahmatan lil alamin tidak ditemukan lagi di tempat kelahiran Islam tersebut. (Baca juga: Kampus Merdeka Bekali Mahasiswa untuk Hadapi Tantangan Masa Depan )
“Sudah saatnya Indonesia menjadi kiblat Islam dunia karena wajah Islam yang ramah masih ada di Asia tenggara ini terutama Indonesia yang menjadi negara penganut Islam terbesar. Di sinilah pentingya pusat riset sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam untuk dapat mencapai hal tersebut,” jelas dia.
Selain itu, JK juga berharap agar para ilmuwan Islam di tanah air dapat lebih banyak berkarya menulis kitab yang bisa menjadi referensi Islam di dunia. Mengingat saat ini ilmuwan Islam di Indonesia hanya memiliki kontribusi 20 persen dari semua karya buku buku Islam yang terdapat di dunia.
“Kita kalau ke toko buku dan mencari buku-buku tentang Islam kebanyakan itu buku hasil terjemahan penulis dari luar. Hanya 20 persen yang ditulis oleh ulama kita, untuk itu saya berharap agar para ilmuwan Islam Indonesia dapat menyumbangkan karyanya lebih banyak lagi sehingga kita bisa menjadi pusat rujukan Islam dunia,” imbuh dia.
(mpw)