Bantu Peternak, Dua Mahasiswa ITS Gagas Sistem Kandang Cerdas
Rabu, 21 Oktober 2020 - 06:46 WIB
JAKARTA - Dua mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengagas inovasi rancang bangun sistem kandang ayam broiler yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT). Inovasi tersebut ditulis dalam sebuah essay yang diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan para peternak ayam broiler selama ini.
Mereka adalah Faiq Sina Alfain dan Fikri Azrur Arif Maulana. Keduanya merupakan mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas Vokasi ITS. Faiq selaku Ketua Tim tersebut mengatakan, tingginya tingkat konsumsi ayam broiler di Indonesia membuat para peternak kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pasar. (Baca juga: Menristek Dorong Kolaborasi Riset Indonesia dengan Eropa )
Hal ini dikarenakan, peternak masih melakukan pemberian makan dan minum secara manual. "Banyak peternak yang kurang mengetahui tentang perkembangan teknologi, khususnya di bidang industri peternakan," katanya melalui siaran pers, Selasa (20/10).
Mahasiswa angkatan 2018 ini melanjutkan, alasan lain yang menjadi latar belakang ide ini muncul di antaranya adalah peternak yang harus mengeluarkan biaya lebih untuk menyewa pekerja. Hal ini dilakukan guna membantu kebutuhan kandang seperti menyalakan lampu penghangat, kipas pendingin, dan menutup kandang saat turun hujan. Hal tersebut terjadi dikarenakan peternak di Indonesia dinilai masih banyak menggunakan sistem kandang tipe open house.
Mahasiswa yang kerap disapa Sina ini mengatakan bahwa untuk membantu mengatasi masalah tersebut, ia bersama temannya merancang sebuah teknologi di bidang peternakan. Ide mereka ditulis dalam sebuah essay berjudul SCH.id: Rancang Bangun Sistem Kandang Cerdas Terintegrasi Internet of Things (IoT) untuk Peternakan Ayam Broiler Open House Guna Mewujudkan Revolusi Industri 4.0 dalam Menyongsong SDGs 2030. (Baca juga: Hubungkan Alumni dari Seluruh Dunia, IPB Diaspora Network Diresmikan )
Sina menjelaskan bahwa SCH.id adalah sistem yang dapat merekayasa suhu kandang ayam tipe open house. Proses perancangan sistem SCH.id ini dilakukan dengan menggabungkan komponen-komponen elektronik seperti mikrokontroler, NodeMCU, solenoid valve, Real Time Clock (RTC), relay, motor servo dan sensor suhu. "Komponen-komponen tersebut digabungkan menjadi satu bagian," terangnya.
Mahasiswa asal Lamongan tersebut memaparkan, proses kerja dari sistem SCH.id ini adalah menyambungkan aplikasi sebagai pengendali utama pada sistem dengan bantuan jaringan Wi-Fi. Setelah tersambung, sensor suhu akan mengirimkan data pada aplikasi kepada pengguna untuk mengontrol suhu kandang, memberi makan dan minum sesuai jadwal, serta menutup kandang saat turun hujan.
Alumnus SMA Unggulan BPPT Al-Fattah Lamongan tersebut menyampaikan, sistem kandang cerdas ini dinilai efektif karena mampu merekayasa kandang ayam broiler open house menjadi kandang yang mudah untuk dimonitoring. Oleh karena itu, dengan sistem tersebut produktivitas komoditas ayam broiler akan meningkat walaupun menggunakan sistem kandang open house. (Baca juga: Universitas Terbuka Bersiap Ubah Status Jadi PTN BH )
Melalui idenya tersebut, mereka telah berhasil meraih juara kedua dalam Fosmapet Essay Competition 2020. Perlombaan yang diadakan pada pertengahan Agustus 2020 lalu itu membuat tim Sina sukses mengalahkan kurang lebih 138 peserta dari seluruh Indonesia.
Sina berharap, rancangan inovasi buatan timnya ini dapat dikembangkan. Tidak hanya itu, ia juga ingin sistem kandang open house cerdas ini bisa diterapkan oleh semua peternak di Indonesia. "Dengan begitu, peternak dapat meningkatkan produktivitas komoditas ayam broiler dengan menekan biaya operasional perawatan yang lebih rendah," tandasnya penuh harap.
Mereka adalah Faiq Sina Alfain dan Fikri Azrur Arif Maulana. Keduanya merupakan mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas Vokasi ITS. Faiq selaku Ketua Tim tersebut mengatakan, tingginya tingkat konsumsi ayam broiler di Indonesia membuat para peternak kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pasar. (Baca juga: Menristek Dorong Kolaborasi Riset Indonesia dengan Eropa )
Hal ini dikarenakan, peternak masih melakukan pemberian makan dan minum secara manual. "Banyak peternak yang kurang mengetahui tentang perkembangan teknologi, khususnya di bidang industri peternakan," katanya melalui siaran pers, Selasa (20/10).
Mahasiswa angkatan 2018 ini melanjutkan, alasan lain yang menjadi latar belakang ide ini muncul di antaranya adalah peternak yang harus mengeluarkan biaya lebih untuk menyewa pekerja. Hal ini dilakukan guna membantu kebutuhan kandang seperti menyalakan lampu penghangat, kipas pendingin, dan menutup kandang saat turun hujan. Hal tersebut terjadi dikarenakan peternak di Indonesia dinilai masih banyak menggunakan sistem kandang tipe open house.
Mahasiswa yang kerap disapa Sina ini mengatakan bahwa untuk membantu mengatasi masalah tersebut, ia bersama temannya merancang sebuah teknologi di bidang peternakan. Ide mereka ditulis dalam sebuah essay berjudul SCH.id: Rancang Bangun Sistem Kandang Cerdas Terintegrasi Internet of Things (IoT) untuk Peternakan Ayam Broiler Open House Guna Mewujudkan Revolusi Industri 4.0 dalam Menyongsong SDGs 2030. (Baca juga: Hubungkan Alumni dari Seluruh Dunia, IPB Diaspora Network Diresmikan )
Sina menjelaskan bahwa SCH.id adalah sistem yang dapat merekayasa suhu kandang ayam tipe open house. Proses perancangan sistem SCH.id ini dilakukan dengan menggabungkan komponen-komponen elektronik seperti mikrokontroler, NodeMCU, solenoid valve, Real Time Clock (RTC), relay, motor servo dan sensor suhu. "Komponen-komponen tersebut digabungkan menjadi satu bagian," terangnya.
Mahasiswa asal Lamongan tersebut memaparkan, proses kerja dari sistem SCH.id ini adalah menyambungkan aplikasi sebagai pengendali utama pada sistem dengan bantuan jaringan Wi-Fi. Setelah tersambung, sensor suhu akan mengirimkan data pada aplikasi kepada pengguna untuk mengontrol suhu kandang, memberi makan dan minum sesuai jadwal, serta menutup kandang saat turun hujan.
Alumnus SMA Unggulan BPPT Al-Fattah Lamongan tersebut menyampaikan, sistem kandang cerdas ini dinilai efektif karena mampu merekayasa kandang ayam broiler open house menjadi kandang yang mudah untuk dimonitoring. Oleh karena itu, dengan sistem tersebut produktivitas komoditas ayam broiler akan meningkat walaupun menggunakan sistem kandang open house. (Baca juga: Universitas Terbuka Bersiap Ubah Status Jadi PTN BH )
Melalui idenya tersebut, mereka telah berhasil meraih juara kedua dalam Fosmapet Essay Competition 2020. Perlombaan yang diadakan pada pertengahan Agustus 2020 lalu itu membuat tim Sina sukses mengalahkan kurang lebih 138 peserta dari seluruh Indonesia.
Sina berharap, rancangan inovasi buatan timnya ini dapat dikembangkan. Tidak hanya itu, ia juga ingin sistem kandang open house cerdas ini bisa diterapkan oleh semua peternak di Indonesia. "Dengan begitu, peternak dapat meningkatkan produktivitas komoditas ayam broiler dengan menekan biaya operasional perawatan yang lebih rendah," tandasnya penuh harap.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda