Kendalikan Sampah Depok, SKSG UI Inisiasi Program Peduli Lingkungan
Minggu, 25 Oktober 2020 - 12:48 WIB
DEPOK - Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia melalui Program Pengabdian dan Pemberdayaan pada Masyarakat menggelar webinar bertajuk ‘Menuju Generasi Melek Lingkungan Sedari Dini’. Tujuannya untuk mengendalikan sampah di Kota Depok demi terciptanya Zero Waste City.
Acara dibuka oleh Dr. Lin Yola selaku dosen pembimbing kegiatan tersebut. Lin mengatakan, kepedulian terhadap lingkungan perlu dipupuk sejak usia dini. “Oleh karena itu kami bersama mahasiswa pascasarjana yang tergabung dalam beberapa fakultas akan melakukan edukasi terhadap anak-anak dan remaja yang berada di Kelurahan Tirtajaya dengan cara mentoring setiap harinya,” katanya, Minggu (25/10/2020). (Baca juga: Ketua FRI: Indonesia Perlu Investasi Satelit Pendidikan untuk Mendukung PJJ )
Acara pembukaan agenda ini dihadiri oleh aktivis lingkungan dari berbagai komunitas sebagai narasumber, yaitu I’in Rosdiana selaku Co-Founder Komunitas Kresek Solo, Made Urmylla Founder dari Bumi Buddies, dan Endah Kusdiarwati Ketua Jangkar Ecovillage Depok.
Setiap harinya Kota Depok menghasilkan sampah sebanyak 1.300 ton/hari jika dikalkulasi warga Depok yang berjumlah kurang lebih sekitar 2,2 juta jiwa maka diperkirakan setiap orang menghasilkan 0,6 – 0,8kg sampah/harinya. “Dan hal hal yang menjadi perhatian adalah produksi sampah terbesar di Kota Depok berasal dari sektor rumah tangga,” kata Gerry Novandika Age selaku moderator.
Made Urmylla mengungkapkan, hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah adalah dengan 4R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle, dan Replace. Kita sebisa mungkin mengurangi produksi sampah dengan contoh hal kecil. “Misalnya menghabiskan makanan, menggunakan kembali barang-barang agar tidak menjadi sampah, kemudian mendaur ulang sampah sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat, dan yang terakhir adalah mengganti pemakaian barang yang biasa kita pakai dengan barang yang ramah akan lingkungan,” katanya. (Baca juga: 8 Kali Boyong Piala Bergilir, UI Pertahankan Juara Umum Ajang Gemastik 2020 )
Sementara itu I’in juga memaparkan hal yang perlu diubah adalah mindset kita terkait dengan pemikiran yang masa bodoh terhadap lingkungan. “Penyakit NIMBY (Not In My Back Yard) atau sikap tidak peduli merupakan hal yang paling pertama untuk diubah,” katanya.
Kesempatan terakhir di sampaikan oleh Ibu Endah. Menurutnya, yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah adalah aksi, salah satunya adalah aksi memilah sampah. Pihaknya sudah melakukan pemilahan sampah baik sampah organik, daur ulang, dan residu.
"Sampah organik yang dikumpulkan warga akan kita tukar dengan pupuk, begitupun sampah non organik dapat ditukar juga dengan pot bunga. Jadi, yang diangkut oleh Dinas Kebersihan untuk di bawa ke TPA hanya sampah residu” jelasnya. (Baca juga: Anies Perpanjang Masa PSBB Transisi Jakarta hingga 8 November 2020 )
Pengedukasian seperti yang sudah dilakukan oleh Ibu Endah yang akan diterapkan oleh kelompok mahasiswa kepada Kelurahan Tirtajaya, dengan melibatkan anak-anak dan remaja di wilayah tersebut untuk berpartisipasi memilah sampah.
Ketua Pelaksana, Nur Arning Tengara Kasih menambahkan, pihaknya akan membangun komunikasi dengan anak-anak dan remaja di wilayah Tirtajaya untuk kemudian ikut berpartisipasi memilah sampah setiap harinya. Hal ini tidak dilakukan sekali namun setiap hari agar berkelanjutan.
Setiap harinya anak-anak harus melaporkan kepada tim kelompok terkait dengan aksi pemilahan sampah yang dilakukan anak-anak tersebut. ”Kegiatan ini sangat diperlukan karena pentingnya edukasi pada rumah tangga dengan melibatkan anak dan remaja yang ada dirumah,” katanya.
Kegiatan ini akan dimulai dari tanggal 28 Oktober 2020 dengan aksi langsung membagikan kotak sampah dengan klasifikasi jenis sampah kepada warga yang kemudian diikuti dengan partisipasi anak-anak dan remaja dalam pemilahan sampah, kemudian dalam waktu sebulan kelompok anak-anak dan remaja yang berhasil melakukan pemilahan yang kemudian diikuti dengan inovasi daur ulang akan diberikan reward sebagai bentuk apresiasi dan tentunya tetap dalam mentoring yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Acara dibuka oleh Dr. Lin Yola selaku dosen pembimbing kegiatan tersebut. Lin mengatakan, kepedulian terhadap lingkungan perlu dipupuk sejak usia dini. “Oleh karena itu kami bersama mahasiswa pascasarjana yang tergabung dalam beberapa fakultas akan melakukan edukasi terhadap anak-anak dan remaja yang berada di Kelurahan Tirtajaya dengan cara mentoring setiap harinya,” katanya, Minggu (25/10/2020). (Baca juga: Ketua FRI: Indonesia Perlu Investasi Satelit Pendidikan untuk Mendukung PJJ )
Acara pembukaan agenda ini dihadiri oleh aktivis lingkungan dari berbagai komunitas sebagai narasumber, yaitu I’in Rosdiana selaku Co-Founder Komunitas Kresek Solo, Made Urmylla Founder dari Bumi Buddies, dan Endah Kusdiarwati Ketua Jangkar Ecovillage Depok.
Setiap harinya Kota Depok menghasilkan sampah sebanyak 1.300 ton/hari jika dikalkulasi warga Depok yang berjumlah kurang lebih sekitar 2,2 juta jiwa maka diperkirakan setiap orang menghasilkan 0,6 – 0,8kg sampah/harinya. “Dan hal hal yang menjadi perhatian adalah produksi sampah terbesar di Kota Depok berasal dari sektor rumah tangga,” kata Gerry Novandika Age selaku moderator.
Made Urmylla mengungkapkan, hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah adalah dengan 4R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle, dan Replace. Kita sebisa mungkin mengurangi produksi sampah dengan contoh hal kecil. “Misalnya menghabiskan makanan, menggunakan kembali barang-barang agar tidak menjadi sampah, kemudian mendaur ulang sampah sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat, dan yang terakhir adalah mengganti pemakaian barang yang biasa kita pakai dengan barang yang ramah akan lingkungan,” katanya. (Baca juga: 8 Kali Boyong Piala Bergilir, UI Pertahankan Juara Umum Ajang Gemastik 2020 )
Sementara itu I’in juga memaparkan hal yang perlu diubah adalah mindset kita terkait dengan pemikiran yang masa bodoh terhadap lingkungan. “Penyakit NIMBY (Not In My Back Yard) atau sikap tidak peduli merupakan hal yang paling pertama untuk diubah,” katanya.
Kesempatan terakhir di sampaikan oleh Ibu Endah. Menurutnya, yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah adalah aksi, salah satunya adalah aksi memilah sampah. Pihaknya sudah melakukan pemilahan sampah baik sampah organik, daur ulang, dan residu.
"Sampah organik yang dikumpulkan warga akan kita tukar dengan pupuk, begitupun sampah non organik dapat ditukar juga dengan pot bunga. Jadi, yang diangkut oleh Dinas Kebersihan untuk di bawa ke TPA hanya sampah residu” jelasnya. (Baca juga: Anies Perpanjang Masa PSBB Transisi Jakarta hingga 8 November 2020 )
Pengedukasian seperti yang sudah dilakukan oleh Ibu Endah yang akan diterapkan oleh kelompok mahasiswa kepada Kelurahan Tirtajaya, dengan melibatkan anak-anak dan remaja di wilayah tersebut untuk berpartisipasi memilah sampah.
Ketua Pelaksana, Nur Arning Tengara Kasih menambahkan, pihaknya akan membangun komunikasi dengan anak-anak dan remaja di wilayah Tirtajaya untuk kemudian ikut berpartisipasi memilah sampah setiap harinya. Hal ini tidak dilakukan sekali namun setiap hari agar berkelanjutan.
Setiap harinya anak-anak harus melaporkan kepada tim kelompok terkait dengan aksi pemilahan sampah yang dilakukan anak-anak tersebut. ”Kegiatan ini sangat diperlukan karena pentingnya edukasi pada rumah tangga dengan melibatkan anak dan remaja yang ada dirumah,” katanya.
Kegiatan ini akan dimulai dari tanggal 28 Oktober 2020 dengan aksi langsung membagikan kotak sampah dengan klasifikasi jenis sampah kepada warga yang kemudian diikuti dengan partisipasi anak-anak dan remaja dalam pemilahan sampah, kemudian dalam waktu sebulan kelompok anak-anak dan remaja yang berhasil melakukan pemilahan yang kemudian diikuti dengan inovasi daur ulang akan diberikan reward sebagai bentuk apresiasi dan tentunya tetap dalam mentoring yang dilakukan oleh para mahasiswa.
(mpw)
tulis komentar anda