Bermodal Kulit Mangga, Mahasiswa ITS Raih Emas di Korsel
Selasa, 03 November 2020 - 00:15 WIB
SURABAYA - Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meraih emas dalam ajang Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) di Korsel. Medali ini didapat karena inovasi ekstrak kulit mangga yang diubah menjadi agen inhibitor korosi logam SS-304 ramah lingkungan.
Kelima mahasiswa Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data itu adalah Ahnaf, Tiara Mahendra Kurniawati, Ulfa Miki Fitriana, Hafildatur Rosyidah, dan Mohamad Ikbal Pangestu. Mereka tergabung dalam sebuah tim yang bernama Platinum. (Baca juga: Sisihkan 68 Tim, ITB Sabet Juara I Geoteknik Tingkat Nasional 2020 )
KIWIE sendiri merupakan kegiatan expo tahunan bertaraf profesionalitas dan internasional yang diikuti oleh 17 negara dan rutin diadakan setiap tahunnya oleh Korea Women Inventors Association (KWIA) yang bertempat di Kintex-ro, Ilsanseo-gu, Goyang-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan.
Tiara Mahendra Kurniawati mengatakan, inhibitor logam yang sering berada di pasaran biasa dipakai dengan menggunakan metode elektroplating. Yakni merupakan metode untuk menghambat korosi logam dengan cara melapiskan logam yang akan dipakai menggunakan logam lain yang lebih mudah teroksidasi.
Metode ini, ungkap Tiara yang akrab disapa Mahen ini, menggunakan prinsip elektrokimia. “Limbah dari proses ini cukup banyak dan berbahaya, sehingga kami perlu mencari alternatif lainnya,” katanya melalui siaran pers, Senin (2/11). (Baca juga: Ini 10 Universitas yang Alumninya Paling Banyak Lulus CPNS 2019 )
Kulit mangga dipilih sebagai bahan dasar penelitian karena kulit mangga seringkali dibuang dan dapat membuat limbah organik baru. “Tak mau itu terjadi, kami memanfaatkan kulit mangga untuk inhibitor, di mana kulit tersebut mengandung senyawa kimia seperti flavonoid yang mampu bertindak sebagai antioksidan,” ujarnya.
Karena sifat tersebut, lanjut gadis asal Bogor ini, laju korosi dapat ditahan. Dalam prosesnya, pertama mereka menjemur kulit mangga hingga kering. Kemudian, kulit mangga tersebut dicacah hingga dapat dilakukan pengekstrakan. Hasil ekstrak tersebut nantinya akan dicampur dengan larutan uji yaitu air garam (NaCl).
“Larutan uji tersebut kami gunakan untuk mengetahui tingkat korosi pada logam serta efektivitas inhibitor dalam menahan laju korosinya,” imbuh mahasiswi yang juga tergabung dalam Tim Spektronics ITS tersebut. (Baca juga: 82 Tim Program Kreativitas Mahasiswa UGM Lolos PIMNAS 2020 )
Dalam risetnya, penelitian ini sudah diujicobakan ke plat SS-304, yakni salah satu jenis plat logam yang banyak digunakan untuk kaleng makanan dan barang rumah tangga lainnya. Hasilnya, inhibitor ini berhasil menahan laju korosi dengan efisiensi sebesar 88 persen. “Sebenarnya sudah ada penelitian serupa, namun yang membedakan dengan penelitian kami adalah jenis logam dan bahan inhibitor yang dipakai,” jelasnya.
Tim Platinum mendapat dukungan penuh dari Departemen Kimia ITS, khususnya dosen pembimbing Harmami untuk pemahaman konsep teori dan pengaplikasian inovasi. Selain itu, mereka juga difasilitasi untuk eksperimen di Laboratorium Instrumentasi dan Sains Analitik Kimia ITS sebelum adanya pandemi Covid-19.
Memang bukan rahasia lagi jika anggota Tim Platinum ini telah berpengalaman mengikuti lomba serupa dan berhasil membawa harum nama ITS di kancah internasional. “Kompetisi seperti ini memberikan ketertarikan sendiri bagi tim kami, apalagi sebagai mahasiswa Departemen Kimia, kami harus berperan untuk membantu menanggulangi permasalahan lingkungan,” ujarnya.
Meski terkendala dalam hal komunikasi dan koordinasi antar tim akibat pandemi, Tim Platinum akhirnya dapat menyelesaikan kompetisi ini dengan baik meskipun dilakukan secara daring. “Saya berharap semoga inovasi yang kami berikan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam bidang inhibitor korosi pada logam yang bersifat ramah lingkungan,” pungkasnya.
Kelima mahasiswa Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data itu adalah Ahnaf, Tiara Mahendra Kurniawati, Ulfa Miki Fitriana, Hafildatur Rosyidah, dan Mohamad Ikbal Pangestu. Mereka tergabung dalam sebuah tim yang bernama Platinum. (Baca juga: Sisihkan 68 Tim, ITB Sabet Juara I Geoteknik Tingkat Nasional 2020 )
KIWIE sendiri merupakan kegiatan expo tahunan bertaraf profesionalitas dan internasional yang diikuti oleh 17 negara dan rutin diadakan setiap tahunnya oleh Korea Women Inventors Association (KWIA) yang bertempat di Kintex-ro, Ilsanseo-gu, Goyang-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan.
Tiara Mahendra Kurniawati mengatakan, inhibitor logam yang sering berada di pasaran biasa dipakai dengan menggunakan metode elektroplating. Yakni merupakan metode untuk menghambat korosi logam dengan cara melapiskan logam yang akan dipakai menggunakan logam lain yang lebih mudah teroksidasi.
Metode ini, ungkap Tiara yang akrab disapa Mahen ini, menggunakan prinsip elektrokimia. “Limbah dari proses ini cukup banyak dan berbahaya, sehingga kami perlu mencari alternatif lainnya,” katanya melalui siaran pers, Senin (2/11). (Baca juga: Ini 10 Universitas yang Alumninya Paling Banyak Lulus CPNS 2019 )
Kulit mangga dipilih sebagai bahan dasar penelitian karena kulit mangga seringkali dibuang dan dapat membuat limbah organik baru. “Tak mau itu terjadi, kami memanfaatkan kulit mangga untuk inhibitor, di mana kulit tersebut mengandung senyawa kimia seperti flavonoid yang mampu bertindak sebagai antioksidan,” ujarnya.
Karena sifat tersebut, lanjut gadis asal Bogor ini, laju korosi dapat ditahan. Dalam prosesnya, pertama mereka menjemur kulit mangga hingga kering. Kemudian, kulit mangga tersebut dicacah hingga dapat dilakukan pengekstrakan. Hasil ekstrak tersebut nantinya akan dicampur dengan larutan uji yaitu air garam (NaCl).
“Larutan uji tersebut kami gunakan untuk mengetahui tingkat korosi pada logam serta efektivitas inhibitor dalam menahan laju korosinya,” imbuh mahasiswi yang juga tergabung dalam Tim Spektronics ITS tersebut. (Baca juga: 82 Tim Program Kreativitas Mahasiswa UGM Lolos PIMNAS 2020 )
Dalam risetnya, penelitian ini sudah diujicobakan ke plat SS-304, yakni salah satu jenis plat logam yang banyak digunakan untuk kaleng makanan dan barang rumah tangga lainnya. Hasilnya, inhibitor ini berhasil menahan laju korosi dengan efisiensi sebesar 88 persen. “Sebenarnya sudah ada penelitian serupa, namun yang membedakan dengan penelitian kami adalah jenis logam dan bahan inhibitor yang dipakai,” jelasnya.
Tim Platinum mendapat dukungan penuh dari Departemen Kimia ITS, khususnya dosen pembimbing Harmami untuk pemahaman konsep teori dan pengaplikasian inovasi. Selain itu, mereka juga difasilitasi untuk eksperimen di Laboratorium Instrumentasi dan Sains Analitik Kimia ITS sebelum adanya pandemi Covid-19.
Memang bukan rahasia lagi jika anggota Tim Platinum ini telah berpengalaman mengikuti lomba serupa dan berhasil membawa harum nama ITS di kancah internasional. “Kompetisi seperti ini memberikan ketertarikan sendiri bagi tim kami, apalagi sebagai mahasiswa Departemen Kimia, kami harus berperan untuk membantu menanggulangi permasalahan lingkungan,” ujarnya.
Meski terkendala dalam hal komunikasi dan koordinasi antar tim akibat pandemi, Tim Platinum akhirnya dapat menyelesaikan kompetisi ini dengan baik meskipun dilakukan secara daring. “Saya berharap semoga inovasi yang kami berikan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam bidang inhibitor korosi pada logam yang bersifat ramah lingkungan,” pungkasnya.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda