3 Mahasiswa ITS Gagas Smart Charging Station Ramah Lingkungan
Rabu, 18 November 2020 - 19:53 WIB
JAKARTA - 3 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang smart charging station sebagai suplai energi listrik yang ramah lingkungan. Inovasi ini menarik karena seiring meningkatnya jumlah kendaraan listrik di masa depan yang pastinya akan butuh charging station.
Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam tim Ancharg itu adalah Puguh Pambudi, Valiant Tirta Amarta, dan Pebiria Vorenza. Mereka dari Departemen Teknik Mesin dan Departemen Teknik Sistem dan Industri. (Baca juga: Bisa Diakses Daring dan Luring, ITS Bangun 53 Smart Classroom )
Ketua tim Ancharg Puguh Pambudi menjelaskan, meski saat ini kebutuhan charging station sangat banyak sayangnya charging station yang ada masih bersumber pada PLN. “Sedang 55 persen sumber listrik PLN berasal dari batu bara,” katanya melalui siaran pers, Rabu (18/11).
Oleh karenanya, lanjut Puguh, charging station yang ada memerlukan inovasi pembaruan yang lebih ramah lingkungan. Sehingga mereka melihat kondisi eksisting mana yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan. “Kami akhirnya memilih energi matahari, untuk nantinya kami jadikan charging station bertenaga panel surya,” ujar mahasiswa asal Tuban ini.
Dijelaskannya, pemilihan energi matahari ini didasarkan oleh Indonesia yang merupakan negara agraris dengan radiasi matahari cukup, sekitar 1.800 kWh/m2/tahun. Sehingga, menurut Puguh, harga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga lebih murah yakni 35 persen dari harga listrik produksi PLN. (Baca juga: Pemerintah Segera Cairkan Subsidi Gaji Guru Honorer, Ini Perinciannya )
Selain itu, Puguh juga memaparkan, jika suplai energi matahari tidak mencukupi akibat cuaca, mereka sudah menyiapkan bahan energi cadangan. Yakni biomassa dari limbah pertanian yang nantinya digunakan generator dual fuel untuk menyuplai listrik charging station. “Sebab limbah pertanian di sejumlah daerah di Jawa Timur cukup melimpah,” ucapnya.
Adanya kurang lebih 100 juta ton limbah pertanian yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya, katanya, menjadi peluang tersendiri bagi timnya untuk memanfaatkan potensi yang dihasilkan dari biomassa tersebut sebesar 49,81 GW.
Dia menjelaskan, smart charging station ini nantinya akan memanfaatkan panel surya untuk mengambil secara langsung sinar matahari. “Selanjutnya energi panas yang dikumpulkan panel surya akan disimpan dalam baterai,” tuturnya. (Baca juga: Inovasi Mahasiswa UNY Olah Daun Salam Jadi Krim Obat Luka Bakar )
Selanjutnya, untuk smart charging station berbahan biomassa prosesnya melalui pengolahan limbah pertanian di dalam gasifier (alat pengubah biomassa menjadi gas). “Nantinya, hasil olahan tersebut digunakan untuk menggerakkan genset, sehingga dapat menghasilkan listrik,” paparnya.
Mahasiswa semester lima ini juga menuturkan, smart charging station rancangan mereka semakin unggul dengan penerapan prinsip terbarukan dan ramah lingkungan. Hal ini dapat terlihat dengan pemanfaatan bahan untuk energi listrik berasal dari cahaya matahari dan pemanfaatan limbah pertanian yang diolah dalam bentuk biomassa. “Sehingga energi yang kami gunakan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara nasional atau biasa disebut Zero Carbon Pollution,” imbuhnya.
Berbuah manis, jerih payah mereka ini juga telah berhasil membawa prestasi. Smart charging station rancangan tim Ancharg ITS ini telah berhasil meraih juara ketiga pada Lomba Karya Tulis Ilmiah EBOTEC, 10, Oktober lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh HMIE Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, tim Ancharg berhasil mengungguli enam finalis lainnya dari perguruan tinggi nasional.
Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam tim Ancharg itu adalah Puguh Pambudi, Valiant Tirta Amarta, dan Pebiria Vorenza. Mereka dari Departemen Teknik Mesin dan Departemen Teknik Sistem dan Industri. (Baca juga: Bisa Diakses Daring dan Luring, ITS Bangun 53 Smart Classroom )
Ketua tim Ancharg Puguh Pambudi menjelaskan, meski saat ini kebutuhan charging station sangat banyak sayangnya charging station yang ada masih bersumber pada PLN. “Sedang 55 persen sumber listrik PLN berasal dari batu bara,” katanya melalui siaran pers, Rabu (18/11).
Oleh karenanya, lanjut Puguh, charging station yang ada memerlukan inovasi pembaruan yang lebih ramah lingkungan. Sehingga mereka melihat kondisi eksisting mana yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan. “Kami akhirnya memilih energi matahari, untuk nantinya kami jadikan charging station bertenaga panel surya,” ujar mahasiswa asal Tuban ini.
Dijelaskannya, pemilihan energi matahari ini didasarkan oleh Indonesia yang merupakan negara agraris dengan radiasi matahari cukup, sekitar 1.800 kWh/m2/tahun. Sehingga, menurut Puguh, harga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga lebih murah yakni 35 persen dari harga listrik produksi PLN. (Baca juga: Pemerintah Segera Cairkan Subsidi Gaji Guru Honorer, Ini Perinciannya )
Selain itu, Puguh juga memaparkan, jika suplai energi matahari tidak mencukupi akibat cuaca, mereka sudah menyiapkan bahan energi cadangan. Yakni biomassa dari limbah pertanian yang nantinya digunakan generator dual fuel untuk menyuplai listrik charging station. “Sebab limbah pertanian di sejumlah daerah di Jawa Timur cukup melimpah,” ucapnya.
Adanya kurang lebih 100 juta ton limbah pertanian yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya, katanya, menjadi peluang tersendiri bagi timnya untuk memanfaatkan potensi yang dihasilkan dari biomassa tersebut sebesar 49,81 GW.
Dia menjelaskan, smart charging station ini nantinya akan memanfaatkan panel surya untuk mengambil secara langsung sinar matahari. “Selanjutnya energi panas yang dikumpulkan panel surya akan disimpan dalam baterai,” tuturnya. (Baca juga: Inovasi Mahasiswa UNY Olah Daun Salam Jadi Krim Obat Luka Bakar )
Selanjutnya, untuk smart charging station berbahan biomassa prosesnya melalui pengolahan limbah pertanian di dalam gasifier (alat pengubah biomassa menjadi gas). “Nantinya, hasil olahan tersebut digunakan untuk menggerakkan genset, sehingga dapat menghasilkan listrik,” paparnya.
Mahasiswa semester lima ini juga menuturkan, smart charging station rancangan mereka semakin unggul dengan penerapan prinsip terbarukan dan ramah lingkungan. Hal ini dapat terlihat dengan pemanfaatan bahan untuk energi listrik berasal dari cahaya matahari dan pemanfaatan limbah pertanian yang diolah dalam bentuk biomassa. “Sehingga energi yang kami gunakan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara nasional atau biasa disebut Zero Carbon Pollution,” imbuhnya.
Berbuah manis, jerih payah mereka ini juga telah berhasil membawa prestasi. Smart charging station rancangan tim Ancharg ITS ini telah berhasil meraih juara ketiga pada Lomba Karya Tulis Ilmiah EBOTEC, 10, Oktober lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh HMIE Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, tim Ancharg berhasil mengungguli enam finalis lainnya dari perguruan tinggi nasional.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda