2 Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta Dikukuhkan sebagai Guru Besar
Jum'at, 15 Januari 2021 - 00:18 WIB
JAKARTA - Rektor UIN Jakarta Amany Lubis mengukuhkan 2 Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai guru besar pada Sidang Terbuka yang digelar di Auditorium Harun Nasution, Rabu (13/1/2021).
Keduanya adalah, Ahmad Syahid, sebagai guru besar dalam bidang Pemikiran Islam dan Bambang Suryadi sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Pskologi Pendidikan dan Konseling.
Ahmad Syahid dikukuhkan langsung oleh Rektor UIN Jakarta Amany Lubis pada Sidang Terbuka di Auditorium Harun Nasution. Sementara, pengukuhan Bambang Suryadi dilakukan secara daring dari Kairo, Mesir.
Bambang Suryadi selain tercatat sebagai guru besar Fakultas Psikologi juga berstatus sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar RI di Kairo.
Acara prosesi pengukuhan dibuka Ketua Senat Universitas Abuddin Nata. Sedangkan pengukuhan dilakukan Rektor UIN Jakarta Amany Lubis.
Turut hadir para dekan fakultas, sejumlah guru besar, dan tamu undangan. Selain Ahmad Syahid, pengukuhan yang sama juga dilakukan terhadap dosen Fakultas Psikologi Bambang Suryadi sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Pskologi Pendidikan dan Konseling.
Ahmad Syahid, dalam orasi ilmiahnya berjudul “Manusia-manusia Polymatch” mengatakan, bahwa di dalam Islam, niat berkesadaran sudah dicatat merupakan separuh dari amal perbuatan. Dari perspektif psikologi, epistemology, dan filsafat dapat disebut bahwa niat berkesadaran manusia tidak sampai pada apperception juga tidak mengantarkannya pada kesadaran empiris atau erfahrung.
Merealisasikannya niat dalam kenyataan sadar disebut, menurut dia, dianggap sebagai kesempurnaan perbuatan. Niat adalah ruh yang menjadi syarat ”self-determination” manusia polymath, yang tetap menjaga “identitas” (identity) dirinya dalam usaha mencipta diri sebagai citra Ilahi, sehingga sejak niat hingga mewujud sebuah karya agung senantiasa terkandung tesis, saintifik dan estetis sekaligus.
“Kita bisa meminjam pikiran Iqbal tentang Ego, sebagai Asrar-i-Khudî dan mengambil inspirasi dari konsep Théodicée Leibniz, bahwa manusia hidup di dunia sebaik mungkin karena manusia dan dunia ini diciptakan oleh Tuhan yang Maha Sempurna pula," kata Ahmad Syahid dalam orasinya seperti dikutip dari laman resmi uinjkt.ac.id, Kamis (14/1/2021).
Pandangan Leibniz, menurut Syahid, mirip dengan pandangan teologis Ma’bad al-Juhanni di Bashrah, Irak, para pendiri firqah qadariyah yang berkembang pada abad ke-7.
“Kita dapat membangun kehidupan peradaban manusia seindah, sebaik, sebijak, dan sesubur seperti yang kita inginkan dalam rangka mendekat, bahkan kembali, kepada Tuhan,” katanya.
Keduanya adalah, Ahmad Syahid, sebagai guru besar dalam bidang Pemikiran Islam dan Bambang Suryadi sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Pskologi Pendidikan dan Konseling.
Ahmad Syahid dikukuhkan langsung oleh Rektor UIN Jakarta Amany Lubis pada Sidang Terbuka di Auditorium Harun Nasution. Sementara, pengukuhan Bambang Suryadi dilakukan secara daring dari Kairo, Mesir.
Bambang Suryadi selain tercatat sebagai guru besar Fakultas Psikologi juga berstatus sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar RI di Kairo.
Acara prosesi pengukuhan dibuka Ketua Senat Universitas Abuddin Nata. Sedangkan pengukuhan dilakukan Rektor UIN Jakarta Amany Lubis.
Turut hadir para dekan fakultas, sejumlah guru besar, dan tamu undangan. Selain Ahmad Syahid, pengukuhan yang sama juga dilakukan terhadap dosen Fakultas Psikologi Bambang Suryadi sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Pskologi Pendidikan dan Konseling.
Ahmad Syahid, dalam orasi ilmiahnya berjudul “Manusia-manusia Polymatch” mengatakan, bahwa di dalam Islam, niat berkesadaran sudah dicatat merupakan separuh dari amal perbuatan. Dari perspektif psikologi, epistemology, dan filsafat dapat disebut bahwa niat berkesadaran manusia tidak sampai pada apperception juga tidak mengantarkannya pada kesadaran empiris atau erfahrung.
Merealisasikannya niat dalam kenyataan sadar disebut, menurut dia, dianggap sebagai kesempurnaan perbuatan. Niat adalah ruh yang menjadi syarat ”self-determination” manusia polymath, yang tetap menjaga “identitas” (identity) dirinya dalam usaha mencipta diri sebagai citra Ilahi, sehingga sejak niat hingga mewujud sebuah karya agung senantiasa terkandung tesis, saintifik dan estetis sekaligus.
“Kita bisa meminjam pikiran Iqbal tentang Ego, sebagai Asrar-i-Khudî dan mengambil inspirasi dari konsep Théodicée Leibniz, bahwa manusia hidup di dunia sebaik mungkin karena manusia dan dunia ini diciptakan oleh Tuhan yang Maha Sempurna pula," kata Ahmad Syahid dalam orasinya seperti dikutip dari laman resmi uinjkt.ac.id, Kamis (14/1/2021).
Pandangan Leibniz, menurut Syahid, mirip dengan pandangan teologis Ma’bad al-Juhanni di Bashrah, Irak, para pendiri firqah qadariyah yang berkembang pada abad ke-7.
“Kita dapat membangun kehidupan peradaban manusia seindah, sebaik, sebijak, dan sesubur seperti yang kita inginkan dalam rangka mendekat, bahkan kembali, kepada Tuhan,” katanya.
(mpw)
tulis komentar anda