Kemendikbud Ajak Sinergikan Klub Literasi Sekolah dengan Kampus Mengajar
Minggu, 21 Februari 2021 - 21:41 WIB
JAKARTA - Sekjen Kemendikbud Prof Ainun Naím mengajak Klub Literasi Sekolah (KLS) sinergi dengan Kampus Mengajar dalam melibatkan mahasiswa untuk turut menjamin peningkatan kompetensi siswa selama pandemi Covid-19.
Dalam peluncuran KLS (18/2), Prof Ainun Na’im menegaskan bahwa KLS yang digagas oleh SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) selaras dengan strategi dan program Kemendikbud yang dikenal dengan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), di mana dalam konsep, strategi, dan program tersebut memerlukan sinergi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun mahasiswa.
"Sejalan dengan Kampus Mengajar yang digagas Dirjen Pendidikan Tinggi, KLS dapat menjaga keberlangsungan kependidikan selama pandemi," kata Sekjen Kemendikbud Prof Ainun Naím dalam peluncuran KLS.
Menurutnya, melalui peran aktif mahasiswa, KLS diharapkan juga dapat membantu para guru, orang tua, dan siswa untuk menjamin bahwa siswa tetap melaksanakan proses pembelajaran meskipun dalam masa pandemi. Hal ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi mengenai kegiatan yang dilaksanakan, sehingga lebih efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa.
Selain itu, Ainun Na’im menekankan perlunya rekognisi pengabdian mahasiswa dengan memberikan pemenuhan kurikulum secara efisien sesuai dengan konsep Kampus Merdeka yang digagas oleh Mendikbud. "Hal ini penting karena mahasiswa terlibat mengalami proses pengembangan diri/kompetensi dalam menghadapi tantangan masa depan dengan membantu masyarakat," terangnya.
Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani juga berharap, KLS yang mengangkat tema abstrak literasi dan kecakapan abad ke-21, terealisasi sebagai sebuah kegiatan konkret (berbasis karya). Dalam mendukung kebijakan MBKM sesuai dengan arahan Ainun Na‘im, SEAQIL akan senantiasa melibatkan berbagai pemangku kepentingan, yaitu sekolah, guru, siswa, mahasiswa, komunitas literasi, media massa, dan lain-lain.
Sebelum KLS resmi diluncurkan, SEAQIL telah melaksanakan serangkaian kegiatan, baik koordinasi maupun sosialisasi. Dalam kesempatan tersebut, Deputi Direktur Administrasi SEAQIL Dr Misbah Fikrianto turut menyosialisasikan kebijakan MBKM yang menjadi dasar program KLS.
Menurut Misbah, perguruan tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal serta selalu relevan dengan perkembangan Revolusi Industri tahap 4, dengan 3 Literasi, yaitu: Literasi Data, Teknologi, dan Manusia.
Misbah menambahkan bahwa hal ini lah yang mendorong SEAQIL untuk bersinergi dengan kebijakan Kemendikbud, khususnya kebijakan MBKM yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja.
Dalam peluncuran KLS (18/2), Prof Ainun Na’im menegaskan bahwa KLS yang digagas oleh SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) selaras dengan strategi dan program Kemendikbud yang dikenal dengan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), di mana dalam konsep, strategi, dan program tersebut memerlukan sinergi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun mahasiswa.
"Sejalan dengan Kampus Mengajar yang digagas Dirjen Pendidikan Tinggi, KLS dapat menjaga keberlangsungan kependidikan selama pandemi," kata Sekjen Kemendikbud Prof Ainun Naím dalam peluncuran KLS.
Menurutnya, melalui peran aktif mahasiswa, KLS diharapkan juga dapat membantu para guru, orang tua, dan siswa untuk menjamin bahwa siswa tetap melaksanakan proses pembelajaran meskipun dalam masa pandemi. Hal ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi mengenai kegiatan yang dilaksanakan, sehingga lebih efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa.
Selain itu, Ainun Na’im menekankan perlunya rekognisi pengabdian mahasiswa dengan memberikan pemenuhan kurikulum secara efisien sesuai dengan konsep Kampus Merdeka yang digagas oleh Mendikbud. "Hal ini penting karena mahasiswa terlibat mengalami proses pengembangan diri/kompetensi dalam menghadapi tantangan masa depan dengan membantu masyarakat," terangnya.
Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani juga berharap, KLS yang mengangkat tema abstrak literasi dan kecakapan abad ke-21, terealisasi sebagai sebuah kegiatan konkret (berbasis karya). Dalam mendukung kebijakan MBKM sesuai dengan arahan Ainun Na‘im, SEAQIL akan senantiasa melibatkan berbagai pemangku kepentingan, yaitu sekolah, guru, siswa, mahasiswa, komunitas literasi, media massa, dan lain-lain.
Sebelum KLS resmi diluncurkan, SEAQIL telah melaksanakan serangkaian kegiatan, baik koordinasi maupun sosialisasi. Dalam kesempatan tersebut, Deputi Direktur Administrasi SEAQIL Dr Misbah Fikrianto turut menyosialisasikan kebijakan MBKM yang menjadi dasar program KLS.
Menurut Misbah, perguruan tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal serta selalu relevan dengan perkembangan Revolusi Industri tahap 4, dengan 3 Literasi, yaitu: Literasi Data, Teknologi, dan Manusia.
Misbah menambahkan bahwa hal ini lah yang mendorong SEAQIL untuk bersinergi dengan kebijakan Kemendikbud, khususnya kebijakan MBKM yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja.
(mpw)
tulis komentar anda