Lembaga Bimbel Asal Korea Selatan Ini Terus Beradaptasi dengan Pembelajaran Online
Kamis, 25 Maret 2021 - 14:05 WIB
JAKARTA - Belum diperkenankannya lembaga pendidikan baik formal atau informal untuk beroperasi secara tatap muka memaksa para siswa belajar dari rumah. Masa pandemi Covid 19 berkepanjangan ini juga membuat lembaga bimbingan belajar atau les dilakukan dari rumah.
Tidak terkecuali Eye Level, lembaga pendidikan asal Korea Selatan yang fokus di Matematika dan Bahasa Inggris, saat ini pembelajaran para siswa peserta bimbel dilakukan dari rumah alias online.
“Saat ini bimbel dilakukan dengan online karena belum memungkinkan dan belum ada tanda-tanda akan kembali offline atau tatap mua,” ujar CEO Daekyo Indonesia, Cha Seong Hoon dalam siaran persnya yang diterima Kamis (25/3/2021).
Cha Seong Hoon mengatakan, meski pembelajaran dilakukan online, namun tidak mengurangi kualitas pembelajaran yang dilakukan. Penyesuaian dilakukan, dengan tetap mempraktekkan cara-cara belajar latihan berpikir kritis matematika.
Ia menjelaskan, pendidikan di Eye Level tetap mengusung kemampuan berpikir kritis (critical thinking) untuk membantu anak berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah melalui latihan soal. Ada beberapa fokus dalam latihan berpikir kritis matematika, misalnya pola hubungan, geometri, pengukuran, pemecahan soal, serta penalaran.
"Misalnya untuk Pola dan Hubungan, siswa akan diajak mengembangkan pengetahuan dasar fungsi dengan mempelajari berbagai pola untuk objek, bilangan dan bentuk. Sementara untuk pemecahan soal, siswa akan belajar delapan strategi pemecahan soal, mulai dari pengenalan pola, analisis data, menggambar diagram, uji coba, dan sebagainya," tuturnya.
Pola pendekatan yang berbeda dalam belajar matematika ini diharapkan dapat membuat anak-anak tidak menganggap mata pelajaran ini sebagai momok. Dikatakannya, selama ini banyak pelajar di Indonesia, merasa takut kepada mata pelajaran Matematika. Seperti terlihat dari hasil Survei Programme for International Student Assessment (PISA).
Studi yang dilakukan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terhadap anak usia 15 tahun pada 2015, menempatkan kemampuan matematika pelajar Indonesia ada di peringkat ke-63 dari 72 negara. Peringkat itu terpaut jauh dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam di peringkat ke-12 dan Singapura di peringkat pertama.
Tidak terkecuali Eye Level, lembaga pendidikan asal Korea Selatan yang fokus di Matematika dan Bahasa Inggris, saat ini pembelajaran para siswa peserta bimbel dilakukan dari rumah alias online.
“Saat ini bimbel dilakukan dengan online karena belum memungkinkan dan belum ada tanda-tanda akan kembali offline atau tatap mua,” ujar CEO Daekyo Indonesia, Cha Seong Hoon dalam siaran persnya yang diterima Kamis (25/3/2021).
Cha Seong Hoon mengatakan, meski pembelajaran dilakukan online, namun tidak mengurangi kualitas pembelajaran yang dilakukan. Penyesuaian dilakukan, dengan tetap mempraktekkan cara-cara belajar latihan berpikir kritis matematika.
Ia menjelaskan, pendidikan di Eye Level tetap mengusung kemampuan berpikir kritis (critical thinking) untuk membantu anak berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah melalui latihan soal. Ada beberapa fokus dalam latihan berpikir kritis matematika, misalnya pola hubungan, geometri, pengukuran, pemecahan soal, serta penalaran.
"Misalnya untuk Pola dan Hubungan, siswa akan diajak mengembangkan pengetahuan dasar fungsi dengan mempelajari berbagai pola untuk objek, bilangan dan bentuk. Sementara untuk pemecahan soal, siswa akan belajar delapan strategi pemecahan soal, mulai dari pengenalan pola, analisis data, menggambar diagram, uji coba, dan sebagainya," tuturnya.
Pola pendekatan yang berbeda dalam belajar matematika ini diharapkan dapat membuat anak-anak tidak menganggap mata pelajaran ini sebagai momok. Dikatakannya, selama ini banyak pelajar di Indonesia, merasa takut kepada mata pelajaran Matematika. Seperti terlihat dari hasil Survei Programme for International Student Assessment (PISA).
Studi yang dilakukan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terhadap anak usia 15 tahun pada 2015, menempatkan kemampuan matematika pelajar Indonesia ada di peringkat ke-63 dari 72 negara. Peringkat itu terpaut jauh dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam di peringkat ke-12 dan Singapura di peringkat pertama.
(mpw)
tulis komentar anda