Apresiasi Sastra, PBSI UIN Jakarta Gelar Ziarah dan Persembahan untuk WS Rendra
Jum'at, 02 Juli 2021 - 16:45 WIB
Sedangkan Aprilia Pitaloka, selaku Pimpinan Produksi PESTARAMA#6. Menjelaskan “Rendra ini milik semua, kami ingin mengenalkan kembali kepada generasi milenial agar drama, teater, dan Rendra tidak dilupakan. Rendra juga terkenal dengan kata-kata di karyanya ya bisa dilihat sendiri, penuh kritik sosial” tegas April.
Saat mengisi webinar (27/6) Bambang Prihadi menjelaskan seniman di masa dulu (masa Rendra) banyak bergerak di pinggiran. Rendra merupakan salah satu orang kaya dan berjarak dengan kekuasaan; tidak mudah mengiyakan kekuasaan, hal itu yang kemudian bisa dilihat pengaruhnya pada karya-karya Rendra yang kental akan kritik sosial.
“Saat ini, kita menghadapi banyak misinterpretasi pemahaman masyarakat terhadap dunia seni, khususnya teater. Pemahaman bahwa teater dianggap kurang bermanfaat, dalam dunia sosial selalu dalam ketegangan, dan kurang laku dalam dunia ekonomi kerap muncul di era ini. Seni tidak bisa dilepas dari konteks ia diproduksi dan diciptakan. Ia akan mengembalikan lagi perasaan masyarakat yang menerima atau menolaknya.” Ujar Bambang yang kini menjabat sebagai Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.
Pagelaran ini adalah upaya untuk terus memupuk semangat kebudayaan, khususnya teater, meskipun penyelenggaraannya di era Covid-19 penuh tantangan. “Dalam kondisi terbatas, kita tidak boleh berhenti mengapresiasi dan melahirkan karya seni. Bahkan, seringkali karya seni yang inovatif itu justru lahir di tengah keterbatasan." Pungkas Makyun Subuki Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Saat mengisi webinar (27/6) Bambang Prihadi menjelaskan seniman di masa dulu (masa Rendra) banyak bergerak di pinggiran. Rendra merupakan salah satu orang kaya dan berjarak dengan kekuasaan; tidak mudah mengiyakan kekuasaan, hal itu yang kemudian bisa dilihat pengaruhnya pada karya-karya Rendra yang kental akan kritik sosial.
“Saat ini, kita menghadapi banyak misinterpretasi pemahaman masyarakat terhadap dunia seni, khususnya teater. Pemahaman bahwa teater dianggap kurang bermanfaat, dalam dunia sosial selalu dalam ketegangan, dan kurang laku dalam dunia ekonomi kerap muncul di era ini. Seni tidak bisa dilepas dari konteks ia diproduksi dan diciptakan. Ia akan mengembalikan lagi perasaan masyarakat yang menerima atau menolaknya.” Ujar Bambang yang kini menjabat sebagai Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.
Pagelaran ini adalah upaya untuk terus memupuk semangat kebudayaan, khususnya teater, meskipun penyelenggaraannya di era Covid-19 penuh tantangan. “Dalam kondisi terbatas, kita tidak boleh berhenti mengapresiasi dan melahirkan karya seni. Bahkan, seringkali karya seni yang inovatif itu justru lahir di tengah keterbatasan." Pungkas Makyun Subuki Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
(mpw)
tulis komentar anda