Keren, Tim Mahasiswa Telkom University Ciptakan Gelang Pendeteksi Tsunami
Jum'at, 17 September 2021 - 21:12 WIB
Gelang ini dapat menambah waktu untuk evakuasi sebelum terjadinya tsunami bagi para penduduk. Tidak hanya itu, gelang ini juga bekerja pasca kejadian tsunami untuk membantu tim SAR menemukan korban yang hilang sehingga dapat menghemat waktu karena gelang ini dilengkapi dengan sistem GPS yang dapat melacak posisi korban.
“Jadi latar belakangnya sendiri karena early warning system untuk tsunami di Indonesia sendiri itu cukup buruk, bahkan Buoy-nya juga sudah tidak berfungsi, hilang atau rusak. Selain itu susah untuk lacak korban yang hilang pasca bencana. Alat ini diharapkan dapat menambah waktu untuk evakuasi ke tempat aman yang semula menurut BMKG hanya 15-20 menit,” terangnya.
Gelang ini juga dilengkapi dengan sensor detak jantung yang berguna bagi korban untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai setelah ditemukan. Gelang ini diharapkan dapat meminimalisasi angka kematian pada bencana tsunami sesuai latar belakang dibuatnya gelang ini.
Yasyfa menambahkan alat ini dapat bekerja ketika permukaan air laut surut. Tsunmeter akan bunyi dan mengirim data ke gateway, data dari gateway masuk ke server thingspeak. Data yang ada di server thingspeak akan dikirim ke gateway lagi dan dilanjutkan ke gelang. Setelah data diterima gelang, gelang akan bunyi dan muncul notifikasi untuk evakuasi.
“Di waktu yang sama setelah gelang berbunyi, gelang akan mengirim data lokasi untuk pelacakan dan monitoring detak jantung ke gateway yang nantinya data ini bisa diakses oleh lembaga yg bertugas pasca bencana seperti tim SAR dan lainnya.”
Kelebihan dari gelang ini yaitu tidak menggunakan koneksi internet dalam pengiriman dan penerimaan data karena gelang ini memanfaatkan teknologi bernama Long Range (LoRa) sehingga walaupun tanpa terkoneksi dengan jaringan internet, alat ini tetap bisa menjangkau jarak hingga 15km. Selain itu, data yang dikirimkan mampu diterima dalam hitungan detik (kurang lebih 10 detik) tanpa koneksi internet.
Yasyfa berharap, melalui inovasi alat ini timnya dapat mewakili Telkom University untuk kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Harapannya bisa masuk pimnas yang mewakili Telkom University. Saat ini juga gelang ini masih dalam tahap penyempurnaan dan rencananya akan dikembangkan untuk terintegrasi dengan mobile application serta mitigasi bencana lainnya dan semoga bisa menjadi alat yang berguna,” pungkasnya.
“Jadi latar belakangnya sendiri karena early warning system untuk tsunami di Indonesia sendiri itu cukup buruk, bahkan Buoy-nya juga sudah tidak berfungsi, hilang atau rusak. Selain itu susah untuk lacak korban yang hilang pasca bencana. Alat ini diharapkan dapat menambah waktu untuk evakuasi ke tempat aman yang semula menurut BMKG hanya 15-20 menit,” terangnya.
Gelang ini juga dilengkapi dengan sensor detak jantung yang berguna bagi korban untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai setelah ditemukan. Gelang ini diharapkan dapat meminimalisasi angka kematian pada bencana tsunami sesuai latar belakang dibuatnya gelang ini.
Yasyfa menambahkan alat ini dapat bekerja ketika permukaan air laut surut. Tsunmeter akan bunyi dan mengirim data ke gateway, data dari gateway masuk ke server thingspeak. Data yang ada di server thingspeak akan dikirim ke gateway lagi dan dilanjutkan ke gelang. Setelah data diterima gelang, gelang akan bunyi dan muncul notifikasi untuk evakuasi.
“Di waktu yang sama setelah gelang berbunyi, gelang akan mengirim data lokasi untuk pelacakan dan monitoring detak jantung ke gateway yang nantinya data ini bisa diakses oleh lembaga yg bertugas pasca bencana seperti tim SAR dan lainnya.”
Kelebihan dari gelang ini yaitu tidak menggunakan koneksi internet dalam pengiriman dan penerimaan data karena gelang ini memanfaatkan teknologi bernama Long Range (LoRa) sehingga walaupun tanpa terkoneksi dengan jaringan internet, alat ini tetap bisa menjangkau jarak hingga 15km. Selain itu, data yang dikirimkan mampu diterima dalam hitungan detik (kurang lebih 10 detik) tanpa koneksi internet.
Yasyfa berharap, melalui inovasi alat ini timnya dapat mewakili Telkom University untuk kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Harapannya bisa masuk pimnas yang mewakili Telkom University. Saat ini juga gelang ini masih dalam tahap penyempurnaan dan rencananya akan dikembangkan untuk terintegrasi dengan mobile application serta mitigasi bencana lainnya dan semoga bisa menjadi alat yang berguna,” pungkasnya.
(mpw)
tulis komentar anda