Di Tengah Pandemi Covid-19, Terlalu Risiko Jika Sekolah Kembali Dibuka

Kamis, 04 Juni 2020 - 13:13 WIB
Foto/Istimewa
JAKARTA - Wacana membuka kembali sekolah di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai menuai kontroversi. Kegiatan belajar-mengajar dikhawatirkan menjadi klaster baru persebaran Covid-19.

Rencana pembukaan sekolah ini tentu membuat orang tua khawatir. Mereka menilai kembali ke sekolah saat pandemi sangat berisiko bagi kesehatan anak-anak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 831 anak di Indonesia positif Covid-19, di mana angka tersebut adalah 4% dari jumlah total orang positif di Indonesia. Sementara usia anak yang tertular berkisar antara 0–14 tahun. Dari data tersebut, ada 129 anak meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) dan 14 anak meninggal dengan status positif Covid-19.

Menanggapi adanya wacana ini, pemerhati anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto mengatakan, mengedepankan masalah pendidikan memang baik, tetapi saat ini yang lebih penting adalah kesehatan dan keselamatan hidup anak-anak. Sebab, selama kasus korona belum turun, penjagaan yang sangat ketat terhadap anak perlu dilakukan. (Baca: Memasuki Era Normal, Keselamatan Anak Harus Diutamakan)



“Saya sudah mendengar bahwa pemerintah, Kemendikbud, Kemenag selalu koordinasi dengan Gugus Tugas, IDAI, Kemenkes, dan tentu para orang tua siswa. Semoga ada klarifikasi bahwa ini baru wacana, belum putusan, tentu harus kita buat lebih jernih agar masyarakat tidak bingung, diberi ketenangan, mohon tetap ada pengawasan pada Dinas Pendidikan di masing-masing provinsi,” ucap Kak Seto dalam live Instagram bersama Sindonews beberapa waktu lalu.

Dia menuturkan bahwa harus ada protokol kesehatan yang menjamin kesehatan anak seperti yang sudah menjadi peraturan, di antaranya menjaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan. “Semua sarana prasarana harus tersedia, ada pembagian masker, setiap sudut ada tempat cuci tangan, jarak yang harus dijaga, dan yang paling penting menghargai anak dan orang tua yang belum mengizinkan anaknya kembali sekolah, tolong itu diperhatikan,” beber Kak Seto.

Dia menjelaskan bahwa jalur pendidikan ada tiga, yaitu formal, nonformal, dan informal, di mana ketiganya bisa saling melengkapi dan mengganti. “Misalnya ada suatu keadaan anak yang mengalami masalah kesehatan dan tidak bisa sekolah dalam jangka waktu lama, maka tetap bisa melalui jalur informal, guru diganti sementara oleh orang tua, tetapi materi dari sekolah. Buatlah belajar yang mengasyikkan dan tidak dipersulit. Untuk sementara biarkanlah lewat informal,” papar Kak Seto. (Baca juga: Pandemi Corona, Pemerintah Jangan Main-Main dengan Keselamatan Jiwa Siswa)

Menurutnya, saat ini yang paling penting adalah bagaimana memandu orang tua untuk mengajar anak di rumah, karena faktor psikologis bisa menurunkan imun anak. Selama belajar di rumah pun anak tetap dibuat gembira karena belajar bukan hanya soal akademis, tetapi juga adaptasi, belajar daya lenting agar anak tidak mudah terpuruk. Kak Seto juga menyarankan agar membangun suasana kreatif, edukatif, tapi tetap menyenangkan sehingga akan ada pengaruh positif pada anak.

“Jika anak stres, berikan solusi agar kebosanan tidak melanda anak. Yakinkan mereka bahwa ini adalah kondisi darurat, kita tidak harus selalu mengejar target kurikulum sekolah, tapi suasana yang dituntut saat ini adalah kreativitas, misalkan anak diajarkan mencipta puisi, suasana penuh keceriaan, persahabatan. Mari jaga faktor psikologis anak-anak kita,” paparnya.

Kak Seto menambahkan bahwa anak sama rentannya dengan lanjut usia untuk tertular covid-19. Karena itu, sangat penting untuk menjaga kesehatan anak karena mereka akan berjasa untuk masa yang akan datang.

“Perhatikan kesehatan fisik dan jiwanya, ciptakan suasana semenyenangkan mungkin. Mereka bisa diajarkan cerdas tangkas, diberikan dongeng, tidak harus menulis, sambil bermain, jadi anak merasa belajar itu asyik. Orang tua juga jaga kesehatan mental, latih kesabaran, kekuatan cinta dalam mengajak anak belajar,” ujar Kak Seto. (Baca juga: Positif Covid-19 di Kabupaten Bogor Kembali Bertambah, Terbaru Pekerja di Jakarta)

Dia berharap orang tua tidak menganggap anak sebagai beban, tetapi sebagai sahabat yang memberikan kekuatan moril, kerja sama, dan membuat tim dalam keluarga, di mana orang tua tetap bisa bekerja dan anak tetap bisa belajar. Selain itu, tetap makan dan minum teratur, sehat, beribadah, berdoa, dan istirahat teratur.

“Kepada pemerintah, mohon berkenan mendengarkan suara masyarakat untuk menjadi bahan pertimbangan yang serius bahwa orang tua sangat khawatir. Jika terburu-buru, anak sangat rawan dan rentan terhadap virus ini. Intinya adalah keselamatan dan kesehatan anak,” ucapnya. (Iman Firmansyah)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More